Liputan6.com, Jakarta Harga minyak dunia yang mengalami tren menguat menjadi faktor pertimbangan pemerintah untuk mengubah harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dan solar bersubsidi.

Dalam pembentukan harga solar subsidi saat ini Rp 6.400 menggunakan acuan Singapura, yaitu Mean Of Plattes Singapore (MOPS) 25 Desember 2014 sampai 24 Januari 2015 sebesar US$ 63,74 per barel dengan kurs Rp 12.507 per dolar. Dengan demikan harga MOPS per liter Rp 5013,81.

Sedangkan formula pembentukan harga premium saat ini Rp 6.600 di luar Jawa Madura dan Bali dihitung dari 25 Desember 2014 hingga 24 Januari 2015. Dengan Mean Of Plate Singapore (MOPS) US$ 56,11 per barel dan kurs Rp 12.517 per dolar. Maka rata-rata MOPS Rp 4.417 per liter.

Direktur Pemasaran PT Pertamina (Persero), Ahmad Bambang mengatakan, saat ini MOPS sudah naik dari formula penetapan harga solar besubsidi dan premium tersebut.

"Harga minyak sudah di atas US$ 62 per barel, premium sudah US$ 70an perbarel, solar US$ 74 perbarel," kata Ahmad, di Jakarta, Kamis (19/2/2015).

Menurut Ahmad, jika MOPS tersebut meningkat lagi, maka akan ada kemungkinan harga BBM akan naik. Namun jika sebaliknya, maka harga BBM tetap bahkan bisa turun.

"Kalau MOPS naik lagi, ya tentu saja akan naik, tetapi kalau tetap atau turun ya bisa saja malah turun," ungkapnya.

Ahmad tak bisa memastikan harga solar bersubsidi dan premium akan naik pada awal Maret. Lantaran, penentuan harga berada di tangan pemerintah.

"Namun soal harga BBM lain, karena kewenangan Pemerintah. Kami tunggu saja arahan pemerintah," ujar Ahmad. (Pew/Ahm)