- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Begal Story [Majalah Detik]


TS
bangganjay
Begal Story [Majalah Detik]
Quote:
Begal Berulah Bikin Resah [Bagian 1]
BULE—bukan nama sebenarnya―ingat betul kejadian pembegalan seorang pengendara sepeda motor di Depok, Jawa Barat, pada Minggu dini hari, 25 Januari lalu. Saat itu pukul 02.40 WIB. Pemuda itu baru pulang dari luar kota, dan memarkir mobil di rumahnya ketika men- dengar teriakan orang meminta tolong dari Jalan Margonda, dekat kampus Universitas Bina Sarana Informatika. Di tengah kegelapan malam, Bule melihat seorang pria yang terjatuh di aspal sedang dibacok tanpa ampun oleh salah satu dari empat pelaku. “Saya lihat 2-3 kali pelaku membacok korban,” kata Bule saat ditemui majalah detik di rumahnya, Senin pekan lalu. Sebelumnya, Bule sekilas melihat tiga sepeda motor berjalan beriringan. Dua sepeda motor, masing-masing ditumpangi dua orang, mengapit sebuah motor yang dikendarai seorang pria. Beberapa orang di antaranya terlihat mengayun-ayunkan helmnya. Belakangan, Bule menyadari pengendara sepeda motor yang diapit dua motor lain itu ternyata sedang dirampok. Pelaku berusaha menghentikan sepeda motor korban dengan cara memukulkan helmnya, tapi korban melawan. “Saya pikir mereka bercanda. Enggak lama, ada teriakan minta tolong,”ujarnya.
Tiga pelaku tetap di atas sepeda motor, dan seorang yang mengenakan masker warna gelap turun membacok korban. Helm si pembacok terlepas, sehingga Bule melihat jelas perawakan pelaku yang masih berusia muda. Rambut belakangnya agak tebal dan berombak. Bule pun berlari ke arah korban. Namun ia tak berani mendekat karena pelaku menenteng parang sepanjang kira-kira 80 sentimeter, dan mungkin saja membawa senjata api. Pada saat bersamaan, sebuah mobil melintas. Saat itu pelaku panik karena pengendara mobil tersebut melambatkan kendaraannya, lalu mengedipngedipkan lampu dim ke arah pelaku. Mereka berusaha kabur, tapi entah mengapa mesin salah satu sepeda motor pelaku tak menyala ketika distarter. Pelaku akhirnya meninggalkan kendaraan itu dan menggondol sepeda motor korban. Setelah pelaku kabur, Bule baru berani menghampiri korban yang bersimbah darah. Korban lalu dilarikan ke Rumah Sakit Bunda, Depok. Sayang, baru 15 menit ditangani, ia mengembuskan napas terakhir. Nyawanya tak tertolong. Luka bacokan di punggung dan pinggangnya sangat parah. “Dokter bilang paru-parunya pecah dan terjadi perdarahan,” tutur Bule, yang ikut mengantar korban.
Belakangan, korban diketahui bernama Abdul Rahman, warga Bogor, Jawa Barat. Dari keluarganya, diketahui Abdul bekerja di Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Kasus pembegalan di dekat jalan layang Universitas Indonesia itu bukan yang pertama di Depok pada awal 2015 ini. Dua pekan sebelumnya, pembegalan terjadi di Jalan Juanda, tak jauh dari proyek tol Cinere-Jagorawi (Cijago). Kejadiannya juga dini hari. Korban, Bambang Syarif Hidayatullah, 23 tahun, tewas dibacok komplotan pelaku. Kejadian berulang tepat sepekan setelah kejadian di dekat jalan layang UI. Minggu, 1 Februari 2015, sekitar pukul 03.30 WIB, sepasang muda-mudi yang sedang nongkrong di Jalan Boulevard Perumahan Grand Depok City, Cilodong, Kota Depok, ditodong komplotan berjumlah lima orang. Mereka memaksa korban menyerahkan sepeda motor Honda CBR miliknya. Beruntung, korban tak dilukai. Sebab, setelah pelaku ber upaya merampas sepeda motor sembari mengacungkan senjata tajam, korban, S, warga Sukmajaya, Depok, berteriak meminta tolong. Satu tim polisi yang memang sudah mengintai komplotan itu langsung bergerak. Dua pelaku, D dan IS, berhasil dibekuk. Se- dangkan tiga lainnya lolos. Saat akan disergap,
D melawan menggunakan sangkur. Namun ia menyerah setelah petugas memberi tembakan peringatan. Minggu paginya, sekitar pukul 07.00 WIB, satu pelaku lain, ADP, dicokok di rumahnya, Jalan Merawan Raya, Depok II Timur.
Komplotan ini digulung setelah tim Buru Sergap Kepolisian Sektor Sukmajaya, yang sedang berpatroli di kawasan Grand Depok City, mencurigai gerak-gerik mereka. Pelaku yang menunggang tiga sepeda motor itu berkeliling seperti mencari “mangsa”. Benar saja, saat dikuntit, para pelaku menghampiri korban dan merampas sepeda motornya. Dua dari tiga tersangka yang ditangkap diketahui baru berusia 18 tahun dan berstatus pelajar sekolah menengah kejuruan. Dari tangan mereka, disita tiga unit sepeda motor yang diduga hasil rampasan. Sepeda motor tersebut satu unit Honda CBR berwarna putih serta Yamaha Mio dan Yamaha Xeon berkelir merah dan hitam. Sejumlah senjata tajam, antara lain sebilah sangkur dan satu buah kapak, turut menjadi barang bukti. “Kami masih kembangkan soal dua Yamaha itu. Milik pelaku atau korban lainnya,” ucap Kepala Kepolisian Resor Kota Depok Komisaris Besar Ahmad Subarkah, Ahad pekan lalu. Para tersangka yang masih belia itu dijerat Pasal 365 dan 368 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tentang pencurian dengan kekerasan serta pemerasan. Ancamannya 9 hingga 12 tahun penjara. Sementara ini, mereka ditahan di Markas Polsek Sukmajaya.
Selain di Grand Depok City, ternyata para pelaku beraksi di tiga lokasi lain. Lokasi itu adalah di Jalan Raya Krukut, Kecamatan Limo; Jalan Margonda Beji; dan Jalan Raya Siak, Depok Timur. Perampasan di Krukut dilakukan pelaku sehari sebelum ditangkap. Korbannya bernama Kartumi. Penangkapan itu hanya berselang beberapa hari setelah polisi menggerebek tempat persembunyian komplotan begal di Sukamaju, Cilodong, Depok, pada Selasa dini hari, 27 Januari lalu. Penggerebekan dilakukan Polresta Depok bersama aparat Polresta Tangerang, karena kelompok ini juga menjadi buruan polisi di wilayah hukum Tangerang. Satu orang ditangkap dan satu tersangka ditembak mati karena melawan. Sedangkan beberapa pelaku diduga kabur saat tahu digerebek polisi. Komplotan inilah yang diduga membegal Abdul Rahman di dekat jalan layang UI. “Salah satu sepeda motor yang ada pada pelaku mirip de ngan motor korban di flyover UI,” kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Depok Komisaris Agus Salim. Adapun Kepala Humas Polresta Depok In- spektur Dua Bagus Suwandi menjelaskan komplotan yang digerebek di Sukamaju itu berasal dari Lampung, atau dikenal dengan sebutan “Kelompok Lampung”. Mereka berbeda komplotan dengan yang ditangkap di Grand Depok City.
Maraknya pembegalan jelas membikin resah warga Depok. Banyak pengendara sepeda motor waswas saat keluar pada malam hari. Erwin salah satunya. Apalagi karyawan event organizer di kawasan Jakarta Selatan ini kerap pulang kerja hingga larut malam. Bukan hanya sepeda motor yang ia khawatirkan menjadi incaran pembegal. “Kalau pulang kantor kan bawa tas isi laptop juga,” ujar warga Jalan Juanda ini.
DIkutip dari Majalah Detik Edisi 167
------------
Quote:
Pria Necis Itu Ternyata Begal [Bagian 2]
SUARA keras seperti benda terjatuh membangunkan Karyo dari tidur lelapnya. Pedagang makanan ini masih limbung saat berjalan untuk membuka pintu rumahnya. Di luar masih gelap-gulita. Baru pukul 03.20 WIB saat Karyo melihat seorang pria tersungkur di depan rumah kontrakan tetangganya, Masduki. “Waktu itu dia masih pakai helm, jaket kulit cokelat, celana panjang hitam, sama sepatu leret (setrip) merah,” kata Karyo, mengisahkan kejadian pada Selasa dini hari, 27 Januari lalu itu. “Saya lihat dia gereng-gereng (mengerang), sekarat, di pojokan.” Sejumlah aparat bersenjata ternyata sudah menyebar di sekitar rumah kontrakan petak di Jalan KUD, Kelurahan Sukamaju, Kecamatan Cilodong, Kota Depok, Jawa Barat, itu. Ia baru tersadar kegaduhan di pagi buta itu ternyata polisi yang sedang menggerebek kontrakan yang dihuni komplotan pelaku kejahatan asal Lampung. Salah satunya Mul, pria yang tersungkur setelah ditembak polisi. Mul, yang selama ini tinggal di rumah yang dikontrak Masduki, akhirnya tewas.
“Saya dengar suara tembakan tiga kali, yang dua katanya kena si Mul itu,” ujar Karyo, yang tak ingin nama sebenarnya ditulis, saat ditemui di rumahnya, akhir Januari lalu. Penggerebekan tersebut memang membuahkan hasil. Meski satu tewas ditembak karena melawan, satu anggota komplotan itu,
Masduki, ditangkap. Namun beberapa lainnya kabur melalui lubang menganga pada tembok yang memang sudah lama jebol. Karyo sempat mendengar sang komandan penggerebekan memarahi anak buahnya yang terlalu cepat melepas tembakan. Kalau saja tak buru-buru menembak, mungkin saja anggota komplotan ini bisa tertangkap semua. Polisi sebenarnya sudah “menyekap” Masduki beberapa jam sebelumnya di dalam rumah. Aparat dari Kepolisian Resor Tangerang Kabupaten dan Polres Kota Depok sengaja menunggu teman-temannya datang. Benar saja, pada dini hari, datang empat anggota kawanan itu, yang masing-masing menunggang sepeda
motor, termasuk Mul.
“Kata polisi, mereka datang sambil tertawa-tawa,” tuturnya. Polisi juga menyita tujuh sepeda motor. Tiga sepeda motor disimpan di dalam kontrakan dan empat unit ditumpangi komplotan itu. Dari tujuh motor, empat di antaranya bermerek Suzuki Satria, yang salah satunya mirip dengan sepeda motor korban pembegalan yang belakangan ini meresahkan warga Depok. “Salah satu motor yang ada pada pelaku
mirip dengan motor korban (pembegalan) di flyover UI,” ucap Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Depok Komisaris Agus Salim beberapa waktu lalu. Korban Abdul Rahman, warga Bogor, Jawa Barat, tewas dibacok komplotan begal berjumlah empat orang. Saat mengendarai sepeda motornya seorang diri pada Minggu dini hari, 25 Januari lalu, Rahman, karyawan sebuah perusahaan swasta, dipepet para pelaku yang mengendarai dua sepeda motor di Jalan Margonda Raya, Depok, dekat flyover Universitas Indonesia (baca "Begal Berulah Bikin Resah", majalah detik edisi 167). Setelah dibacok hingga tewas, sepeda motor korban, Suzuki Satria berwarna putih, digasak para pelaku. Dua pekan sebelumnya, begal juga beraksi di Jalan Juanda, dekat proyek jalan tol Cinere-Jagorawi, Depok. Kejadiannya juga dini hari. Korban yang baru berusia 23 tahun juga tewas dibunuh komplotan pelaku. Dalam penggerebekan di Sukamaju itu, polisi menemukan sebilah pedang yang berlumuran darah yang sudah mengering. Pedang itu sempat diperlihatkan kepada Karyo dan istrinya yang bertanya-tanya, kejahatan apa yang dilakukan tetangganya tersebut sehingga harus ditembak mati.
“Polisinya bilang, ‘Ibu tahu enggak, dia itu perampok yang baru bunuh korbannya di Tangerang. Kalau enggak percaya, ini pedangnya,” kata Karyo, menirukan ucapan seorang polisi. Atun―juga bukan nama sebenarnya―anak perempuan Karyo, juga setengah tak percaya Masduki dan Mul, tetangga kontrakannya selama ini, ternyata pelaku pembegalan. Saat ke luar rumah, Mul selalu berpenampilan rapi mengenakan kemeja lengan panjang dan bersepatu kets. “Pakaiannya rapi, necis gitu.” Keduanya ramah dan kerap menyapa tetangga. Teman-teman Masduki dan Mul, yang sering datang ke kontrakan, pun berpenampilan rapi. Mereka mengaku bekerja di sebuah koperasi. “Bocahnya putih-putih, ganteng, kagak ada tatonya, makanya kagak nyangka kalau mereka perampok sadis,” ujar Atun dengan logat Betawi kental.
Karyo juga tak pernah menaruh curiga. Kalaupun polisi menduga mereka komplotanbegal yang beraksi di wilayah Depok dan Tangerang, Masduki dan Mul tak pernah terlihat gonta-ganti motor. Mul sehari-hari mengendarai motor Yamaha Mio GT berwarna merah. Sedangkan Masduki menunggang Honda Beat berwarna hitam. “Kalau teman-temannya memang ganti-ganti (motor), tapi kan enggak curiga. Bisa aja pinjam motor teman,” tuturnya. Namun Karyo mengakui tetangganya itu kerap pulang dini hari. Pernah saat istrinya hendak salat sekitar pukul 02.30 WIB melihat Masduki baru masuk rumah. “Dia itu pulang pas orang lain istirahat,” ucapnya. Soal nama mereka, Karyo mengaku baru tahu setelah penggerebekan. Sebab, Masduki dan Mul tak pernah menyebut nama mereka. Namun bisa jadi itu pun bukan nama asli. Menurut Kepala Unit Reskrim Kepolisian Sektor Serpong, Tangerang, Ajun Komisaris Toto Daniyanto, komplotan yang disebut “Kelompok Lampung” ini memang kerap berganti-ganti nama untuk menyamarkan identitas mereka. Para pelaku tahu dicari polisi dan masuk daftar pencarian orang (DPO). Karena itu, hampir setiap pekan mereka berganti-ganti nama, termasuk kartu tanda penduduk, yang disesuaikan dengan kontrakan mereka yang berpindah-pindah. “Seperti (nama) Edi jadi Agus, Agus jadi Edi, padahal orangnya itu-itu saja.” kata Toto secara terpisah.
Penggerebekan itu merupakan pengembangan dari penangkapan sebelumnya terhadap kelompok Karim di Serpong. Lalu seorang anggota kelompok ini, yang berniat menyeberang ke Sumatera di Pelabuhan Penyeberangan Merak, Banten, tewas ditembak. Dari telepon seluler pelaku, polisi menelusuri jaringan itu di Cikupa, Tangerang, hingga Serang. Beberapa kelompok yang ditangkap, termasuk yang digerebek di Sukamaju, Depok, semua berasal dari “Kelompok Lampung”. “Mereka ini ada beberapa kelompok, tapi masih satu jaringan,” ujar Toto. Tidak hanya membegal pengendara dan melakukan pencurian kendaraan bermotor, komplotan Lampung juga melakukan berbagai tindak pidana lain, seperti perampokan nasabah bank dan menggarong rumah tinggal. Dari jaringan Lampung, polisi berhasil menangkap 11 orang, dan enam di antaranya tewas ditembak karena melawan. Namun diduga masih ada 30 orang lebih yang masih berkeliaran. Mereka tak lagi hanya beraksi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), tapi sudah merambah sampai ke Sukabumi, Jawa Barat. “Lolos di sini, mereka bikin kelompok lagi di kota lain,” ucap Toto. Dan perburuan para begal belum akan berakhir.
DIkutip dari Majalah Detik Edisi 168
Diubah oleh bangganjay 20-02-2015 08:57
0
5.9K
Kutip
37
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan