

Sebut saja mereka sebagai feminis-feminis situasional. Bukan feminis beneran.
Jadi, di suatu sore saat di perjalanan pulang sehabis makan siang (mewah di tanggal muda), tiga agen P! cewek terjebak dalam obrolan tentang feminisme. Seperti pepatah tak ada asap jika tak ada api. Nggak mungkin bahas feminisme kalo nggak ada pemicunya yang adalah “soal diajakin ketemuan sama cowok buat makan siang bareng. Tapi gengsi minta dijemput. Karena gue kan feminis, bisa berangkat sendiri.”
“Hah, apaan tuh feminis? Masinis versi cewek?” Yaaaa, suatu saat bisa jadi bisa jadi. Intinya itu gerakan perempuan yang menuntut persamaan derajat, hak dan kebebasan dari penindasan lelaki dan aturan-aturan yang mereka buat, lewat tema-tema seperti kesetaraan gender dan emansipasi wanita.
Nah, gara-gara celetukan itu P! jadi pengen membahasnya lebih lanjut. Pengen menyibak tabir dibalik ocehan-ocehan kaum (yang ngakunya) feminis, tapi nanggung kayak gini nih.
Quote:
Serba Bisa Sendiri Tapi Gerutu Bilang Cowok Nggak Peka
Kayak contoh yang barusan. Gengsi minta dijemput dan dianter tiap kali ketemuan atau mau jalan sama pacar/teman. Tapi, gerutu dalem hati bilang cowok nggak peka.
Dia: makan siang bareng yuk
Lo: di mana?
Dia: di Citayem yuk. Ketemuan langsung di sana aja ya? Nggak papa kan?
Lo: Iya sip, aku kan anaknya feminis. (%$&*%@?”!{!G!U@^#@@&*# dasar cowok nggak peka!, *dalam hati).
Kasus ini biasa terjadi sama cewek-cewek yang ketemu sama cowok-cowok yang nggak peka. Atau sebenernya bisa jadi dia salah satu cowok yang mendukung lo sebagai kaum feminis. Makanya dia nggak pengen lo jadi kelihatan lemah di depannya. Bagus dong. Katanya nggak pengen dibilang makhluk inferior. Kenapa nanggung?
Quote:
Di Saat Kepepet, Ladies First Jadi Andalan
Di Indonesia, feminis emang masih ada yang di luarnya doang. “Gue bisa kali bawa mobil. Gue harus dapet SIM B nih buat bisa nyetirin truk gas Elpiji. Gue kan feminis. Gue juga jago kali bawa motor satria dengan rambut terjuntai-juntai kebawa angin dengan campuran asap hitam knalpot metromini.” Tapi giliran soal antri-mengantri, selalu ngoceh ladies first ke bapak-bapak, ke mas-mas, ke cowok ganteng di depan mesin ATM. Yaelah. Katanya pengen kesetaraaan, kok masih ngomong siapa yang harus duluan? Bukannya kita lebih enak jalan beriringan? Ihiiy.
Quote:
Main Tikung-Tikungan Pacar Sama Cewek Lain
Jadi salah satu agenda dari feminis itu kan menuntut kebebasan dari penindasan laki-laki. Salah satunya menentang poligami karena dianggap nyakitin perasaan kaumnya layauww. Eh tapi tapi tapi kalo poligami ditentang, kok kalian malah saling main tikung-menikung pacar? Apa karena itu cuma pacar, belom nikah. Tapi kan tetep aja kalian para cewek jadi saling nyakitin gitu. Hiks. Mungkin nggak sengaja kali ya? Nggak sengaja nyakitin perasaan kaumnya sendiri. #zebel
Quote:
Pergi ke Mall, Parkirnya Tetep di Ladies Parking
“Emang cewek maunya enaknya doang!” Eaaa…gimana nggak heran kalo ada orang yang nyinyir kayak gini sama kaum cewek apalagi yang ngaku feminis, mehehee. Nuntut kesetaraan kalo lagi terdesak. Tapi giliran dikasih fasilitas enak kayak ladies parking gini malah diem-diem keenakan. Kalo feminis beneran, ayo dong parkirnya bareng sama laki. Biar bisa jalan kaki bareng dari parkiran sampe lobby mall sampe ketek kita sama-sama basah. Betis kita sama-sama berotot.
Quote:
Sumpahin Bapak-Bapak Yang Pura-Pura Tidur Dan Nggak Ngasih Lo Duduk di Bus/Kereta
Sebagai penumpang sekaligus feminis, lo harusnya punya mental yang lebih siap sama segala perlakuan yang diterima di dalem angkutan umum (bus/kereta). Dibanding sama penumpang lain (yang bukan feminis dong). Misalnya kayak nggak dikasih tempat duduk sama bapak-bapak yang pura-pura tidur di depan lo. Sebagai (yang ngaku) feminis, lo harusnya nggak papa sama tingkah bapak-bapak itu. Nggak boleh kesel lho, apalagi sampe disumpahin. Nggak baik. Kan lo dianggap setara. Feminis kan nggak mau kelihatan lemah. Jadiii….selamat berdiri di kereta rute Sudirman – Citayem.
Quote:
Nggak Mau Nembak Cinta Duluan
Pellliiiiisss…. banget sebelum ditulis lebih lanjut, tolong berhenti nyangkutin cinta ini sama Rangga. Ini beda. Ini soal perasaan yang katanya susah buat dinyatakan. Padahal sebenernya gampang tahu. Yang bikin susah itu adalah ketakutan kita kalo nanti cinta itu ditolak. #Eaaaaa. Soalnya itu bisa bikin kita mengalami penurunan self-esteem (alias perasaan nggak PD kalo kata ilmu psikologi). Coba makanya sebelum ngaku-ngaku feminis, cek dulu sanggup nggak nahan beban segitu berat kayak cinta ditolak?
Quote:
Tiap Pacaran Maunya Dibayarin
Sekali lagi, namanya feminis kan nggak pengen kelihatan lemah. Nggak cuma lemah soal fisik, dalam hal keuangan juga dong ya. Biar adil gitu deh. Lagian juga sekarang udah banyak banget cewek-cewek yang fokus di karir. Malah kadang jabatannya lebih tinggi daripada cowok. Terus kenapa tiap pacaran maunya masih dibayarin? Makan, tiket nonton, baju, tas, sepatu, bandana, iket pinggang, salon, cicilan motor, tagihan kartu kredit, semuanya nggak mau pake duit sendiri. Wailah. Dasar feminis situasional.
Mungkin cewek-cewek kayak gini adalah feminis-feminis situasional. Feminis yang menyesuaikan situasi dan kondisi. Kalo lagi pengen aja ngaku feminis. Padahal yang pasti gerakan feminisme itu nggak lahir dari denial-nya cewek-cewek yang nggak dapet perlakuan istimewa dari cowok-cowok (yang fokus sama cewek-cewek cantik dan manja). Dadaaaah…

