Hi gan. Ketemu lagi sama ane yang makin hari makin keceS E N S O R
CENDOL BILA BERKENAN, RATE BILA SETUJU, KOMENG UNTUK BERDISKUSI.
Quote:
Ane mau posting tentang hubungan orang tua baik itu ayah atau ibu, atau keduanya yang mungkin berkarakter otoriter dan tempramen.
Awal thread ini mulanya berawal dari ane jalan kaki di komplek prumahan ane, dan secara tidak sengaja ane liat seorang ayah membentak anak nya dengan kata2 yang terdengar cukup kasar dan yang ane rasakan mungkin anak itu tertekan dan bahkan sakit hati.. Lalu ane teringat didikan ayah ane yang tegas tapi tidak dibarengi dengan kata2 yang lembut atau dimengerti, sehingga dulu ane bingung, apa yang harus ane lakukan, ane berani membantah, bahkan sampai brantem sekalipun, tapi ane masih punya pandangan terhadap norma dan agama, tapi kadang dia selalu menyudutkan ane dari berbagai pandangan, dan semua yang ane lakuin selalu dianggap kurang tepat dimata dia.
Ane takut ketika sudah jadi ayah, ane pun seperti ayah ane gan.
Ane bernazar ketika ane udah punya anak (masih bujangan ) ane bakalan ngedidik dengan cara tegas namun lembut dan bisa dipahami sang anak, agar tidak seperti ane, jangankan becanda, ngobrol aja jarang gan.
Apa agan pernah merasakan ? Atau sedang merasakan ?
Dan ane akhirnya menemukan artikel dibawah ini gan, boleh disimak
Spoiler for BUKA:
Orang tua dan anak adalah hal yang tidak dapat terpisahkan. Kita sebagai seorang anak haruslah menurut kepada orang tua. Saat ditanya “mengapa kita harus menurut kepada orang tua?“ sebagian besar anak-anak menjawab alasan mereka melakukannya adalah agar tidak dimarahi oleh orang tua. Mereka takut jika orang tuanya marah maka akan terjadi hal yang menakutkan dan membuat mereka menangis. Itulah anggapan sebagian besar anak terhdap orang tuanya.
Ya, didikan keluarga adalah salah satu hal penting dalam hidup. Karena, aspek ini merupakan salah satu pendukung pertumbuhan karakter seseorang untuk menjalani hidup kedepannya. Jika didikan dari keluarga tersebut baik, maka individu seorang anak kemungkinan besar pun akan baik. Tetapi jika didikan didalam keluarganya kurang baik atau bahkan tidak baik maka sangat besar pula kemungkinannya anak tersebut akan tumbuh menjadi individu yang kurang baik.
Jaman dulu, memang sangat umum jika orang tua mendidik anaknya dengan didikan yang keras. Entah mengapa alasannya mereka seperti itu namun begitulah faktanya. Tapi menurut sebagian besar orang, jaman sekarang sudah tidak berlaku lagi jika orang tua mendidik anaknya dengan didikan yang keras.
Tapi pada faktanya, didikan keras masih berlaku sampai detik ini. Sebagian besar dari orang tua yang mendidik anaknya dengan cara yang keras beralasan atau beranggapan bahwa dengan cara keras inilah maka seorang anak akan menjadi anak yang menurut kepada orang tuanya dan menjadi anak yang disiplin. Padahal kenyataannya, sebaliknya.
Maksud dari didikan keras disini adalah membentak, memukul, meneriaki, mencubit, menyambuk, menendang, menampar, menonjok ataupun sebagainya yang sebenarnya sudah termasuk sangat kasar. Sering dibentak atau sering dimarahi saat masih kecil saja sudah bisa berdampak banyk saat ia dewasa, apalagi jika saat dewasa ia masih sering dibentak dan dimarahi. Kalau psikologis anak itu ternyata tidak kuat menahannya atau bahkan berpikir apa saja yang seharusnya ia lakukan , anak tersebut bisa mengalami sedikit gangguan pada pola psikologisnya baik dari segi moral maupun etikanya.

Sebagai orang tua, seharusnya dapat membedakan yang mana “tegas” dan yang mana “keras”. Menddidik anak itu seharusnya dilakukan dengan cara yang tegas, ketegasan ini harus dimiliki orang tua untuk mendidik anaknya, karena dengan ketegasan yang baik dari orang tua, maka kemungkinan besar sang anak akan lebih mengerti atas apa yang telah dididik oleh orang tuanya kepadanya dan secara tidk langsung akan menghormati orang tua bukan hanya karena alasan takut dimarahi oleh orang tua, tapi karena ketegasan dari orang tua itu sendiri. Lagipula apa tidak lelah kalau orang tua harus marah-marah terus kepada anaknya? Padahal sebenarnya dengan semakin seing orang tua marah-marah maka sebenarnya sang anak akan menganggap “ah biarin aja, udah biasa, gausah didengerin” mengacuhkan kata-kata orang tua bahkan akan melakukan pemberontakan dibelakang orang tua apalagi pada anak yang sangat dikekang oleh orang tunya.
Beberapa dampak yang dapat terjadi pada anak jika dididik dengan kasar:
1. Anak akan menjadi lebih agresif.
Biasanya anak cenderung menjadi ‘jutek’, tidak perduli kepada orang lain (menjadi individualisme) menjadi lebih mudh marah. Hal ini dikarenakan pola berfkir anak yang beranggapan kalau orang lain akan menyakitinya, sehingga ia harus melindungi dirinya, membatasi dirinya dengan orang lain dan mudah marah bila sedikit saja merasaterganggu.
2. Anak bisa menjadi jauh dengan orang tua.
Jaman sekarang, seorang anak dengan orang tua biasanya terkesan seperti bersama dengan teman, mereka sering curhat, main dan bercanda dengan orang tuanya. Tapi, jika orang tuanya keras, jangankan menjadi teman, bahkan mengobrol saja susah. Apalagi yang orang tunya ‘cuek’ jangankan ditanya apa yang telah dialami hari ini, malah ketika anak sengaja ‘curhat’ kepada orang tuanya yang sebenarnya bertujuan untuk cari perhatian saja tidak dihiraukan. Ketika sekalinya dihiraukan, dan kebetulan bercerita mengenai masalah yang dia alami malah sang anak lah yang dianggap bersalah, sang anaklah yang malah diomeli oleh orang tuanya. Jadi sang anak akan merasa percuma jika dia berbicara dengan orang tuanya malah ia akan tidak dihiraukan, diomeli padahal sebenarnya bukan itu yang diharapkan, melainkan hanya sekedar perhatian lebih dari orang tuanya.
3. Anak menjadi lebih keras kepala
Ketika seorang anak dinasihati,anak akan cenderung keras kepala karena mereka merasa gusar ketika orang tuanya menasihati. Mereka merasa lelah dan bosan karena didikan keras yang diberikn orang tua. Maka mereka akan merasa apa yang ingin mereka lakukan, apa yang menurut mereka benar, itulah pilihan mereka, tidak perlu lah memperdulikan orang lain karena mereka merasa bahwa orang terdekat mereka yang seharusnya memberikan kepedulian yang lebih kepada mereka saja yaitu orang tua tidak memperdulikan mereka.
4. Terkadang anak tersebut kan lebih sering diam dan merasa kesepian.

Seorang anak akan diam karena merasa percuma jika berbicara, apalah gunanya berbicara jika selalu dianggap salah oleh orang tuanya. Mereka cenderung akan lebih terbuka dengan teman-temannya karena merasa bahwa teman-temannya lebih ‘selalu ada’ dibandingkan dengan orang tuanya. Jadi mereka akan merasa kesepian, tidak ada orang yang perduli kepada mereka, mereka akan merasa ada batasan antara orang tua dan anak karena biasanya begitulah anggpan orang tu itu sendiri.
5. Anak menjadi pemberontak
Anak akan cenderung menjadi seorang yang “poker face” .

mereka akan menurut dihadapan orang tuanya, sementara dibelakang orangtuanya mereka akan melakukan apapun sesuka mereka asalkan tidak diketahui oleh orang tuanya.
Hal ini bisa disebabkn oleh harapan yang terlalu tinggi dari orang tua terhadap anaknya dari berbagai aspek. Dalam mendidik anak sebenarnya orang tua biasanya terjebak pada berbagai ketakutan maupun kejengkelan menghadapi perkembangan kejiwaan anak. Larangan maupun pembatasan orang tua merupakan cermin ketakutan apabila anak-anak akan jadi kotor, terkena penyakit, jatuh, atau ketakutan lainnya. Sementara pada sisi lain, ketika anak menunjukkan kebandelan dan kebebasan dalam berekspresi seringkali ditangkap sebagai beban yang menjengkelkan orang tu sehingga perlu dibatasi. Seperti jika seorang anak memiliki bakat atau mempelajari sesuatu, orang tua membatasi atau bahkan melarang anak untuk mengembangkannya dengan berkata “cita-cita kamu apa? Emang kamu mau jadi penyanyi (misalnya yang dipelajari adalah penyanyi)? Atau apa? Udahlah fokus aja sama apa yang kamu mau, yang kaya gini nggak akan ada gunanya” padahal sebenarnya berbagai hal yang dipelajari tersebut bisa menambah wawasan, kemampuan, kreatifitas ataupun hal lainnya. Anak tidak boleh terlalu dikekang karena akan memberontak.
Berikut adalah cara menimbulkan kepatuhan seorang anak:
1. Beri penjelasan pada anak.
Jelaskan suatu hal yang baik dan buruk kepada anak, jangan berbohong dan gunakanlah bahasa yang baik, lembut dan dimengerti oleh anak.
2. Perintahkan sebatas kemampuannya.
Perintah diluar kesanggupan anak akan menyebabkan krisis syaraf (neurotic). Anak juga akan merasa terbebani jika orang tua memerintahkan sesuatu yang perlu dilaksanakan tapi sebenarnya ada diluar kemampuannya.
3. Tidak berdusta atau menakut-nakuti.
Saya langsung akan memberikan contoh. Ketika orang tua menjanjikan membelikan mainan kepada anak kalau anak telah menyelesaikan hal yang diinginkan orang tuanya tapi nyatanya setelah selesai tidak ada yang diberikan kepada anak maka tidak menutup kemungkinan anak akan mulai kehilangan kepercayaan kepada orang tunya. Hal ini karena orang tuanya berdusta. Lalu orang tua menakut nkuti anaknya akan suntikan agar sang anak menurut kepada orang tua dan orang tua akan menjauhkan anak dari suntikan tersebut. Hal ini sebenarnya buruk karena dapat terbawa hingga dewasa.
4. Jangan bertentangan dengan naluri anak.
Anak-anak umumnya suka bermain maupun memiliki kebiasaan tertentu yang memang umumnya dilakukan oleh anak-anak. Mak naluri inilah yang tidak boleh dditentang. Jangan dilarang bermain atau hal lainnya. Berikanlah penjelasan yang logis seperti meminta anak untuk menyudahi bermain karena sudah waktunya mengaji, inipun harus dilakukan dengan cara yang lembut.
Dengan begini, seorang anak akan lebih merasa dianggap dan dihargai oleh orang tuanya, dan secara otomatis mereka pun akan tahu diri dan menimbal balik untuk menghargai orang tuanya. Sebenarnya yang perlu diingat oleh orang tua dalah, seorang anak hanya perlu diperhatikan, diberi perhatian lebih, benar benar diberi kasih sayang seperti diperhatikan. Janganlah lagi beranggapan “kalau dulu saya dididik begini, maka anak saya juga harus merasakannya” jangan memperlihatkan batasan bahwa ‘saya adalah orang tua dan kamu hanyalah anak’. Karena yang dibutuhkan oleh anak bukanlah perhatian berupa materi (pemenuhan peembiayaan hidup) saja, melainkan perhatian berupa kasih sayang/ perhatian lahir dan batin
Sedikit pesan dari ane:
Bila agan di posisi anak :
-Turutilah apa yang mreka katakan dan perintahkan selagi baik untukmu.
-Jadilah pribadi yang tangguh, selalu menghormati, walaupun tidak bisa menghormati dari pandangan sayang, anda bisa coba menghormati dari pandangan norma dan agama.
-Ngomong! Bila ada yang perlu agan ungkapin, jangan ragu, dimarahi cuma sebentar, yang penting unek2 agan bisa dikeluarkan hari itu juga
-Buat mreka canggung, dalam arti melihat perubahan agan menjadi lebih positif, bila mreka berkata, ucapkan iya, atau siap atau oke pak,pah,yah,bu,mah, dengan begitu mreka akan merasa di dengarkan.
-terakhir! Jangan agan turunkan ini pada anak agan kelak, bila agan gk mau anak agan mempunyai perasaan sama seperti agan.
Bila Agan di posisi orang tua:
-Didiklah anak dengan bijak gan, jangan pernah menganggap enteng perasaan anak, ingat! Ada masa kita tua dan tak berdaya, siapa yang akan membantu kita nanti kalau bukan anak kita? agan jangan heran kalo agan didik seperti itu, anak kita akan cuek dan tidak merawat agan ketika tua nanti.
-Jangan bentak dia karena tidak belajar, menyuruh solat atau ngaji sedangkan agan asyik ngaskus atau nonton tv, tapi bimbing lah dia dalam pelajaran nya, jadilah imam untuk anak dan istri, agar mreka kelak berfikir harus menjadi imam yang baik dalam keluarga nanti, agar seperti agan.
-Ajak becanda,curhat tentang tema2n nya, tanya! Tapi dengan cara yang bisa buat dia nyaman.
-jangan membanding2kan anak, karena dia akan merasa dirinya selalu kurang dimata orang tua.
-jangan mengungkit2 materi yang pernah agan kasih, karena mreka akan berfikir pemberian agan tidak ikhlas.
-puji usaha nya, jangan puji kepintaran nya!
Karena dengan memuji usahanya, mreka akan berusaha perbaiki jika melakukan kesalahan, tapi jika agan puji kepintaran nya, mreka akan merasa stress takut dan malu bila melakukan kesalahan, it's true gan.
BUATLAH KEHARMONISAN DALAM KELUARGA, BUKAN TENTANG AYAH MENYURUH ANAK DENGAN MEMARAHI, BUKAN TENTANG SIAPA YANG PALING BERPENGALAMAN, TAPI BANGUN KELUARGA YANG HARMONIS OLEH SEMUA PIHAK, BAIK ITU AYAH,IBU DAN ANAK. INSYAALLAH BERKAH
Okedeh segitu dari ane gan, Rate Boleh, Cendol boleh
Wassalam
Komeng sohib :
Quote:
Original Posted By Rock1d►"Apa yang engkau tanam, maka akan engkau tuai"(bener ga nih?)
Jadi, didikan yg di berikan ortu kpd anak nya akan mempengaruhi nya prilaku nya nanti..
1. Didikan keras, si anak akan temperamen
2. Didikan pelit, si anak akan pelit jga (pelit di sini mksd nya perhitungan sama duit)
3. Didikan lembut, si anak akan jadi maho
dll
didikan lembut bkn cara efektif utk mendidik anak, karna klo di didik dgn cara tsb akan menciptakan penyakit sosial yg mengerikan yaitu maho ..
mendidik anak itu harus balance antara keras+lembut agar prilaku dan karakter anak sesuai dgn harapan kita..
semoga kita termasuk orang tua / calon orangtua yg bisa mendidik anak anak kita...sehingga ikut membantu menjadikan generasi yg akan datang menjadi generasi yg berakhlak baik, berperilaku baik dan dsb ...bukan generasi yg pemarah , generasi berperilaku jelek dan generasi yg merugikan...
perilaku generasi yg akan datang tergantung didikan orang tuanya, guru, lingkungannya, sekolahnya...
semoga bangsa ini menjadi lebih baik dengan generasi muda yg jempolan baik perilaku, sifat ataupun tindakannya...
Quote:
Original Posted By sakitnya.disini►semua orang tua berharap anaknya bisa lebih baik dari mereka hanya saja kadang caranya yang salah
aku dari kecil selalu dimanja dan hasilnya kurang bagus juga buat aku
Quote:
Original Posted By patchkom►masih berguna tuk kemajuan nusa & bangsa
Quote:
Original Posted By krnwn_indigo►Kalau ane sih pernah sekali kali di marahin atai dipukul, tapi gak sering amat sih, dan ane lebih dablek lagi malahan