Kaskus

News

kerbau21Avatar border
TS
kerbau21
"Pilot AirAsia 8501 tdk brd di kursinya saat sebelum pesawat kehilangan kendali"
FEED US LIKE A CHILD BOSSS WITH YOUR STORY!!!!!!!! , NYAM- NYAM.......

Singapore/Jakarta/Paris (Reuters)- Kapten dari pesawat AirAsia yang jatuh ke laut pada bulan Desember yang lalu ternyata sedang tidak duduk di kursinya saat kejadian. Sang Kapten sedang melakukan prosedur tidak biasa pada saat kopilot kehilangan kendali terhadap pesawat. Pada saat sang Kapten kembali, keadaan sudah terlambat untuk menyelematkan pesawat, seperti diutarakan oleh dua narasumber yang dekat dalam investigasi.

Fokus penyelidikan saat-saat akhir penerbangan QZ8501 sepertinya beralih terhadap perawatan pesawat, prosedur dan pelatihan, walau demikian pejabat Indonesia menggarisbawahi bahwa sekarang masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan.
Airbus A-320 jatuh dilaut Jawa pada saat terbang dari Surabaya, Indonesia menuju ke Singapura pada tanggal 27 Desember, kecelakaan tersebut menelan korban jiwa 162 orang.

Beberapa minggu sebelumya ternyata pesawat sudah mengalami masalah maintenance terutama pada komputer pengendali terbang, seseorang yang mengerti mengenai keadaan ini mengatakan bahwa beberapa hari sebelumnya sang pilot sudah beberapa kali menerbangkan pesawat tersebut dan terkadang menghadapi masalah yang sama.

AirAsia tidak memberikan komentar saat penyelidikan ini sedang dilakukan oleh KNKT (National Transportation Safety Committee)
Reuter melaporkan bahwa penyelidikan kini difoskuskan terhadap masalah perawatan pada “Flight Augmentation Computer (FAC)” dan cara pilot bereaksi terhadapat masalah FAC.

Setelah berusaha me-reset alat diatas, pilot kemudian menarik pemutus sirkuit, seperti yang diberitakan oleh Bloomber di hari Jumat.
Orang-orang yang sangat dekat dengan penyelidikan ini mengatakan kepada Reuter bahwa Pilot Iriyanto mengambil langkah diatas, sedangkan kopilot (yang pengalamanya lebih rendah) asal Perancis pada saat kejadian sedang menerbangkan pesawat tersebut.
Pada saat sumber daya ke FAC terputus tidak serta merta membuat pesawat akan bermasalah namun akan menghilangkan perlidungan terhadap keamanan pesawat yang mana perlindungan tersebut mampu menghalangi pilot untuk menerbangkan pesawat melampawai ambang batas keselematan, saat kejadian sang kopliot (pilot junior) menerbangkan pesawat secara manual di ketinggian yang sebenarnya aman.

Keputusan untuk memutus tenaga/power ke FAC membuat beberapa orang terkejut dalam penyelidikan ini karena prosedur yang umum dan baku padahal hanya dengan menekan tombol yang berapa di panel depan.
Seorang pilot A320 yang tidak mau menyertakan jati dirinya mengatakan “ Anda dapat me-reset FAC, namun memutuskan tenaga ke FAC adalah sesuatu yang tidak umum. “ Anda tidak perlu melepas pemutus sirkuit kecuali dalam kondisi yang sangat darurat. “ Saya tidak tahu kalau memang keadaan darurat terjadi pada penerbangan itu, namun cara tersebut sangat tidak biasa”.

Hal diatas juga sesuatu yang diluar kebiasaan karena untuk menarik pemutus sirkuit maka sang kapten harus beranjak dari kursinya.
Pemutus sirkuit berada di dinding panel yang posisinya tidak jauh di belakang kopilot dan sangat tidak mungkin meraihnya tanpa beranjak dari posisi duduk kapten yang posisinya disebelah kiri kopilot , informasi ini diutarakan oleh dua pilot berpengalaman yang pada saat memberikan keterangan ini juga mengambarkan ruang kontrol pesawat.

Tidak lama setelah pemutus sirkuit di lepas, sang kopilot secara tiba-tiba membawa pesawat dalam kondisi menanjak tajam yang kemudian membuat pesawat stall atau kehilangan daya angkat seperti yang diutarakan penyidik. “ Sepertinya sang kopliot terkejut oleh keadaan tersebut”.

Sebenarnya sang Kapten kemudian mampu mengambil alih kendali, namun menurut seseorang yang dekat dengan penyidikan ini bahwa sang Pilot tidak memiliki waktu yang cukup untuk megembalikan pesawat ke kondisi normal.
Data alur orientasi pesawat saat kejadian kemungkinan membuat seseorang akan sulit melangkah dalam ruang kendali pesawat dimana saat itu pesawat menanjak yang mana pada akhirnya membuat pesawat tidak stabil, namun sejauh ini belum ada konfirmasi mengenai pergerakan seseorang dalam ruang kendali.

Kopilot membuat pesawat menanjak, keadaan sudah terlambat padaa saat sang Kapten berhasil mengambil alih kendali, kata seseorang yang dekat dengan penyelidikan ini.

Mr. Tatang Kurniadi, ketua NTSC Indonesia, mengatakan pada Reuters bahwa sebenarnya tidak terjadi jedah waktu dimana sang Kapten kembali mampu mengambil alih kendali pesawart namun dia menolak untuk memberikan keterangan lanjut.
Sejauh ini Airbus menolak memberikan komentar.

Pengacara keluarga kopilot asal Perancis pesawat naas AirAsia itu sudah mengajukan tuntutan hukum terhadap AirAsi di Paris atas dasar “ Membahayakan jiwa orang lain” karena AirAsia melakukan penerbangan yang tidak mendapat persetujuan pihak berwenang pada hari kejadian itu. Para penyidik mengatakan bahwa kecelakaan tersebut tidak berhubungan dengan masalah izin.
AirAsia sejauh ini belum bereaksi terhadap tuntutan hukum tersebut.

Walau pada akhirnya bahwa kejadian ini berasal dari rantai beberapa kejadian, seseorang yang dekat dengan penyelidikan ini menolak memberikan asumsi terhadap penyebab kecelakaan dan masih memerlukan analisis.
Para ahli keselamatan mengatakan bahwa kecelakaan udara biasanya terjadi karena sebab berantai, Masing-masing penyebab diatas sangat perlu tetapi belum cukup untuk menerangkan penyebab kecelakaan ini.


SINGAPORE/JAKARTA/PARIS (REUTERS) - The captain of the AirAsia jet that crashed into the sea in December was out of his seat conducting an unorthodox procedure when his co-pilot apparently lost control and by the time he returned, it was too late to save the plane, two people familiar with the investigation said.

Details emerging of the final moments of Flight QZ8501 are likely to focus attention partly on maintenance, procedures and training, though Indonesian officials have stressed publicly that it is too early to draw any firm conclusions.

The Airbus A-320 jet plunged into the Java Sea while en route from Surabaya, Indonesia, to Singapore on Dec 28, killing all 162 people on board.

It had been suffering maintenance faults with a key flight control computer for over a week, and one person familiar with the matter said the captain had flown on the same plane with the intermittently faulty device just days before the crash.

AirAsia said it would not comment while the matter was under investigation by the National Transportation Safety Committee (NTSC) of Indonesia.

Reuters reported this week that maintenance problems on the Flight Augmentation Computer (FAC), and the way the pilots reacted to them, were at the heart of the investigation.

After trying to reset this device, pilots pulled a circuit-breaker to cut its power, Bloomberg News reported on Friday.

People familiar with the matter told Reuters it was the Indonesian captain Iriyanto who took this step, rather than his less experienced French co-pilot Remy Plesel, who was flying the plane.

The outage would not directly upset the aircraft but would remove flight envelope protection, which prevents a pilot from taking a plane beyond its safety limits, leaving the junior pilot to fly the jet manually in delicate high altitude conditions.

The decision to cut off the FAC has surprised people following the investigation because the usual procedure for resetting it is to press a button on the overhead panel.

"You can reset the FAC, but to cut all power to it is very unusual," said one A-320 pilot, who declined to be identified. "You don't pull the circuit breaker unless it was an absolute emergency. I don't know if there was one in this case, but it is very unusual."

It is also significant because to pull the circuit breaker the captain had to rise from his seat.

The circuit breakers are on a wall panel immediately behind the co-pilot and hard or impossible to reach from the seated position on the left side, where the captain sits, according to two experienced pilots and published diagrams of the cockpit.

Shortly afterwards the junior pilot pulled the plane into a sharp climb from which investigators have said it stalled or lost lift. "It appears he was surprised or startled by this," said a person familiar with the investigation, referring to the decision to cut power to the affected computer.

The captain eventually resumed control, but a person familiar with the matter said he was not in a position to intervene immediately to recover the aircraft from its upset.

Data already published on the plane's trajectory suggest it may have been difficult for someone to move around the cockpit in an upward-tilting and by then possibly unstable aircraft, but there is so far no confirmation of the cockpit movements.

"The co-pilot pulled the plane up, and by the time the captain regained the controls it was too late," one of the people familiar with the investigation said.

Mr Tatang Kurniadi, chief of Indonesia's NTSC, told Reuters there had been no delay in the captain resuming control but declined further comment.

Airbus declined to comment.

Lawyers for the family of the French co-pilot say they have filed a lawsuit against AirAsia in Paris for "endangering the lives of others" by flying the route without official authorisation on that day. Investigators have said the accident was not related to the permit issue.

AirAsia did not immediately respond to requests for comment on the lawsuit.

Although more is becoming known about the chain of events, people familiar with the investigation warned against making assumptions on the accident's cause, which needed more analysis.

Safety experts say air crashes are most often caused by a chain of events, each of which is necessary but not sufficient to explain the underlying causes of the accident.
0
5.5K
34
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan