Sudah terlalu sering ke pantai Pangandaran? Cobalah sesekali ke pantai Nusakambangan!



Pada umumnya satu hal yang terlintas dalam pikiran masyarakat Indonesia saat mereka mendengar kata “Nusakambangan” adalahpenjara. Bukan sembarang penjara tentunya. Nusakambangan diperuntukkan bagi para tahanan yang oleh pengadilan diputuskan harus diadili dengan berat seperti masa hukuman yang lama, atau seumur hidup, atau bahkan hukuman mati. Sebut saja beberapa narapidana kelas kakap seperti Tommy Soeharto dan Amrozi (terpidana mati kasus terorisme).

Sesuai namanya, nusakambangan (nusa = pulau; kambangan = mengambang/mengapung) memang merupakan satu pulau yang terpisah dari pulau jawa dan dikelilingi oleh samudra hindia dan terkesan mengapung sehingga membuatnya terisolir. Kondisi itulah yang mampu meminimalisir kemungkinan tahanan untuk kabur. Namun, belum banyak masyarakat Indonesia yang tahu bahwa Nusakambangan juga menyimpan sebuah pantai berpasir putih yang indah dan memungkinkan untuk dikunjungi.

Untuk menjangkau pantai tersebut pertama kita harus datang ke pantai teluk penyu di Cilacap (Nusakambangan terletak tepat di sebelah selatan pantai ini).



Kemudian kita harus menaiki perahu untuk menyeberang menuju Nusakambangan. Untuk penyeberangan ini umumnya dikenakan biaya Rp 15.000 per orang (terkadang pemilik perahu menawarkan harga lebih, sehingga kita harus menawarnya terlebih dahulu). Biaya tersebut sudah termasuk jasa penjemputan dari pulau Nusakambangan kembali ke pantai teluk penyu. Perahu yang disediakan untuk penyeberangan adalah perahu nelayan dan tergolong perahu kecil sehingga merupakan tantangan tersendiri untuk menyeberangi samudra hindia yang notabenenya memiliki ombak besar. Pernah naik kora – kora? Kira – kira begitulah sensasi yang akan kita rasakan saat menaiki perahu kecil menyeberangi samudra hindia untuk sampai ke Nusakambangan.

Hamparan pasir putih pesisir utara adalah hal pertama yang akan kita lihat saat kita sampai di pulau Nusakambangan. Namun, pantai berpasir putih yang biasa menjadi tujuan wisata berada di pesisir selatan pulau sehingga kita diharuskan untuk membayar tiket masuk lagi dan berjalan kaki melintasi lebatnya pepohonan dan gerombolan kera. Tenang, sepi, hijau, dan sangat alami karena belum banyak orang yang mengunjungi pulau ini. Di beberapa titik tertentu sepanjang jalan juga terdapat bangungan – bangunan tua bercat putih khas peninggalan masa penjajahan Belanda.







Perjalanan yang cukup jauh akhirnya terbayar saat kita sampai di pantai berpasir putih dengan air laut yang jernih dan suasanayang masih sangat alami.
: