- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Memahami Silsilah Keluarga dan Manfaatnya


TS
ben10pku
Memahami Silsilah Keluarga dan Manfaatnya
Quote:
Memahami Silsilah Keluarga
Istilah “silsilah” niscaya memberikan asosiasi kepada nama-nama raja dengan leluhur serta keturunannya. Padahal, hubungan silsilah adalah milik semua orang. Setiap orang dapat menyusun silsilahnya sendiri, misalnya mulai dari buyut – bapak kakeknya – sampai pada buyut – anak cucunya. Masing-masing disertai dengan nama saudara-saudaranya serta anak cucu mereka. Niscaya silsilah itu akan merupakan batang pohon yang rindang, apalagi kalau masing-masing orang mempunyai banyak anak.
Dalam setiap bahasa, setiap hubungan antara keluarga dalam silsilah niscaya ada namanya yang khusus. Dalam bahasa Indonesia yang saya ketahui, ke atas silsilah mentok pada “buyut”. Saya tidak tahu disebut apa ayah dan kakek buyut dalam bahasa Indonesia atau bahasa Melayu. Secara umum ada kata moyang atau nenek moyang. Kata moyang menurut KBBI berarti “nenek (ayah, ibu, dsb.); leluhur”. Tidak jelas artinya apa. Dalam KUBI (Badudu-Zain), moyang diartikan “orang tua kakek atau nenek; nenek moyang, para leluhur yang sudah meninggal; semua datuk yang terdahulu”. Dalam kedua kamus itu, ada buyut. KBBI menerangkan buyut sebagai “1. ibu dr nenek (urutannya: bapak/ibu, nenek, buyut. 2. anak dr cucu”. Sementara KUBI menerangkan buyut sebagai “1. ibu dr nenek, 2. anak dr. cucu.”
Yang menarik ialah bahwa kedua kamus itu menerangkan arti buyut sebagai “ibu dari nenek”. Menarik karena keduanya tidak menyebut tentang “ayah dari nenek atau kakek”. Apakah dengan demikian buyut itu hanya berarti “ibu dari nenek”, sedang ayah dari nenek tidak? Bagaimana dengan “ibu dari kakek”? Tidak termasuk buyut jugakah? Apakah ada sebutan khusus yang lain untuk “ayah dari nenek” dan “ibu dari kakek”?
Dalam Kamus Dewan yang disusun oleh Dr. Teuku Iskandar (cetakan kedua, Kualalumpur, 1984), lema buyut diartikan “orang tua atau ibu kpd moyang (yakni datuk kpd datuk)”. Sementara lema moyang diartikan sebagai “bapak atau ibu kpd datuk, nenek bapak atau ibu” sementara “nenek-moyang” diartikan sebagai “datuk-datuk sebelum kita, leluhur”.
Perkataan datuk tidak begitu populer di Indonesia kecuali bagi orang-orang Sumatra. Menurut KBBI, datuk adalah “bapak dr orang tua kita; kakek, aki” sedangkan menurut KUBI, datuk adalah “nenek laki-laki (nenek moyang)”. Dalam Kamus Dewan, datuk diartikan “bapak kpd ayah dan ibu seseorang”.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa menurut ketiga kamus itu, datuk sama dengan kakek. KBBI menyebut aki (dari bahasa Sunda), demikian juga Kamus Dewan dalam keterangannya terhadap datuk sebagai panggilan, menyebut aki juga.
Oleh karena itu, jelas bahwa dalam bahasa Indonesia dan Melayu sebutan silsilah ke atas hanya sampai buyut – itu pun kalau kita tidak mempertimbangkan kemungkinan istilah buyut baru masuk kemudian sebagai pengaruh dari bahasa Sunda (atau lainnya). Bahasa Indonesia, begitu juga bahasa Malaysia, tidak mempunyai istilah untuk menyebut orang tua buyut dan ke atasnya. Dalam bahasa Sunda (yang saya tahu), orang tua buyut disebut bao dan orang tua bao disebut jangga atau canggah dan di atasnya disebut jangga wareng atau canggah wareng. Di atas jangga wareng masih ada udeg-udeg dan kait siwur. Menurut R.A. Danadibrata, dalam Kamus Basa Sunda (Bandung, 2006), di atas canggah wareng masih ada udeg-udeg, gantung siwur, gerpak, tambak galeng, dengdeng, gumbleng, dan amleng.
Artinya sampai tingkat 13 dari ayah atau ibu, masih ada namanya dalam bahasa Sunda, walaupun tidak lagi terdengar digunakan sehari-hari.
Saya sendiri hanya mengenal sampai gantung siwur yang disebut juga kait siwur.
Akan tetapi, kecuali ke atas dan ke bawah, ke samping juga silsilah masih ada namanya. Adik ayah dan ibu disebut paman (kalau laki-laki) atau bibi (kalau perempuan). Dalam bahasa Melayu disebut pakcik (kalau laki-laki) dan makcik (kalau perempuan). Akan tetapi, makcik tidak masuk lema Kamus Dewan, walaupun tercantum dalam KBBI dan KUBI. Buat kakak ayah dan ibu dalam bahasa Melayu tidak ada sebutan yang umum. Mereka disebut sesuai dengan kedudukannya dalam urutan persaudaraan dengan ayah atau ibu, misalnya pak long (sulung), pak ngah (tengah), pak teh (adik kelima atau keenam ayah atau ibu). Sebutan uak (k-nya tidak diucapkan) adalah pinjaman dari bahasa Sunda ua. Istilah pakde yang tercantum dalam KBBI merupakan pinjaman dari bahasa Jawa. Dalam bahasa Jawa sebenarnya ada juga sebutan khusus kepada kakak perempuan bapak atau ibu, ialah bude. Kata itu juga menjadi lema KBBI.
Anak-anak saudara ayah atau ibu disebut saudara sepupu atau misan. Menurut KBBI, saudara misan dalam masyarakat Sunda adalah saudara senenek, sedangkan dalam masyarakat Jawa adalah saudara sebuyut. Akan tetapi, dalam bahasa Indonesia biasanya diartikan saudara sepupu (satu nenek atau kakek).
Istilah kemenakan digunakan untuk menyebut anak saudara. Istilah keponakan dipinjam dari bahasa Jawa atau bahasa Jakarta. Digunakan baik untuk menyebut anak kakak ataupun anak adik. Hal itu berlainan dalam bahasa Sunda. Anak kakak disebut alo sedangkan anak adik disebut suan.
Juga nama-nama keturunan dalam bahasa Indonesia mentok sampai buyut, baik ke atas maupun ke bawah, sedangkan dalam bahasa Sunda bisa sampai kait siwur bahkan sampai amleng. Akan tetapi, saya kira hampir tidak ada orang yang mencatat silsilahnya sampai sejauh itu. Berlainan dengan orang Arab yang merasa bangga menyebut nama nenek moyangnya setinggi mungkin, bangsa kita umumnya sudah merasa puas kalau tahu nama buyutnya.
Istilah “silsilah” niscaya memberikan asosiasi kepada nama-nama raja dengan leluhur serta keturunannya. Padahal, hubungan silsilah adalah milik semua orang. Setiap orang dapat menyusun silsilahnya sendiri, misalnya mulai dari buyut – bapak kakeknya – sampai pada buyut – anak cucunya. Masing-masing disertai dengan nama saudara-saudaranya serta anak cucu mereka. Niscaya silsilah itu akan merupakan batang pohon yang rindang, apalagi kalau masing-masing orang mempunyai banyak anak.
Dalam setiap bahasa, setiap hubungan antara keluarga dalam silsilah niscaya ada namanya yang khusus. Dalam bahasa Indonesia yang saya ketahui, ke atas silsilah mentok pada “buyut”. Saya tidak tahu disebut apa ayah dan kakek buyut dalam bahasa Indonesia atau bahasa Melayu. Secara umum ada kata moyang atau nenek moyang. Kata moyang menurut KBBI berarti “nenek (ayah, ibu, dsb.); leluhur”. Tidak jelas artinya apa. Dalam KUBI (Badudu-Zain), moyang diartikan “orang tua kakek atau nenek; nenek moyang, para leluhur yang sudah meninggal; semua datuk yang terdahulu”. Dalam kedua kamus itu, ada buyut. KBBI menerangkan buyut sebagai “1. ibu dr nenek (urutannya: bapak/ibu, nenek, buyut. 2. anak dr cucu”. Sementara KUBI menerangkan buyut sebagai “1. ibu dr nenek, 2. anak dr. cucu.”
Yang menarik ialah bahwa kedua kamus itu menerangkan arti buyut sebagai “ibu dari nenek”. Menarik karena keduanya tidak menyebut tentang “ayah dari nenek atau kakek”. Apakah dengan demikian buyut itu hanya berarti “ibu dari nenek”, sedang ayah dari nenek tidak? Bagaimana dengan “ibu dari kakek”? Tidak termasuk buyut jugakah? Apakah ada sebutan khusus yang lain untuk “ayah dari nenek” dan “ibu dari kakek”?
Dalam Kamus Dewan yang disusun oleh Dr. Teuku Iskandar (cetakan kedua, Kualalumpur, 1984), lema buyut diartikan “orang tua atau ibu kpd moyang (yakni datuk kpd datuk)”. Sementara lema moyang diartikan sebagai “bapak atau ibu kpd datuk, nenek bapak atau ibu” sementara “nenek-moyang” diartikan sebagai “datuk-datuk sebelum kita, leluhur”.
Perkataan datuk tidak begitu populer di Indonesia kecuali bagi orang-orang Sumatra. Menurut KBBI, datuk adalah “bapak dr orang tua kita; kakek, aki” sedangkan menurut KUBI, datuk adalah “nenek laki-laki (nenek moyang)”. Dalam Kamus Dewan, datuk diartikan “bapak kpd ayah dan ibu seseorang”.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa menurut ketiga kamus itu, datuk sama dengan kakek. KBBI menyebut aki (dari bahasa Sunda), demikian juga Kamus Dewan dalam keterangannya terhadap datuk sebagai panggilan, menyebut aki juga.
Oleh karena itu, jelas bahwa dalam bahasa Indonesia dan Melayu sebutan silsilah ke atas hanya sampai buyut – itu pun kalau kita tidak mempertimbangkan kemungkinan istilah buyut baru masuk kemudian sebagai pengaruh dari bahasa Sunda (atau lainnya). Bahasa Indonesia, begitu juga bahasa Malaysia, tidak mempunyai istilah untuk menyebut orang tua buyut dan ke atasnya. Dalam bahasa Sunda (yang saya tahu), orang tua buyut disebut bao dan orang tua bao disebut jangga atau canggah dan di atasnya disebut jangga wareng atau canggah wareng. Di atas jangga wareng masih ada udeg-udeg dan kait siwur. Menurut R.A. Danadibrata, dalam Kamus Basa Sunda (Bandung, 2006), di atas canggah wareng masih ada udeg-udeg, gantung siwur, gerpak, tambak galeng, dengdeng, gumbleng, dan amleng.
Artinya sampai tingkat 13 dari ayah atau ibu, masih ada namanya dalam bahasa Sunda, walaupun tidak lagi terdengar digunakan sehari-hari.
Saya sendiri hanya mengenal sampai gantung siwur yang disebut juga kait siwur.
Akan tetapi, kecuali ke atas dan ke bawah, ke samping juga silsilah masih ada namanya. Adik ayah dan ibu disebut paman (kalau laki-laki) atau bibi (kalau perempuan). Dalam bahasa Melayu disebut pakcik (kalau laki-laki) dan makcik (kalau perempuan). Akan tetapi, makcik tidak masuk lema Kamus Dewan, walaupun tercantum dalam KBBI dan KUBI. Buat kakak ayah dan ibu dalam bahasa Melayu tidak ada sebutan yang umum. Mereka disebut sesuai dengan kedudukannya dalam urutan persaudaraan dengan ayah atau ibu, misalnya pak long (sulung), pak ngah (tengah), pak teh (adik kelima atau keenam ayah atau ibu). Sebutan uak (k-nya tidak diucapkan) adalah pinjaman dari bahasa Sunda ua. Istilah pakde yang tercantum dalam KBBI merupakan pinjaman dari bahasa Jawa. Dalam bahasa Jawa sebenarnya ada juga sebutan khusus kepada kakak perempuan bapak atau ibu, ialah bude. Kata itu juga menjadi lema KBBI.
Anak-anak saudara ayah atau ibu disebut saudara sepupu atau misan. Menurut KBBI, saudara misan dalam masyarakat Sunda adalah saudara senenek, sedangkan dalam masyarakat Jawa adalah saudara sebuyut. Akan tetapi, dalam bahasa Indonesia biasanya diartikan saudara sepupu (satu nenek atau kakek).
Istilah kemenakan digunakan untuk menyebut anak saudara. Istilah keponakan dipinjam dari bahasa Jawa atau bahasa Jakarta. Digunakan baik untuk menyebut anak kakak ataupun anak adik. Hal itu berlainan dalam bahasa Sunda. Anak kakak disebut alo sedangkan anak adik disebut suan.
Juga nama-nama keturunan dalam bahasa Indonesia mentok sampai buyut, baik ke atas maupun ke bawah, sedangkan dalam bahasa Sunda bisa sampai kait siwur bahkan sampai amleng. Akan tetapi, saya kira hampir tidak ada orang yang mencatat silsilahnya sampai sejauh itu. Berlainan dengan orang Arab yang merasa bangga menyebut nama nenek moyangnya setinggi mungkin, bangsa kita umumnya sudah merasa puas kalau tahu nama buyutnya.
Quote:
Manfaat Mengenal Silsilah
“Pentingkah Memahami Silsilah Keturunan?”
Suatu ketika ada seorang anak lelaki yang memutuskan kuliah ke luar kota namun tetap dalam satu provinsi. Ia memutuskan untuk kuliah dan belajar hidup mandiri dengan hidup berjauhan dengan orang tua. Beberapa tahun lamanya di tempat kuliah, ia bertemu dengan banyak teman dan kenalan baru. Termasuk bertemu dengan seorang gadis yang membuatnya jatuh cinta. Perkenalan pun berlanjut tahap demi tahap hingga mereka menjalin hubungan bak sepasang kekasih. Mereka saling mencintai satu sama lain.
Beberapa waktu kemudian saat liburan, si anak membawa si gadis yang menjadi kekasihnya itu pulang kerumah dengan maksud mengenalkannya kepada orang tua. Orang tua si anak terlihat terbuka dan menerima kedatangan dan maksud baik anaknya itu. orang tua si anak mengajak si gadis bercerita banyak hal termasuk keluarga dan orang tuanya. Alangkah terkejutnya orang tua pemuda tersebut ternyata keluarga si gadis mempunyai hubungan kekerabatan dengan keluarganya.
Alhasil, tentu hubungan mereka tidak bisa dilanjutkan. Ternyata mereka memiliki hubungan kekerabatan yang tak akan bisa disatukan menjadi suami istri. Jika mereka tetap melakukannya tentu akan mendapat sanksi sosial dari adatnya. Padahal mereka sudah saling mengasihi. Ternyata hubungan mereka harus dikandaskan lantaran ternyata mereka itu berkerabat. Itu semua terjadi akibatnya kurangnya pemahaman dan pengetahuan dari masing-masing anak tentang silsilah keluarga dan kekerabatannya sendiri. untunglah mereka belum melakukan hal macam-macam dan belum melangkah ke tahap yang lebih serius. Jika sampai dilakukan, bayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya!
———————————————————————-
Dari kisah diatas, apa yang bisa kita ambil pelajaran? Ternyata begitu pentingnya bagi kita semua untuk mengetahui dan memahami silsilah keluarga kita sendiri. penting bagi kita untuk memiiliki pengetahuan mengenai hubungan kekerabatan dan pertalian darah antara kita dan kerabat kita di luar sana.
Dalam budaya masyarakat Minangkabau, sesuai dengan pengamatan saya selama ini hal ini amat ditekankan sekali. Hubungan kekerabatan antar sesama anggota keluarga sangat dijaga. Setiap keluarga akan mengenalkan anggota keluarganya dengan anggota keluarganya yang lain. Misalkan saat momen hari raya dan acara-acara penting seperti upacara pernikahan, kematian dan upacara adat lainnya, setiap keluarga akan memberi pemahaman kepada keluarganya bahwa mereka memiliki hubungan kekerabatan dengan keluarga tersebut dan semacamnya.
Sehingga anggota sebuah keluarga akan paham mengenai silsilah keturunannya. Saudara dari orang tuanya, kerabat dari orang tuanya, saudara dari orang tua dari orang tuanya sendiri, kerabat dari orang tua dari orang tuanya dan seterusnya keatas dan kebawah. Sesuai dengan garis keturunan, pertalian darah dan hubungan kekerabatan.
Tidak hanya itu, termasuk dalam contoh kasus diatas tadi. Bahwa biasanya keluarga akan memberi tahu anggota keluarga atau kerabatnya yang berada di luar daerah. Sehingga saat anggota keluarganya berada di luar daerah yang di daerah tersebut terdapat kerabatnya maka mereka bisa tetap menjalin hubungan baik sesama anggota keluarga.
Sebenarnya begitu penting bagi kita untuk mengetahui dan memahami silsilah kelurga dan hubungan kekerabatan kita. Banyak manfaat dan hal penting lainnya yang akan kita peroleh, dintaranya:
1. Menjaga hubungan baik sesama anggota keluarga.
Dengan mengetahui silsilah keluarga kita bahwa kita memiliki hubungan dengan keluarga yang lain. Dengan begitu tentu akan berusaha untuk menjaga hubungan tetap harmonis dan terjaga baik.
2. Memberi dukungan di saat susah dan berbagi kebahagian di saat suka.
Dengan mengetahui bahwa kita memiliki saudara dan kerabat tentu kita dapat berbagi suka dan suka bersama mereka. Begitu pun sebaliknya, mereka juga bisa melakukan hal yang sama. Sehingga dengan demikian kesedihan dan kebahagiannya kita bisa lebih bermakna.
3. Menghindarkan kejadian akibat miss communication.
Contoh kasus diatas tadi merupakan kasus akibat kurangnya komunikasi antar sesama anggota kelurga. Sehingga masing-masing anggota keluarganya tidak memahami secara baik hubungan kekerabatannya dengan anggota keluarganya yang lain yang berada di tempat yang terpisah jauh.
4. Menyadari bahwa kita tak sendiri.
Dengan mengetahui hubungan kekerabatan dan tali persaudaraan antara masing-masing pihak tentu ia sadar bahwa selama ini ia hidup tidak hanya sendiri. bahwa ia ternyata memiliki banyak orang yang memiliki kaitan dan hubungan dengan keluarganya.
5. Menghindari terjadinya sikap individualistik.
Akibat gaya hidup urban yang terjadi saat ini membuat masyarakat bersikap lebih individualistik. Sikap seperti tidak hanya terjadi di masyarakat yang hidup di perkotaan namun juga yang hidup di kampung. Namun hal tersebut masih bisa dicegah dengan cara menjaga hubungan dengan sesama kerabat yang kita miliki.
6. Melestarikan garis keturunan.
Dengan memiliki pengetahuan terhadap hubungan kekerabatan maka hal tersebut mampu menaga dan melestarikan silsilah keturunan kita. Sehingga tak ada istilahnya telah terputusnya garis keturunan dari sebuah anggota suku atau adat. Dengan demikian tentu garis keturunan kita akan terpelihara dengan baik dan aman.
Dari poin-poin diatas maka kita dapat mengetahui bahwa memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang keturunan dan kekerabatan adalah hal yang amat penting. Selain poin diatas ada banyak poin lain sebenarnya. Jika kurang, silahkan anda tambahkan sendiri di kolom komentar.
Jadi intinya… sangat penting bagi kita semua untuk memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang garis keturunan, kekerabatan dan tali persaudaraan yang melekat dalam kehidupan kita di masyarakat. Oke… ^_^
“Pentingkah Memahami Silsilah Keturunan?”
Suatu ketika ada seorang anak lelaki yang memutuskan kuliah ke luar kota namun tetap dalam satu provinsi. Ia memutuskan untuk kuliah dan belajar hidup mandiri dengan hidup berjauhan dengan orang tua. Beberapa tahun lamanya di tempat kuliah, ia bertemu dengan banyak teman dan kenalan baru. Termasuk bertemu dengan seorang gadis yang membuatnya jatuh cinta. Perkenalan pun berlanjut tahap demi tahap hingga mereka menjalin hubungan bak sepasang kekasih. Mereka saling mencintai satu sama lain.
Beberapa waktu kemudian saat liburan, si anak membawa si gadis yang menjadi kekasihnya itu pulang kerumah dengan maksud mengenalkannya kepada orang tua. Orang tua si anak terlihat terbuka dan menerima kedatangan dan maksud baik anaknya itu. orang tua si anak mengajak si gadis bercerita banyak hal termasuk keluarga dan orang tuanya. Alangkah terkejutnya orang tua pemuda tersebut ternyata keluarga si gadis mempunyai hubungan kekerabatan dengan keluarganya.
Alhasil, tentu hubungan mereka tidak bisa dilanjutkan. Ternyata mereka memiliki hubungan kekerabatan yang tak akan bisa disatukan menjadi suami istri. Jika mereka tetap melakukannya tentu akan mendapat sanksi sosial dari adatnya. Padahal mereka sudah saling mengasihi. Ternyata hubungan mereka harus dikandaskan lantaran ternyata mereka itu berkerabat. Itu semua terjadi akibatnya kurangnya pemahaman dan pengetahuan dari masing-masing anak tentang silsilah keluarga dan kekerabatannya sendiri. untunglah mereka belum melakukan hal macam-macam dan belum melangkah ke tahap yang lebih serius. Jika sampai dilakukan, bayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya!
———————————————————————-
Dari kisah diatas, apa yang bisa kita ambil pelajaran? Ternyata begitu pentingnya bagi kita semua untuk mengetahui dan memahami silsilah keluarga kita sendiri. penting bagi kita untuk memiiliki pengetahuan mengenai hubungan kekerabatan dan pertalian darah antara kita dan kerabat kita di luar sana.
Dalam budaya masyarakat Minangkabau, sesuai dengan pengamatan saya selama ini hal ini amat ditekankan sekali. Hubungan kekerabatan antar sesama anggota keluarga sangat dijaga. Setiap keluarga akan mengenalkan anggota keluarganya dengan anggota keluarganya yang lain. Misalkan saat momen hari raya dan acara-acara penting seperti upacara pernikahan, kematian dan upacara adat lainnya, setiap keluarga akan memberi pemahaman kepada keluarganya bahwa mereka memiliki hubungan kekerabatan dengan keluarga tersebut dan semacamnya.
Sehingga anggota sebuah keluarga akan paham mengenai silsilah keturunannya. Saudara dari orang tuanya, kerabat dari orang tuanya, saudara dari orang tua dari orang tuanya sendiri, kerabat dari orang tua dari orang tuanya dan seterusnya keatas dan kebawah. Sesuai dengan garis keturunan, pertalian darah dan hubungan kekerabatan.
Tidak hanya itu, termasuk dalam contoh kasus diatas tadi. Bahwa biasanya keluarga akan memberi tahu anggota keluarga atau kerabatnya yang berada di luar daerah. Sehingga saat anggota keluarganya berada di luar daerah yang di daerah tersebut terdapat kerabatnya maka mereka bisa tetap menjalin hubungan baik sesama anggota keluarga.
Sebenarnya begitu penting bagi kita untuk mengetahui dan memahami silsilah kelurga dan hubungan kekerabatan kita. Banyak manfaat dan hal penting lainnya yang akan kita peroleh, dintaranya:
1. Menjaga hubungan baik sesama anggota keluarga.
Dengan mengetahui silsilah keluarga kita bahwa kita memiliki hubungan dengan keluarga yang lain. Dengan begitu tentu akan berusaha untuk menjaga hubungan tetap harmonis dan terjaga baik.
2. Memberi dukungan di saat susah dan berbagi kebahagian di saat suka.
Dengan mengetahui bahwa kita memiliki saudara dan kerabat tentu kita dapat berbagi suka dan suka bersama mereka. Begitu pun sebaliknya, mereka juga bisa melakukan hal yang sama. Sehingga dengan demikian kesedihan dan kebahagiannya kita bisa lebih bermakna.
3. Menghindarkan kejadian akibat miss communication.
Contoh kasus diatas tadi merupakan kasus akibat kurangnya komunikasi antar sesama anggota kelurga. Sehingga masing-masing anggota keluarganya tidak memahami secara baik hubungan kekerabatannya dengan anggota keluarganya yang lain yang berada di tempat yang terpisah jauh.
4. Menyadari bahwa kita tak sendiri.
Dengan mengetahui hubungan kekerabatan dan tali persaudaraan antara masing-masing pihak tentu ia sadar bahwa selama ini ia hidup tidak hanya sendiri. bahwa ia ternyata memiliki banyak orang yang memiliki kaitan dan hubungan dengan keluarganya.
5. Menghindari terjadinya sikap individualistik.
Akibat gaya hidup urban yang terjadi saat ini membuat masyarakat bersikap lebih individualistik. Sikap seperti tidak hanya terjadi di masyarakat yang hidup di perkotaan namun juga yang hidup di kampung. Namun hal tersebut masih bisa dicegah dengan cara menjaga hubungan dengan sesama kerabat yang kita miliki.
6. Melestarikan garis keturunan.
Dengan memiliki pengetahuan terhadap hubungan kekerabatan maka hal tersebut mampu menaga dan melestarikan silsilah keturunan kita. Sehingga tak ada istilahnya telah terputusnya garis keturunan dari sebuah anggota suku atau adat. Dengan demikian tentu garis keturunan kita akan terpelihara dengan baik dan aman.
Dari poin-poin diatas maka kita dapat mengetahui bahwa memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang keturunan dan kekerabatan adalah hal yang amat penting. Selain poin diatas ada banyak poin lain sebenarnya. Jika kurang, silahkan anda tambahkan sendiri di kolom komentar.
Jadi intinya… sangat penting bagi kita semua untuk memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang garis keturunan, kekerabatan dan tali persaudaraan yang melekat dalam kehidupan kita di masyarakat. Oke… ^_^
Quote:
Contoh Silsilah Keluarga

Lihatnya dari bawah ke atas. Jadi yang di bawah lebih tua daripada yang di atasnya.

Lihatnya dari bawah ke atas. Jadi yang di bawah lebih tua daripada yang di atasnya.
Sumber:
* Silsilah
* Pentingkah Memahami Silsilah Keturunan?
* Silsilah Keluarga Donal Bebek
* Pengamatan sendiri
Diubah oleh ben10pku 18-01-2015 13:28
0
47.1K
Kutip
15
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan