Kota Kopenhagen hampir identik dengan sepeda. Bahkan sering disebut kota paling ‘ramah sepeda’ di dunia. Kota ini menjadi mimpi bagi banyak warga yang menginginkan kenyamanan bersepeda. "Kami berpikir bisa menularkan budaya bersepeda itu di mana saja,” kata Assaf Biderman, associate director untuk Laboratorium SENSEable City di Institut Teknologi Massachusetts. Itulah yang menjadi ide dasar Biderman dan timnya untuk menciptakan Copenhagen Wheel atau Roda Kopenhagen.
Quote:
Kopenhagen (bahasa Denmark: København) adalah ibu kota Denmark. Nama ini berasal dari kata Købmandshavn, yang berarti "pelabuhan saudagar". Kopenhagen terletak di pesisir timur pulau (Sjælland) di tepi sungai Sont. Pada tahun 2003 kota ini memiliki penduduk sebesar 501.285 jiwa, tetapi secara keseluruhan di daerah Kopenhagen Raya tinggal sekitar 1,8 juta jiwa.
Quote:
Alat ini pada dasarnya adalah roda belakang yang dilengkapi dengan motor listrik hibrida, baterai, dan sensor. Alat ini mampu menangkap energi yang hilang saat bersepeda dan pengereman, kemudian menyimpannya ketika pengendara membutuhkan sedikit dorongan. “Mengayuh sepeda seolah-olah tak pernah merasakan tanjakan,” kata Biderman.
Spoiler for Copenhagen Wheel:
Spoiler for Copenhagen Wheel:
Spoiler for Copenhagen Wheel:
Quote:
Keindahan dari Copenhagen Wheel adalah kesederhanaannya. Bentuknya dirancang tanpa kabel eksternal atau komponen lain yang terlihat. Dapat digunakan di semua rangka sepeda, meski itu sepeda retro sekalipun. Teknologi ini menggunakan sistem pemulihan energi kinetik (KERS). Pengendara sepeda butuh mengayuh setidaknya empat jam perjalanan agar motor listrik itu berfungsi.
Saat sepeda dikayuh, roda akan melacak kecepatan laju sepeda, kemiringan tanjakan, dan kekuatan saat menggowes pedal. Selanjutnya, roda akan menghitung titik yang tepat saat pengendara sepeda membutuhkan dorongan ekstra. "Ketika anda mengayuh pedal, maka roda akan mempelajari pergerakan kaki anda dan mengintegrasikannya dalam sistem listrik secara mulus," kata Biderman.
Dalam Copenhagen Wheel ada 12 sensor untuk mendeteksi segala sesuatunya, mulai dari kecepatan, polusi, Global Positioning System, bahkan lokasi lubang yang ada di jalan. Data yang dihasilkan sangat luas dan beragam. Hal itu bisa sangat berharga, termasuk bagi perencana kota. Data itu dapat digunakan untuk memahami kebiasaan pengendara sekaligus mampu membantu perencana kota memetakan tingkat polusi, kebisingan, kemacetan lalu lintas, dan kondisi jalan.
Spoiler for Copenhagen Wheel:
Spoiler for Copenhagen Wheel:
Spoiler for Copenhagen Wheel:
Quote:
Tim Assaf juga merilis 'kit pengembang' versi roda. Hal ini memungkinkan orang lain untuk menciptakan aplikasi baru dan mengubah profil perilaku perputaran roda. Siapa pun kemudian bisa mengunduh dan digunakan. Data bisa diakses melalui ponsel pintar dan digunakan untuk merencanakan rute sepeda sehat, rencana mencapai tujuan, atau janjian dengan teman-teman di mana saja. Pengguna juga dapat berbagi data dengan teman-teman lain, bahkan beda kota sekalipun.
Harga roda ini dibanderol US$ 799 atau hampir Rp 10 juta. Meski diakui termasuk mahal dibandingkan harga sepeda listrik yang banyak dijual di pasaran, tapi diharapkan meningkatkan jumlah pengendara sepeda di setiap kota di dunia.