- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
No TV, No Cry! Tips Membentuk Kebiasaan ‘NO TV’ Bersama Anak


TS
alinzis
No TV, No Cry! Tips Membentuk Kebiasaan ‘NO TV’ Bersama Anak
Quote:


Sebelum dilanjut jangan lupa ini dulu ya


Quote:
Ah, televisi!
Tua-muda, besar-kecil, lulusan SD hingga profesor sekalipun terlihat larut dalam emosi masing-masing sambil menatap layar benda elektronik itu. Begitulah, tanpa pandang bulu, televisi berhasil mengikat perhatian orang untuk terus menerus menyimak konten-kontennya yang bervariasi. Tak pelak, banyak yang akhirnya kecanduan menonton televisi tanpa memperhatikan dampak negatif tv pada anak.
Quote:
Iklan
Sebagian orang, termasuk kami, mulai menggelisahkan kehadiran televisi dalam rumah. Selain resiko kecanduan, dengan menonton televisi, itu artinya kami harus bersedia melahap iklan-iklan komersil yang tanpa ampun menjejali mata dan otak. Iklan-iklan berkelas maupun asal-asalan, semua membawa pesan yang sama: Beli!Beli! Beli! yang tentu saja mendorong perilaku konsumtif. Bisa dikatakan, semua iklan juga mengaku sebagai produk terbaik dan berkualitas. Tetapi, coba cek di bagian belakang kemasan produk: Berapa persen bahan-bahan alami yang terkandung dalam sebuah produk yang mengklaim dirinya ‘alami’? Berapa persen bahan-bahan sehat yang terkandung dalam produk makanan/minuman yang mengaku bagus untuk kesehatan dan dapat meningkatkan kecerdasan? Tayangan macam inikah yang sebenarnya kita inginkan untuk keluarga, terutama anak-anak?
Quote:
Program-Program Sajian
Dewasa ini, banyak orangtua yang mengeluhkan konten acara talkshow dan sinema berseri yang ditayangkan oleh stasiun-stasiun televisi. Tanpa harus disebutkan, kami yakin pembaca punya kegelisahan sendiri tentang bagaimana kedua jenis acara yang sedang menguasai lebih dari 50% tayangan televisi itu menampilkan adegan minim nilai etika-moral, adegan yang memicu penontonnya untuk terjerumus ke dalam pergaulan bebas, dan cara berpikir pendek penuh angan-angan, sehingga mengabaikan realitas dunia nyata. Juga, berita-berita yang dipenuhi dengan berita negatif (politik kotor, korupsi, kriminalitas). Padahal, masih banyak hal positif yang bisa dijadikan perimbangan komposisi berita. Rasanya, orang semakin tenggelam dalam dunia persepsi bentukan media televisi.
Quote:
Memilih ‘Makan Sendiri’ Daripada ‘Disuapi’
Banyak orang akhirnya berlangganan TV Kabel, sehingga mereka bisa memilih sendiri ‘menu-menu’ tontonan yang dianggap ‘sehat’. Menolak untuk terus-menerus ‘disuapi’ oleh pertelevisian lokal yang semakin tak jelas arahnya. Channel luar negeri, terutama, memang lebih minim iklan. Atau, seperti yang kami lakukan 3 tahun belakangan ini, sekalian meniadakan benda yang yang bernama televisi. No TV.
Quote:
Tips Membentuk Kebiasaan ‘NO TV’ Bersama Anak
Bila kita memutuskan hendak menjalankan program NO TV dalam keluarga, tentulah amat berkaitan erat dengan pola asuh yang diterapkan pada anak. Oleh karena itu, perlu dipikirkan cara yang tepat supaya bisa membentuk kebiasaan ‘NO TV’ bersama anak dengan konflik seminimal mungkin. Bahkan kalau bisa, anak merasakan kegembiraan baru dengan tiadanya televisi. Dan, inilah yang kami lakukan untuk menerapkan kebiasaan baru tersebut:
Quote:
1. Tidak menyediakan televisi di rumah
2. Terangkan alasannya
3. Menambah intensitas kebersamaan keluarga
4. Menyediakan buku-buku untuk dibaca anak
5. Mengakses Youtube
6. Peraturan yang Lentur
7. Bimbing anak menemukan hobinya.
8. Teladan dan Inisiatif Orangtua
Quote:
Jual atau berikan televisi pada orang lain begitu memutuskan program NO TV di rumah. Selama masih ada televisi di rumah, akan lebih berat mempertahankan konsistensi kebiasaan NO TV yang sedang dibentuk.
2. Terangkan alasannya
Quote:
Edukasi tentang bahaya televisi dilakukan secara bertahap, dengan bahasa yang mudah dipahami anak. Kami juga sering membacakan berita/artikel yang memuat efek buruk menonton televisi, dan berusaha menghubungkannya dengan keseharian anak. Misal: Coba perhatikan, kamu jadi lesu dan tidak punya ide kalau terlalu lama menonton tivi. Bandingkan kalau kamu bermain lari-larian? Terasa lebih ceria dan segar. Mana yang lebih enak?
3. Menambah intensitas kebersamaan keluarga
Quote:
Ketika anak ‘tidak mendapatkan televisi’, pastikan ia ‘mendapatkan ayah dan ibunya’ lebih banyak daripada biasanya. Lakukanlah kegiatan yang menekankan kebersamaan keluarga, seperti olahraga pagi, mengobrol, bermain, membaca, piknik, dll. Hal ini yang bisa menambah kedekatan hubungan keluarga secara emosional. Kebutuhan emosional anak akan kelekatan pada orangtua tidak bisa digantikan oleh tontonan sebagus apapun, sebab inilah kebutuhan naturalnya, seperti kebutuhan makan dan minum. Meskipun anak terlihat anteng di depan televisi menonton program seberkualitas apapun, tidak akan dapat mengisi kebutuhan emosional ini.
4. Menyediakan buku-buku untuk dibaca anak
Quote:
Kami tak segan-segan mengalokasikan dana untuk membeli buku-buku baru untuk anak, membuat semacam perpustakaan kecil di tempat biasanya televisi diletakkan. Jadi, setiap kali anak ingin menonton televisi, yang ia temukan adalah buku-buku itu. Lalu, kami juga menyiapkan kertas-kertas, spidol, mainan-mainan kesukaan anak, dll. sebagai alternatif kegiatan. Saat beraktifitas, kami biasa memutar musik kesukaan anak, sehingga suasana terasa menyenangkan dan hidup.
5. Mengakses Youtube
Quote:
Kami menemukan bahwa Youtube adalah media yang cukup efektif sebagai sumber tontonan yang sangat minim iklan. Dengan syarat, dilakukan pendampingan hingga orangtua yakin anak bisa melakukan akses positif secara mandiri. Kami memberi waktu terbatas kurang lebih 2 jam per hari untuk kegiatan ini. Perlu diperhatikan, bahwa orangtua juga tidak boleh mengakses internet berlebihan (setidaknya di depan anak). Supaya tidak beralih menjadi kecanduan gadget/internet karena kekosongan ‘posisi’ tv.
6. Peraturan yang Lentur
Quote:
Seperti batang-batang bambu yang mampu bertahan dalam terpaan angin kencang karena kelenturannya, begitulah kurang-lebih cara kami menerapkan peraturan di rumah.
Contoh kasus.
Contoh kasus.
Bila anak menonton televisi di rumah teman atau kakek nenek, maka kami biarkan, selama masih dalam batas wajar. Malahan, kami menggunakan momen ini untuk mengedukasi anak tentang tayangan televisi. Menanyakan apa pendapatnya tentang tontonan itu, membenturkannya dengan nilai-nilai kebaikan dalam keluarga kami, menggali argumen-argumen, dan membiarkannya memutuskan apakah tontonan itu baik atau buruk. Cara ini diharapkan bisa membangun auto-sensor dalam diri anak, sehingga di masa depan, otomatis akan menyeleksi tontonan meski tanpa orangtua. Tetapi bila dirasa telah berlebihan, kami akan menawari anak alternatif kegiatan lain yang sama-sama menyenangkan, misalnya bermain bersama di luar rumah atau jalan-jalan.
7. Bimbing anak menemukan hobinya.
Quote:
Terus gali minat anak, dengan tujuan menemukan apa yang sungguh-sungguh menjadi hobi. Bila anak sudah menemukan hobinya, ia tidak akan terpikir untuk nonton televisi lagi. Sebab waktunya sudah tercurahkan untuk melakoni hobinya seharian.
8. Teladan dan Inisiatif Orangtua
Quote:
Program NO TV tidak akan bisa sukses dengan modal teriakan, hukuman, atau omelan. Teladan dan inisiatif orangtua memainkan peran yang sangat besar di sini. Isilah waktu luang dengan melakukan kreatifitas, menekuni hobi, membaca, atau hal-hal positif lain yang pantas untuk diteladani anak. Bangunlah komunikasi yang akrab dengan anak, dan tambah intensitas kebersamaan keluarga.
Quote:
Televisi, Bukan Harga Mati
Sebelum memutuskan memberikan televisi pada orang lain, ada pertanyaan yang selalu menghantui kami: Bagaimana kami bisa hidup tanpa televisi? Apakah kami akan menjadi manusia bodoh, terbelakang, dan tidak bahagia?
Namun kekhawatiran kami tidak terbukti. Mengakses informasi tidak melulu harus dari televisi. Banyak hal produktif yang bisa kami lakukan, karena tak ada lagi waktu nongkrong di depan televisi. Komunikasi kami terasa lebih akrab. Hari-hari terlewat dengan lebih bermakna. Pikiran dan perasaan kami terasa lebih segar.
Lambat laun, kami pun menemukan jawabannya: Ya, kami lebih bahagia hidup tanpa televisi.
Sebelum memutuskan memberikan televisi pada orang lain, ada pertanyaan yang selalu menghantui kami: Bagaimana kami bisa hidup tanpa televisi? Apakah kami akan menjadi manusia bodoh, terbelakang, dan tidak bahagia?
Namun kekhawatiran kami tidak terbukti. Mengakses informasi tidak melulu harus dari televisi. Banyak hal produktif yang bisa kami lakukan, karena tak ada lagi waktu nongkrong di depan televisi. Komunikasi kami terasa lebih akrab. Hari-hari terlewat dengan lebih bermakna. Pikiran dan perasaan kami terasa lebih segar.
Lambat laun, kami pun menemukan jawabannya: Ya, kami lebih bahagia hidup tanpa televisi.
Quote:
“No TV? No cry!”
Quote:
Mungkin jika kita sudah dewasa, kita lebih pintar memilah mana yang baik dan yang buruk dari acara yang ada di TV, tapi bagi anak kecil, semua hal baru yang dia lihat di TV akan dengan sengaja membimbingnya menjadi beberapa karakter yang muncul di TV mau itu buruk atau baiknya, Contoh realnya Tetangga ane yang selalu meniru beberapa tokoh dalam sinetron indonesia dan nggak jarang pula mereka menganggap hal itu wajar-wajar saja, padahal usia mereka masih sekitar 8-12 tahuna ( anak SD ) dan nggak jarang anak SMP ditempat ane juga berpakaian seperti anak sekolah yang ada di TV, sungguh miris ane liatnya.. Padahal jika acara di TV lebih mendidik untuk berprilaku baik dan menjadikan anak-anak pintar, sungguh generasi muda kita tak akan salah jalan.. Memang TV sebuah benda kecil, tapi dia memiliki efek yang besar bagi perkembangan pemuda/i Indonesia.. Jika saja ada sedikit acara berbobot yang bisa membangun moral generasi muda, tidak akan semakin banyak orang tua yang cemas akan kondisi perkembangan anaknya karena menonton TV, tidak akan semakin banyak generasi muda yang mengesampingkan ilmu pengetahuan demi sebuah hiburan semu di TV..
Tapi, Ah.. Sudahlah..
Saya ini siapa dan apa.? Berkomentarpun sama saja.. Karena sejatinya keuntungan sudah menenggelamkan kenyataan dan kualitas dari acara TV sendiri..
Jika memang masih membutuhkan TV, maka dampingi anak anda dalam penyerapan informasi yang diberikan oleh siaran TV dan mungkin anda bisa memakai siaran berbayar yang memang dikhususkan untuk program anak atau bisa menjadikan TV sebagai pemanfaatan menonton DVD Kartun bersama atau film anak bersama.. Menambah waktu bersama keluarga dengan kegiatan yang lebih bermanfaat bukan.? dan itu jauh lebih cerdas dalam peralihan fungsi siaran TV yang mulai meresahkan kita..
Mampir juga ke :
Alasan Kenapa "TV Sekarang" Tak Baik Untuk Anak
Tapi, Ah.. Sudahlah..
Saya ini siapa dan apa.? Berkomentarpun sama saja.. Karena sejatinya keuntungan sudah menenggelamkan kenyataan dan kualitas dari acara TV sendiri..
Jika memang masih membutuhkan TV, maka dampingi anak anda dalam penyerapan informasi yang diberikan oleh siaran TV dan mungkin anda bisa memakai siaran berbayar yang memang dikhususkan untuk program anak atau bisa menjadikan TV sebagai pemanfaatan menonton DVD Kartun bersama atau film anak bersama.. Menambah waktu bersama keluarga dengan kegiatan yang lebih bermanfaat bukan.? dan itu jauh lebih cerdas dalam peralihan fungsi siaran TV yang mulai meresahkan kita..
Mampir juga ke :
Alasan Kenapa "TV Sekarang" Tak Baik Untuk Anak
Terimakasih buat Abu/Cendol nya

Spoiler for sumur:







Diubah oleh alinzis 12-02-2015 10:19
0
9.8K
Kutip
179
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan