- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
[GARA2 KOMPONEN PESAWAT RUSAK?] "Aneh, Sistem Komputer QZ8501 Dimatikan Bersamaan"


TS
Jatafest
[GARA2 KOMPONEN PESAWAT RUSAK?] "Aneh, Sistem Komputer QZ8501 Dimatikan Bersamaan"
![[GARA2 KOMPONEN PESAWAT RUSAK?] "Aneh, Sistem Komputer QZ8501 Dimatikan Bersamaan"](https://dl.kaskus.id/assets.kompas.com/data/photo/2014/12/29/1345458PK-AXC-06780x390.jpg)
Quote:
JAKARTA, KOMPAS.com — Penyelidikan kasus Indonesia AirAsia QZ8501 yang jatuh pada Minggu (28/12/2014) mengungkapkan bahwa sang pilot mematikan sistem komputer pesawat.
Sistem komputer tersebut adalah flight augmentation computer (FAC) yang berfungsi untuk mencegah pesawat terbang tidak terkontrol.
Fakta ini diungkap oleh dua orang yang terlibat dalam penyelidikan. Kedua sumber ini, yang tidak mau namanya disebut, mengatakan hal itu kepada Reuters, Kamis (29/1/2015).
Kru pesawat—dikatakan oleh kedua sumber di atas—mematikan sistem komputer dengan cara memutus daya listrik. Pasokan listrik terhenti, praktis seluruh sistem komputer pada sistem utama ataupun cadangan akan lumpuh. Akibatnya, sistem proteksi penerbangan pun menjadi tidak aktif.
Pengamat penerbangan Gerry Soejatman mengatakan aneh jika kedua sistem komputer pendukung penerbangan (FAC) tersebut dimatikan secara bersamaan.
"Normalnya kalau ada masalah, komputer di-reset (dimatikan kemudian dinyalakan kembali) satu per satu," ujar Gerry saat dihubungi Kompas.com, Jumat (30/1/2015).
Namun, apa yang terjadi dalam penerbangan QZ8501 adalah dua komputer pendukung penerbangan dimatikan secara bersamaan. "Saya belum tahu prosedur apa yang membutuhkan keduanya harus dimatikan bersamaan," ujar Gerry singkat.
Inikah pemicu jatuhnya QZ8501?
Menurut dua sumber Reuters tersebut, ada kemungkinan kejadian itu turut berkontribusi pada faktor pemicu mengapa pesawat tiba-tiba menanjak dengan cepat sebelum akhirnya terjatuh.
Sebelum pesawat menanjak secara tidak normal, pilot disebut-sebut sedang berusaha mengatasi kerusakan yang muncul dalam FAC.
Sistem komputer dimatikan setelah kru pesawat berkali-kali berusaha mengatasi masalah peringatan yang muncul di komputer FAC. Kru pesawat—dikatakan oleh kedua sumber di atas—mematikan daya listrik yang memberikan suplai ke sistem komputer.
Menurut sumber tersebut, pilot memutuskan daya yang menyuplai komputer dengan cara melepas sekring yang ada di dalam kokpit.
FAC adalah bagian dari komputer pesawat Airbus A320 yang mengontrol rudder (sirip tegak) di belakang pesawat. Sirip tegak tersebut berfungsi untuk mengontrol kemudi serong (yaw) pesawat.
Komputer FAC inilah yang mengontrol modul rudder travel limiter (RTL) yang sebelumnya sempat dilaporkan rusak beberapa kali.Namun, menurut pihak AirAsia, kerusakan itu telah diatasi. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) pun menyebut Airbus A320 PK-AXC dalam kondisi layak terbang saat hari kejadian.
Terkait kerusakan FAC yang dilaporkan sebelumnya, Gerry menyebut bahwa kerusakan tersebut telah diatasi oleh teknisi AirAsia. "Namun, apakah kerusakan tersebut kembali muncul di tengah penerbangan, itu yang belum kita ketahui," imbuhnya.
Airbus sendiri menyarankan agar kru pesawat A320 tidak memutuskan daya sistem komputernya karena sistem elektronik di dalam pesawat yang serba terkomputerisasi itu saling berhubungan satu sama lain. Mematikan satu komponen bisa berefek ke komponen lain.
Semua model pesawat Airbus yang diproduksi sejak 1980-an didesain untuk mencegah pilot melakukan kesalahan dengan sistem proteksi komputer.
Selain FAC yang mengontrol kemudi serong, pesawat Airbus A320 juga memiliki sistem kendali komputer elevator aileron computer (ELAC) dan spoiler aileron computer (SAC) yang masing-masing mengontrol kemudi angkat dan guling pesawat (vertikal dan horizontal).
Jika terjadi malafungsi dalam sistem atau komputer kehilangan sumber daya listrik, maka sistem proteksi pesawat akan mati, tetapi seharusnya pilot tetap bisa menerbangkan pesawat secara manual.
Walau bisa menjadi salah satu faktor pemicu, tetapi matinya sistem proteksi itu belum tentu menjadi faktor penyebab utama kenapa pesawat tiba-tiba menanjak secara drastis. Sebab, pilot seharusnya masih memiliki kendali manual.
Sistem komputer tersebut adalah flight augmentation computer (FAC) yang berfungsi untuk mencegah pesawat terbang tidak terkontrol.
Fakta ini diungkap oleh dua orang yang terlibat dalam penyelidikan. Kedua sumber ini, yang tidak mau namanya disebut, mengatakan hal itu kepada Reuters, Kamis (29/1/2015).
Kru pesawat—dikatakan oleh kedua sumber di atas—mematikan sistem komputer dengan cara memutus daya listrik. Pasokan listrik terhenti, praktis seluruh sistem komputer pada sistem utama ataupun cadangan akan lumpuh. Akibatnya, sistem proteksi penerbangan pun menjadi tidak aktif.
Pengamat penerbangan Gerry Soejatman mengatakan aneh jika kedua sistem komputer pendukung penerbangan (FAC) tersebut dimatikan secara bersamaan.
"Normalnya kalau ada masalah, komputer di-reset (dimatikan kemudian dinyalakan kembali) satu per satu," ujar Gerry saat dihubungi Kompas.com, Jumat (30/1/2015).
Namun, apa yang terjadi dalam penerbangan QZ8501 adalah dua komputer pendukung penerbangan dimatikan secara bersamaan. "Saya belum tahu prosedur apa yang membutuhkan keduanya harus dimatikan bersamaan," ujar Gerry singkat.
Inikah pemicu jatuhnya QZ8501?
Menurut dua sumber Reuters tersebut, ada kemungkinan kejadian itu turut berkontribusi pada faktor pemicu mengapa pesawat tiba-tiba menanjak dengan cepat sebelum akhirnya terjatuh.
Sebelum pesawat menanjak secara tidak normal, pilot disebut-sebut sedang berusaha mengatasi kerusakan yang muncul dalam FAC.
Sistem komputer dimatikan setelah kru pesawat berkali-kali berusaha mengatasi masalah peringatan yang muncul di komputer FAC. Kru pesawat—dikatakan oleh kedua sumber di atas—mematikan daya listrik yang memberikan suplai ke sistem komputer.
Menurut sumber tersebut, pilot memutuskan daya yang menyuplai komputer dengan cara melepas sekring yang ada di dalam kokpit.
FAC adalah bagian dari komputer pesawat Airbus A320 yang mengontrol rudder (sirip tegak) di belakang pesawat. Sirip tegak tersebut berfungsi untuk mengontrol kemudi serong (yaw) pesawat.
Komputer FAC inilah yang mengontrol modul rudder travel limiter (RTL) yang sebelumnya sempat dilaporkan rusak beberapa kali.Namun, menurut pihak AirAsia, kerusakan itu telah diatasi. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) pun menyebut Airbus A320 PK-AXC dalam kondisi layak terbang saat hari kejadian.
Terkait kerusakan FAC yang dilaporkan sebelumnya, Gerry menyebut bahwa kerusakan tersebut telah diatasi oleh teknisi AirAsia. "Namun, apakah kerusakan tersebut kembali muncul di tengah penerbangan, itu yang belum kita ketahui," imbuhnya.
Airbus sendiri menyarankan agar kru pesawat A320 tidak memutuskan daya sistem komputernya karena sistem elektronik di dalam pesawat yang serba terkomputerisasi itu saling berhubungan satu sama lain. Mematikan satu komponen bisa berefek ke komponen lain.
Semua model pesawat Airbus yang diproduksi sejak 1980-an didesain untuk mencegah pilot melakukan kesalahan dengan sistem proteksi komputer.
Selain FAC yang mengontrol kemudi serong, pesawat Airbus A320 juga memiliki sistem kendali komputer elevator aileron computer (ELAC) dan spoiler aileron computer (SAC) yang masing-masing mengontrol kemudi angkat dan guling pesawat (vertikal dan horizontal).
Jika terjadi malafungsi dalam sistem atau komputer kehilangan sumber daya listrik, maka sistem proteksi pesawat akan mati, tetapi seharusnya pilot tetap bisa menerbangkan pesawat secara manual.
Walau bisa menjadi salah satu faktor pemicu, tetapi matinya sistem proteksi itu belum tentu menjadi faktor penyebab utama kenapa pesawat tiba-tiba menanjak secara drastis. Sebab, pilot seharusnya masih memiliki kendali manual.
Editor: Reza Wahyudi
sumber : http://tekno.kompas.com/read/2015/01...kan.Bersamaan.
=====================================================================================================
Mematikan sistem komputer kemudian berusaha menyalakannya lagi?
-Suatu tindakan sederhana yang biasa/jamak dilakukan manusia awam saat PC/Laptop/Ponsel error-
Quote:
DISKUSI MENARIK
Quote:
Original Posted By Jatafest►
![[GARA2 KOMPONEN PESAWAT RUSAK?] "Aneh, Sistem Komputer QZ8501 Dimatikan Bersamaan"](https://dl.kaskus.id/c1.staticflickr.com/5/4018/4281369947_dd7cbe6a9b.jpg)
yg saya masih bingung bagaimana pesawat2 dg tipe Fly By Wire ini bermanuver saat kondisi darurat ? elektronik mati dan mungkin mesin jg mati.apakah joystik masih merespon rudder, ailerons, elevators dkk saat pilot in command memerintahkan??
lalu bagaimana jg dg kemudi hidrolik apakah tetap dpt bekerja dlm situasi spt itu?
thanks
![[GARA2 KOMPONEN PESAWAT RUSAK?] "Aneh, Sistem Komputer QZ8501 Dimatikan Bersamaan"](https://dl.kaskus.id/c1.staticflickr.com/5/4018/4281369947_dd7cbe6a9b.jpg)
yg saya masih bingung bagaimana pesawat2 dg tipe Fly By Wire ini bermanuver saat kondisi darurat ? elektronik mati dan mungkin mesin jg mati.apakah joystik masih merespon rudder, ailerons, elevators dkk saat pilot in command memerintahkan??
lalu bagaimana jg dg kemudi hidrolik apakah tetap dpt bekerja dlm situasi spt itu?
thanks
Quote:
Original Posted By erababubaru►
kasus air france:
- pilot tidak merubah arah penerbangan meskipun sdh mengetahui bhw ada cuaca buruk di depannya
- 2 menit sblm memasuki cuaca buruk pilot utama meninggalkan cockpit utk beristirahat di ruang kompartemen di belakang cockpit dan digantikan pilot ke-3, shg saat itu pesawat dikemudikan oleh 2 org co-pilot yg msh memiliki jam terbang rendah. pilot in command yg mengemudikan pesawat bernama bonin msh memiliki jam terbang 600 jam saja.
- bbrp saat stlh memasuki cuaca buruk, pitot tube yg merupakan sensor kecepatan dan ketinggian pesawat tertutup lapisan es shg memberikan info yg salah ke dlm monitor di cockpit, seolah2 pesawat sdg terbang sangat rendah dan dlm kecepatan yg rendah pula, pdhl sebenarnya ketinggian dan kecepatan normal.
- krn melihat indikator yg salah td, pilot in command memberi respon dgn menarik tuas side stick dan menambah kecepatan pesawat menyebabkan pesawat naik le level 38000 feet dgn posisi moncong naik dgn sudut terlalu tinggi.
- pd ketinggian 38000 dimana udara semakin tipis dan posisi moncong naik, pesawat kehilangan daya angkat dan anjlok, di saat itu stall warning pertama kali berbunyi.
- merespon stall warning, pilot in command mematikan auto pilot dan mencoba mengendalikan secara manual.
- dalam kondisi stall, secara teori seharusnya pilot menurunkan moncong pesawat dan menambah kecepatan utk recover, tp pilot in command tetap mempertahankan posisi moncong yg naik shg menyebablan stall trs berlanjut, ini terjadi krn ketidaktahuan si co-pilot yg tdk berpengalaman ini.
- 1 menit sblm crash co-pilot kedua yg jam terbangnya lbh tinggi meminta agar command dialihkan padanya, ia berusaha mengendalikan pesawat namun tdk berhasil krn side stick msh dlm posisi ditarik oleh co-pilot peertama. berbeda dgn system operasi yoke pd boeing dmn kedua yoke saling berhubungan, di airbus msg2 side stick berdiri sendiri. side stick pd posisi pilot tdk bisa difungsikan klo side stick pd posisi co-pilot sdg digunakan.
- 30 detik sblm crash pilot utama memasuki ruang cockpit dan menyadari bhw co-pilot melakukan respon yg salah thd kondisi pesawat yg sdg stall namun semuanya sudah telat.
kasus air france ini memang menimbulkan perdebatan panjang antara "menyerahkan semua keputusan" pd system fly wire yang terbukti terdapat flaws fatal yg bisa menyebabkan kebingungan pilot pd kondisi tertentu.
namun pihak airbus tetap menyalahkan pihak air france yg tidak membekali pilot2nya mengatasi keadaan pesawat dlm keadaan darurat dan mrk tetap bersisikukuh bhw system fly by wire airbus sangat handal dan aman.
peristiwa air asia ini mestinya kembali mengingatkan pihak airbus bhw tak ada system yg sempurna di dunia, apalagi menyangkut nyawa manusia.
kasus air france:
- pilot tidak merubah arah penerbangan meskipun sdh mengetahui bhw ada cuaca buruk di depannya
- 2 menit sblm memasuki cuaca buruk pilot utama meninggalkan cockpit utk beristirahat di ruang kompartemen di belakang cockpit dan digantikan pilot ke-3, shg saat itu pesawat dikemudikan oleh 2 org co-pilot yg msh memiliki jam terbang rendah. pilot in command yg mengemudikan pesawat bernama bonin msh memiliki jam terbang 600 jam saja.
- bbrp saat stlh memasuki cuaca buruk, pitot tube yg merupakan sensor kecepatan dan ketinggian pesawat tertutup lapisan es shg memberikan info yg salah ke dlm monitor di cockpit, seolah2 pesawat sdg terbang sangat rendah dan dlm kecepatan yg rendah pula, pdhl sebenarnya ketinggian dan kecepatan normal.
- krn melihat indikator yg salah td, pilot in command memberi respon dgn menarik tuas side stick dan menambah kecepatan pesawat menyebabkan pesawat naik le level 38000 feet dgn posisi moncong naik dgn sudut terlalu tinggi.
- pd ketinggian 38000 dimana udara semakin tipis dan posisi moncong naik, pesawat kehilangan daya angkat dan anjlok, di saat itu stall warning pertama kali berbunyi.
- merespon stall warning, pilot in command mematikan auto pilot dan mencoba mengendalikan secara manual.
- dalam kondisi stall, secara teori seharusnya pilot menurunkan moncong pesawat dan menambah kecepatan utk recover, tp pilot in command tetap mempertahankan posisi moncong yg naik shg menyebablan stall trs berlanjut, ini terjadi krn ketidaktahuan si co-pilot yg tdk berpengalaman ini.
- 1 menit sblm crash co-pilot kedua yg jam terbangnya lbh tinggi meminta agar command dialihkan padanya, ia berusaha mengendalikan pesawat namun tdk berhasil krn side stick msh dlm posisi ditarik oleh co-pilot peertama. berbeda dgn system operasi yoke pd boeing dmn kedua yoke saling berhubungan, di airbus msg2 side stick berdiri sendiri. side stick pd posisi pilot tdk bisa difungsikan klo side stick pd posisi co-pilot sdg digunakan.
- 30 detik sblm crash pilot utama memasuki ruang cockpit dan menyadari bhw co-pilot melakukan respon yg salah thd kondisi pesawat yg sdg stall namun semuanya sudah telat.
kasus air france ini memang menimbulkan perdebatan panjang antara "menyerahkan semua keputusan" pd system fly wire yang terbukti terdapat flaws fatal yg bisa menyebabkan kebingungan pilot pd kondisi tertentu.
namun pihak airbus tetap menyalahkan pihak air france yg tidak membekali pilot2nya mengatasi keadaan pesawat dlm keadaan darurat dan mrk tetap bersisikukuh bhw system fly by wire airbus sangat handal dan aman.
peristiwa air asia ini mestinya kembali mengingatkan pihak airbus bhw tak ada system yg sempurna di dunia, apalagi menyangkut nyawa manusia.
Quote:
Original Posted By FL410►
Airbus ada Alpha Floor Protection/Envelope Protection
1. Normal Law
2. Alternate Law
3. Abnormal Alternate Law
4. Direct Law
5. Mechanic Law
Kalo mesin mati dan generator ikut mati maka akan keluar alat yang namanya RAT (Ram Air Turbine) dibawah fuselage bagian belakang untuk menggerakan hydraulic flight control & hydraulic electrical generator
Kalo yang hidrolik misalnya hydraulic failed atau mesin mati seperti kasus GA421 di bengawan solo maka flight control jadi berat, mirip mobil tanpa power steering
Airbus ada Alpha Floor Protection/Envelope Protection
1. Normal Law
2. Alternate Law
3. Abnormal Alternate Law
4. Direct Law
5. Mechanic Law
Kalo mesin mati dan generator ikut mati maka akan keluar alat yang namanya RAT (Ram Air Turbine) dibawah fuselage bagian belakang untuk menggerakan hydraulic flight control & hydraulic electrical generator

Kalo yang hidrolik misalnya hydraulic failed atau mesin mati seperti kasus GA421 di bengawan solo maka flight control jadi berat, mirip mobil tanpa power steering

Quote:
Original Posted By Jatafest►
yang seperti ini kah?
lalu bagaimana jika sistem hidrolik tidak berfungsi?
apakah joystik di kokpit dapat tetap bekerja tanpa bantuan sistem hidrolik?
pada kendaraan biasa walau stir tanpa power steering masih dapat bekerja, hanya saja driver butuh usaha lebih besar.
Spoiler for RAM (BW BOROS):
![[GARA2 KOMPONEN PESAWAT RUSAK?] "Aneh, Sistem Komputer QZ8501 Dimatikan Bersamaan"](https://dl.kaskus.id/www.sanalpilot.com/forum/uploaded/admin/rat2.jpg)

yang seperti ini kah?
lalu bagaimana jika sistem hidrolik tidak berfungsi?
apakah joystik di kokpit dapat tetap bekerja tanpa bantuan sistem hidrolik?
pada kendaraan biasa walau stir tanpa power steering masih dapat bekerja, hanya saja driver butuh usaha lebih besar.
Quote:
Original Posted By FL410►
Sidestick hukumnya wajib ada hydraulic, fungsi dari RAT sendiri adalah sebagai penggerak hydraulic pump untuk flight control hydraulic & emergency generator hydraulic, jadi RAT sendiri adalah kipas yang menggerakan hydraulic pump jika kedua/keempat mesin mati, yang dibelakang kipas dari gambar & video tersebut adalah hydraulic pump
Kalo contoh yang ane berikan itu untuk Boeing 737 baik yang classic maupun next generation, dimana masih memakai flight control konvensional, jadi kalo hydraulic failed maka flight control jadi berat, tanpa back up electrical pun tetap masih bisa digerakkan walaupun berat
mau masukin gambar tapi harus lewat pihak ketiga ya gak bisa langsung ?
Sidestick hukumnya wajib ada hydraulic, fungsi dari RAT sendiri adalah sebagai penggerak hydraulic pump untuk flight control hydraulic & emergency generator hydraulic, jadi RAT sendiri adalah kipas yang menggerakan hydraulic pump jika kedua/keempat mesin mati, yang dibelakang kipas dari gambar & video tersebut adalah hydraulic pump

Kalo contoh yang ane berikan itu untuk Boeing 737 baik yang classic maupun next generation, dimana masih memakai flight control konvensional, jadi kalo hydraulic failed maka flight control jadi berat, tanpa back up electrical pun tetap masih bisa digerakkan walaupun berat

mau masukin gambar tapi harus lewat pihak ketiga ya gak bisa langsung ?
Quote:
Original Posted By FL410►
![[GARA2 KOMPONEN PESAWAT RUSAK?] "Aneh, Sistem Komputer QZ8501 Dimatikan Bersamaan"](https://s.kaskus.id/images/2015/01/30/3537735_20150130030533.jpg)
Seperti yang kita lihat gambar diatas A320 mempunyai 3 hydraulic system, green, blue & yellow
Jika mesin mati semua maka RAT langsung keluar untukmenggerakan blue hydraulic line system yang bekerja untuk flight control dan avionic, jika RAT tidak keluar maka ada APU yang siap dihidupkan untuk back up electrical & hydraulic dan pertahanan terakhir adalah Battery, kalo semua gak berfungsi maka kita akan terbang manual dengan Rudder Pedal & Trim Wheel , walaupun realitanya sulit mengendalikan pesawat dengan rudder & stab trim apalagi ketika turbulence, hanya pasrah kepada yang maha kuasa dan berusaha semaksimal mungkin mengendalikan pesawat
Sistem kemudi FBW bisa dibilang aman karena sistem FBW, FADEC dsb biasanya akan terdapat system back up yang mumpuni, seperti A320 yang memiliki RAT, 3 buah hydraulic system dan APU yang bisa beroperasi pada maximum service ceiling sedangkan pada Boeing 737 tidak memiliki RAT,operasi APU yang terbatas pada ketinggian 25.000 feet dan hanya ada 2 hydraulic system
![[GARA2 KOMPONEN PESAWAT RUSAK?] "Aneh, Sistem Komputer QZ8501 Dimatikan Bersamaan"](https://s.kaskus.id/images/2015/01/30/3537735_20150130030533.jpg)
Seperti yang kita lihat gambar diatas A320 mempunyai 3 hydraulic system, green, blue & yellow
Jika mesin mati semua maka RAT langsung keluar untukmenggerakan blue hydraulic line system yang bekerja untuk flight control dan avionic, jika RAT tidak keluar maka ada APU yang siap dihidupkan untuk back up electrical & hydraulic dan pertahanan terakhir adalah Battery, kalo semua gak berfungsi maka kita akan terbang manual dengan Rudder Pedal & Trim Wheel , walaupun realitanya sulit mengendalikan pesawat dengan rudder & stab trim apalagi ketika turbulence, hanya pasrah kepada yang maha kuasa dan berusaha semaksimal mungkin mengendalikan pesawat

Sistem kemudi FBW bisa dibilang aman karena sistem FBW, FADEC dsb biasanya akan terdapat system back up yang mumpuni, seperti A320 yang memiliki RAT, 3 buah hydraulic system dan APU yang bisa beroperasi pada maximum service ceiling sedangkan pada Boeing 737 tidak memiliki RAT,operasi APU yang terbatas pada ketinggian 25.000 feet dan hanya ada 2 hydraulic system

Diubah oleh Jatafest 31-01-2015 01:13
0
8.4K
Kutip
34
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan