- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Pelajaran Berharga dari Tentara Jepang untuk Indonesia


TS
wahyunf
Pelajaran Berharga dari Tentara Jepang untuk Indonesia
Selamat sore para sedulur se-Tanah Air Tercinta


saya mau memberi sedikit cuplikan artikel dari beberapa review berita, terkait dengan Perjuangan bekas tentara Jepang yang menetap di Indonesia dan mencintai Indonesia lebih dari bangsanya sendiri.
dan maaf apabila ada salah pengejaan , dan cerita terlalu panjang saya berusaha mempersingkat, namun saya pikir lebih baik panjnag asal mengena, dan pasti Agan tercengang dan terinspirasi dengan membacanya
Spoiler for baca ini dulu:
pembukaan :
langsung di RATE bintang 5 dulu ya gan


Pembahasan :
Spoiler for cekidot:

Sepenggal cerita tentang Bapak Rahmat Shigeru Ono, Tentara Jepang Terakhir di Indonesia
Ketika Jepang resmi menyerah pada sekutu dalam Perang Dunia II tahun 1945, ada 324 tentara Nippon yang memilih tetap tinggal di Indonesia. Dari jumlah itu, kini hanya tersisa satu orang saja. Namanya Shigeru Ono.
Rahmat Shigeru Ono (kanan) didampingi Noboru Nomura.
ADA raut kebahagiaan yang luar biasa dari air muka Shigeru Ono (95) ketika Konsul Jenderal (Konjen) Jepang di Surabaya, Noboru Nomura beserta rombongan berkunjung ke kediamannya di Jl Cemara Kipas 74, Kota Batu, Senin (4/11). Kebahagiaannya semakin membuncah ketika mengetahui Ketua Yayasan Warga Persahabatan (YWP), Heru Santoso beserta rombongan YWP Jakarta dan Surabaya spesial datang ke Kota Apel hanya untuk sowan ke rumahnya.
Untuk diketahui, YWP merupakan organisasi yang mengayomi warga keturunan Jepang di Indonesia. Sedangkan yang hadir dalam pertemuan santai kemarin itu adalah generasi kedua dari keturunan tentara Jepang. Sehingga tak mengherankan, ketika mereka semua berkumpul, suasana hangat penuh keakraban begitu terasa kental. Sayup-sayup sering pula terdengar guyonan yang saling mereka lontarkan dalam Bahasa Jepang.
Kepada seluruh tamu, pria yang juga dikenal dengan nama Sakari Ono ini mengurai kisah hidupnya mulai saat menjadi tentara Jepang hingga saat menikmati masa tua sekarang. Secara kasat mata, tubuh Ono memang tak lagi setegap ketika masih menjadi tentara. Sejak tahun 2005, tongkat setinggi pinggangnya menjadi kawan setia langkahnya. Kedua matanya juga tak lagi bisa melihat semenjak tiga tahun silam.
Sementara, lengan kirinya memang sudah diamputasi sejak lama karena terluka saat agresi Militer Belanda II. Kendati demikian, lantas tidak membuat Ono berdiam diri. Meski tubuhnya melemah dimakan usia, spirit kerja keras, sifat humoris, dan ideologi kejujuran yang dia pegang teguh tak pernah lekang oleh usia. “Waktu tiba di Indonesia saya masih perjaka ting-ting lho. Tapi bukan untuk cari jodoh tujuan saya tetap menetap di Indonesia. Saya murni ingin membantu Indonesia dalam merebut kemerdekaannya,” ucap pria yang mendapat gelar kehormatan Bintang Gerilja dari Presiden Soekarno tahun 1958 ini.
Pada awal kedatangannya di Wlingi, Blitar, bersama ratusan kawannya, Ono menampik bahwa tujuan tentara Jepang ke Indonesia adalah untuk menjajah. Hal itu, berbanding berbalik dengan fakta sejarah yang diuraikan dalam buku sejarah di sekolah. Sejatinya, pada tahun 1942, dia ditugaskan di Jabar dan Jatim untuk melatih militer pasukan Pembela Tanah Air (PETA). Sebab, perjuangan rakyat Indonesia kala itu belum berjalan efisien karena strategi dan persenjataan militernya minim. Selain itu, hubungan Ono dengan semua warga Indonesia yang dia latih diterima dengan tangan terbuka dan kedatangannya selalu di-support oleh warga sekitar. Hubungan tersebut membuktikan bahwa tentara Jepang tidak sekejam seperti apa yang dituliskan dalam buku sejarah.
Namun, saat terjadi peristiwa peledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, kondisinya mulai mencekam. Saat itu, Jepang secara resmi menyerah dengan tentara sekutu. Alhasil, sebanyak 903 tentara Jepang yang masih tertinggal di Indonesia mengalami pergolakan tajam. Beberapa ada yang dibunuh dan melakukan bunuh diri (harakiri). Tapi, ada pula yang bisa kembali ke Jepang dengan selamat. “Saya sendiri memilih untuk tetap di Indonesia. Sebab, hal ini berkaitan dengan janji dan komitmen. Sejak semula para tentara berjanji pada kaisar Jepang untuk membantu memerdekakan Indonesia,” ujarnya lirih.
Untuk melaksanakan niat tulusnya itu, Ono bersama 324 tentara Jepang bergabung bersama tentara Indonesia. Mereka masuk dalam anggota Pasukan Gerilja Istimewa (PGI) dan berjuang bersama dalam mencapai cita-cita Indonesia Merdeka. Ono juga mantap menjadi Warga Negara Indonesia dan merubah namanya menjadi Rahmat. Bahkan, supaya keluarga di Jepang tidak mencarinya, dia mengirimkan potongan rambut dan kukunya sebagai simbol supaya keluarganya mengira dia sudah gugur dalam peperangan.
Di Batu, Ono atau Rahmat memilih menjadi petani apel. Hanya saja pekerjaan yang digelutinya sejak puluhan tahun lalu itu terhenti tiga tahun lalu, setelah Ono merasa tak kuat lagi menjadi petani.
Sekitar tahun 1950, dia menikah dengan wanita pribumi bernama Darkasi. Hingga sekarang mereka dikaruniai 9 anak, 13 cucu, dan 9 cicit. Namun, pada tahun 1982, Darkasi meninggal dunia. Patut digarisbawahi Ono menjadi satu-satunya eks tentara Jepang yang masih hidup hingga sekarang setelah kematian Eji Miyahara atau Umar Hartono pada 16 Oktober 2013 silam. Eji tinggal di Jakarta. “Saya beruntung memilih tetap di Indonesia. Tapi sayangnya saat ini banyak sekali korupsi yang dilakukan pejabat. Terus terang saya merasa jengkel, karena kemerdekaan tidak kami rebut dengan mudah. Tolong hargai kami para pejuang dengan melenyapkan budaya korupsi,” tandasnya.
Cerita unik :
Spoiler for cekidot:
Rahmat Shigeru Ono adalah mantan tentara Jepang yang kemudian memihak pasukan Indonesia. Dia mengajari para pemuda Indonesia untuk bertempur mempertahankan kemerdekaan dari serangan Belanda.
Pemuda yang dilatih Rahmat adalah pemuda desa. Kebanyakan sama sekali belum pernah menimba ilmu kemiliteran. Banyak kisah menarik soal Rahmat Ono dan pasukan gerilya yang dipimpinnya.
Ceritanya tanggal 17 Juni 1947, Letnan Rahmat Shigeru Ono mengintai posisi markas tentara Belanda di Mojokerto. Pasukannya berada dalam kondisi siap tempur membidik pasukan musuh.
Begitu Rahmat Ono memberikan komando menyerang, suara tembakan gencar memecah kesunyian pagi. Tentara Belanda langsung memberikan serangan balik. Rentetan senapan otomatis menyalak galak dari markas musuh.
Namun Rahmat Ono terkejut. Di tengah desingan peluru, kenapa tidak ada suara tembakan lagi dari pasukan Indonesia. Dia menengok ke belakang. Betapa kagetnya mantan sersan Jepang ini melihat seluruh pasukan Indonesia yang dipimpinnya sedang bersembunyi ketakutan di dalam lubang persembunyian.
Rahmat Ono murka melihat kepengecutan pasukannya. Dia berteriak marah di tengah desingan peluru.
"Ayo dengar suara tembakan dengan baik. Jika suaranya pyuu pyuu itu suara tembakan ke atas, masih aman. Jika suaranya buzt buzt itu tembakan ke depan. Berlindung, jangan keluar dari lubang persembunyian," teriak Rahmat.
Dia berhasil mengusir ketakutan para pemuda. Pelan-pelan anak buahnya mulai berani memberi tembakan balasan.
Pertempuran berlangsung seru. Tiba-tiba terdengar suara menggelegar. Pohon di belakang Rahmat Ono roboh. Sadarlah dia, Belanda ternyata memiliki artileri.
Serangan meriam Belanda itu kemudian menghantam lubang perlindungan sahabat Rahmat Ono, Abdul Majid Yamano. Rahmat sempat panik. Dia berlari ke arah lubang tersebut dan berteriak "Yamano.. Yamano.."
Lubang perlindungan sudah tertutup tanah. Dia melihat ada seorang yang terkubur tanah akibat ledakan. Cuma terlihat mata dan mulut saja. Digalinya tanah itu, ternyata Abdul Majid Yamano. Untungnya Yamano masih hidup saat terkena peluru meriam. Rahmat merasa sangat bersyukur.
Cobaan belum selesai. Dalam serangan itu, pasukan Indonesia masih bisa bertahan karena mereka punya Jukikanju atau senapan mesin berat. Dalam sebuah pertempuran, senapan mesin berat ibarat jantung pasukan.
Nah, tiba-tiba Jukikanju tersebut macet. Tak ada jalan lain, pasukan pun terpaksa mundur.
Rahmat berpesan agar Jukikanju beserta kakinya dibawa mundur, jangan sampai ditinggal. Namun betapa marahnya dia saat mengetahui kaki Jukikanju itu tertinggal. Dia marah besar. Tanpa kaki penyangga, senapan mesin berat itu tak bisa digunakan lagi.
"Kalau tidak menghargai senjata seperti ini, pasti Indonesia tidak akan bisa merdeka. Saya akan mengambil kaki senjata ini, karena tidak boleh jatuh ke tangan tentara Belanda," kata Rahmat pada pasukannya.
Saat Rahmat hendak berangkat seorang diri, Abdul Majid Yamano mau ikut. Rahmat terharu karena itu misi bunuh diri. Untuk apa dua orang mati. Tapi Yamano tak mau mundur. Lewat perjuangan keduanya berhasil membawa pulang kaki senapan mesin tersebut.
"Ini bentuk kesetiakawanan antartentara. Tuhan membantu kita dan kita bisa selamat membawa kaki senjata itu," kenang Rahmat penuh haru.
Tapi dia juga mengenang kejadian itu sebagai sesuatu yang lucu. "Saking marahnya saya waktu kaki juki tertinggal, saya marah-marah pakai bahasa Jepang. Coba di antara para pemuda itu, siapa yang mengerti bahasa Jepang," kenang Rahmat Ono geli.
Kisah hidup Ono kemudian dituliskan menjadi buku oleh Eiichi Hayashi. Di Indonesia buku ini berjudul Mereka Yang Terlupakan, Memoar Rahmat Shigeru Ono. Diterbitkan Ombak tahun 2011.
"Saya teringat akan janji Jepang untuk memerdekakan Indonesia," tulis Ono emosi dalam buku hariannya.
Maka Ono dan dua kawannya akhirnya lari dari kesatuan militer Jepang. Mereka berusaha menghindari patroli tentara Inggris di Bandung. Lewat petualangan yang mendebarkan, keduanya bisa bergabung dengan pasukan Republik Indonesia.
Oleh komandan polisi militer, mereka disuruh mengganti seragam Jepang dengan sarung dan kopiah. Ono merasa lucu memakai sarung dan kopiah yang tidak pernah dia pakai sebelumnya.
*pak Ono waktu masih muda
"Selanjutnya kami diberi nama Indonesia. Saya diberi nama Rahmat, teman saya Tetsuo Katano diberi nama Karman. Shunichi Takigami dipanggil Adam," kenang Ono.
Ono pun mengubah namanya menjadi Shigeru. Sehingga para veteran Jepang mengenalnya sebagai Rahmat Shigeru Ono.
Rahmat Ono mengenang banyak Tentara Jepang yang ikut bergabung dengan RI. Lucunya wajah mereka sering diolesi lumpur biar tak terlalu putih. Sambutan dari warga Indonesia sangat baik.
"Saya dan teman-teman Jepang merasa terharu dan merasa sangat dihargai," kenang Ono.
Ono juga mengirimkan potongan rambutnya pada keluarga di Jepang bersama pesan untuk orang tuanya. Tak perlu dicari, karena Sakari Ono sudah tewas di Indonesia.
"Papi melakukannya biar keluarga di Jepang tak khawatir. Kalau sudah meninggal kan lama-lama lupa. Tapi kalau masih hidup dan malah berjuang di Indonesia nanti malah khawatir," kata Erlik Ono, putri Rahmat Ono
Rahmat Ono pun menemukan jodohnya di Malang. Dia menikahi gadis desa bernama Darkasih. Pernikahannya membuahkan 9 orang anak. Dia pun kemudian memeluk agama Islam.
"Papi selalu merasa rumahnya di Indonesia. Dia beberapa kali ke Jepang menemui saudara-saudaranya setelah Indonesia merdeka. Tapi dia memilih menetap di Malang. Papi bilang keluarga saya di sini," kenang Erlik.
Samurai Jepang ini meninggal dunia di Batu Malang, Senin (25/8) lalu. Dia adalah prajurit terakhir Jepang yang pernah tinggal dan membela Indonesia mempertahankan kemerdekaan.
Pemuda yang dilatih Rahmat adalah pemuda desa. Kebanyakan sama sekali belum pernah menimba ilmu kemiliteran. Banyak kisah menarik soal Rahmat Ono dan pasukan gerilya yang dipimpinnya.
Ceritanya tanggal 17 Juni 1947, Letnan Rahmat Shigeru Ono mengintai posisi markas tentara Belanda di Mojokerto. Pasukannya berada dalam kondisi siap tempur membidik pasukan musuh.
Begitu Rahmat Ono memberikan komando menyerang, suara tembakan gencar memecah kesunyian pagi. Tentara Belanda langsung memberikan serangan balik. Rentetan senapan otomatis menyalak galak dari markas musuh.
Namun Rahmat Ono terkejut. Di tengah desingan peluru, kenapa tidak ada suara tembakan lagi dari pasukan Indonesia. Dia menengok ke belakang. Betapa kagetnya mantan sersan Jepang ini melihat seluruh pasukan Indonesia yang dipimpinnya sedang bersembunyi ketakutan di dalam lubang persembunyian.

Rahmat Ono murka melihat kepengecutan pasukannya. Dia berteriak marah di tengah desingan peluru.
"Ayo dengar suara tembakan dengan baik. Jika suaranya pyuu pyuu itu suara tembakan ke atas, masih aman. Jika suaranya buzt buzt itu tembakan ke depan. Berlindung, jangan keluar dari lubang persembunyian," teriak Rahmat.
Dia berhasil mengusir ketakutan para pemuda. Pelan-pelan anak buahnya mulai berani memberi tembakan balasan.
Pertempuran berlangsung seru. Tiba-tiba terdengar suara menggelegar. Pohon di belakang Rahmat Ono roboh. Sadarlah dia, Belanda ternyata memiliki artileri.
Serangan meriam Belanda itu kemudian menghantam lubang perlindungan sahabat Rahmat Ono, Abdul Majid Yamano. Rahmat sempat panik. Dia berlari ke arah lubang tersebut dan berteriak "Yamano.. Yamano.."
Lubang perlindungan sudah tertutup tanah. Dia melihat ada seorang yang terkubur tanah akibat ledakan. Cuma terlihat mata dan mulut saja. Digalinya tanah itu, ternyata Abdul Majid Yamano. Untungnya Yamano masih hidup saat terkena peluru meriam. Rahmat merasa sangat bersyukur.
Cobaan belum selesai. Dalam serangan itu, pasukan Indonesia masih bisa bertahan karena mereka punya Jukikanju atau senapan mesin berat. Dalam sebuah pertempuran, senapan mesin berat ibarat jantung pasukan.
Nah, tiba-tiba Jukikanju tersebut macet. Tak ada jalan lain, pasukan pun terpaksa mundur.
Rahmat berpesan agar Jukikanju beserta kakinya dibawa mundur, jangan sampai ditinggal. Namun betapa marahnya dia saat mengetahui kaki Jukikanju itu tertinggal. Dia marah besar. Tanpa kaki penyangga, senapan mesin berat itu tak bisa digunakan lagi.
"Kalau tidak menghargai senjata seperti ini, pasti Indonesia tidak akan bisa merdeka. Saya akan mengambil kaki senjata ini, karena tidak boleh jatuh ke tangan tentara Belanda," kata Rahmat pada pasukannya.
Saat Rahmat hendak berangkat seorang diri, Abdul Majid Yamano mau ikut. Rahmat terharu karena itu misi bunuh diri. Untuk apa dua orang mati. Tapi Yamano tak mau mundur. Lewat perjuangan keduanya berhasil membawa pulang kaki senapan mesin tersebut.
"Ini bentuk kesetiakawanan antartentara. Tuhan membantu kita dan kita bisa selamat membawa kaki senjata itu," kenang Rahmat penuh haru.
Tapi dia juga mengenang kejadian itu sebagai sesuatu yang lucu. "Saking marahnya saya waktu kaki juki tertinggal, saya marah-marah pakai bahasa Jepang. Coba di antara para pemuda itu, siapa yang mengerti bahasa Jepang," kenang Rahmat Ono geli.
Kisah hidup Ono kemudian dituliskan menjadi buku oleh Eiichi Hayashi. Di Indonesia buku ini berjudul Mereka Yang Terlupakan, Memoar Rahmat Shigeru Ono. Diterbitkan Ombak tahun 2011.
"Saya teringat akan janji Jepang untuk memerdekakan Indonesia," tulis Ono emosi dalam buku hariannya.
Maka Ono dan dua kawannya akhirnya lari dari kesatuan militer Jepang. Mereka berusaha menghindari patroli tentara Inggris di Bandung. Lewat petualangan yang mendebarkan, keduanya bisa bergabung dengan pasukan Republik Indonesia.
Oleh komandan polisi militer, mereka disuruh mengganti seragam Jepang dengan sarung dan kopiah. Ono merasa lucu memakai sarung dan kopiah yang tidak pernah dia pakai sebelumnya.

"Selanjutnya kami diberi nama Indonesia. Saya diberi nama Rahmat, teman saya Tetsuo Katano diberi nama Karman. Shunichi Takigami dipanggil Adam," kenang Ono.
Ono pun mengubah namanya menjadi Shigeru. Sehingga para veteran Jepang mengenalnya sebagai Rahmat Shigeru Ono.
Rahmat Ono mengenang banyak Tentara Jepang yang ikut bergabung dengan RI. Lucunya wajah mereka sering diolesi lumpur biar tak terlalu putih. Sambutan dari warga Indonesia sangat baik.
"Saya dan teman-teman Jepang merasa terharu dan merasa sangat dihargai," kenang Ono.
Ono juga mengirimkan potongan rambutnya pada keluarga di Jepang bersama pesan untuk orang tuanya. Tak perlu dicari, karena Sakari Ono sudah tewas di Indonesia.
"Papi melakukannya biar keluarga di Jepang tak khawatir. Kalau sudah meninggal kan lama-lama lupa. Tapi kalau masih hidup dan malah berjuang di Indonesia nanti malah khawatir," kata Erlik Ono, putri Rahmat Ono
Rahmat Ono pun menemukan jodohnya di Malang. Dia menikahi gadis desa bernama Darkasih. Pernikahannya membuahkan 9 orang anak. Dia pun kemudian memeluk agama Islam.
"Papi selalu merasa rumahnya di Indonesia. Dia beberapa kali ke Jepang menemui saudara-saudaranya setelah Indonesia merdeka. Tapi dia memilih menetap di Malang. Papi bilang keluarga saya di sini," kenang Erlik.
Samurai Jepang ini meninggal dunia di Batu Malang, Senin (25/8) lalu. Dia adalah prajurit terakhir Jepang yang pernah tinggal dan membela Indonesia mempertahankan kemerdekaan.

dan yang mengharukan dari orang Jepang ini adalah :
Spoiler for cekidot:
Rahmat Shigeru Ono tiba-tiba berteriak marah. Dia kesal luar biasa melihat tayangan berita seorang koruptor ditangkap KPK. Parahnya, koruptor tersebut nampak tak menyesal. Dia masih bisa tertawa pada para wartawan yang meliput di tangga KPK.
"Bodoh! Tidak malu! Harusnya korupsi itu malu dan bunuh diri," teriak Rahmat Ono.


Kisah tersebut diceritakan Agoes Soetikno (56), putra Rahmat Shigeru Ono saat di wawancarai salah satu berita terkemuka nasional, di Malang, Jawa Timur pekan lalu.
Rahmat Shigeru Ono adalah mantan tentara Jepang. Dia kemudian lari dari kesatuannya dan ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Rahmat melatih para pemuda Indonesia soal kemiliteran dan intelijen. Dia juga sering memimpin serangan terhadap tentara Belanda semasa perang kemerdekaan.
"Papi selalu marah lihat berita soal korupsi. Dia merasa perjuangannya dan kawan-kawannya dulu mempertahankan kemerdekaan dikhianati. Banyak teman-teman Papi yang gugur semasa perang kemerdekaan. Dia merasa sedih melihat setelah merdeka malah pada korupsi," lanjut Agus.
Agoes pernah menjadi anggota DPRD Kabupaten Banjarbaru di Kalimantan Selatan. Dia ingat, setiap ada berita korupsi DPRD atau anggota DPRD yang ditangkap KPK, ayahnya langsung telepon.
"Awas kamu kalau korupsi. Papi selalu bilang jangan korupsi," kenang Agoes.
Erlik Ono (47), putri Rahmat Shigeru Ono juga menceritakan pengalaman serupa. Kebetulan Erlik bekerja di Dirjen Pajak. Saat ramai kasus mafia pajak Gayus Tambunan, Erlik pun dicereweti sang ayah.
"Kamu nggak takut kerja di Pajak? tanya Papi. Saya bilang saya nggak korupsi kayak Gayus, buat apa takut," kenang Erlik sambil tertawa.
Erlik ingat peringatan ayahnya bukan hanya sekali dua kali memperingatkan mereka supaya jujur. Kalau soal ini, Rahmat Ono terkenal keras. Pesan supaya tak korupsi terus disebut Rahmat Ono hingga meninggal dalam usia 95 tahun, Senin (25/8) lalu.

"Papi pernah kerja di perusahaan Jepang di Jakarta. Jika dia mau, dia bisa saja memanfaatkan jabatan tapi dia tetap tidak mau," kata Agoes menambahkan.
Rahmat Ono lahir pada 26 September 1918 di Prefektur Hokkaido. Meninggal di tempat yang sangat jauh dari tanah kelahirannya. Dia selalu merasa Indonesia adalah tanah airnya. Sang samurai bangga pernah berjuang untuk kemerdekaan Indonesia, walau harus kehilangan tangan. Dia tinggal dan meninggal di Indonesia.
Maka tak malukah pejabat yang bisa merdeka karena perjuangan rakyat Indonesia di bantu orang yang termasuk "asing" Rahmat Ono dan kawan-kawannya kini malah bergelimang hasil korupsi?
Sumpah gan ane sendiri jadi merinding mendengar beliau ini. dia mengajarkan kita bagaimana menanamkan nilai moral bahkan bukan pada bangsanya sendiri, namun pada bangsa lain.

dia bahkan bahagia hidup di negara Tanah Air kita ini, namun kita sok-sokan pengen hidup di negara lain, di Paris, itali ( Etan kali/ timur sungai), Jerman (jejer proliman / pojok persimpangan trafic light) atau mana lah itu

tunjukan Patriotisme kita gan semua. kita lahir di tanah milik kita sendiri, sepertinya memang bangsa ini nyaman ditinggali sehingga penghuni asli menjadi lalai dan melupakan sejarah kepahlawanan.

Spoiler for tambahan:
gak nolak apabila dikasih

jangan dikasih bata ya gan. ane belum siap nyewa pak tukang
dan siap di RATE ****** thanks

Spoiler for source::
Spoiler for tambahan kaskuser:
Quote:
Original Posted By FalianAridua►"Bodoh! Tidak malu! Harusnya korupsi itu malu dan bunuh diri," teriak Rahmat Ono.
i pronounce this as the best quote of the day

i pronounce this as the best quote of the day


Quote:
Original Posted By lunnardo►Beginilah yang kita harus contoh dari pahlawan, kita tidak boleh merasa harua korupsi untuk mendapatkan kita mau, kita hanya perlu kerja keras. Dan untuk membantu para leluhur kita yang telah membantu kemerdekaan negara kita tercinta ini ada baiknya kita belajar dengan sungguh aungguh dan mulai menanamkam nilai pancasila dalam kehidupan kita. Sebab seperti halnya pak Ono ia tak merasa harus dibayar. Karena ia ingat janji Jepang untuk memberi kemerdekaan ke Indonesia. Ia lakukan dengan tanpa pamrih dan ia lakukan berdasarkan keinginannya. Sungguh mulia pak Ono ini.
Quote:
Original Posted By missbrenny►uda meninggal ya gan
. ia gan harusnya malu tuh koruptor mkn uang negara malah ketawa2
s. salut sama pak ono.


MARI KITA BERSATU, INDONESIA MAJU!

Diubah oleh wahyunf 05-12-2014 16:55
0
21.3K
Kutip
152
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan