- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Pengamat Musik Denny Sakrie Tutup Usia


TS
toruwijaya
Pengamat Musik Denny Sakrie Tutup Usia
Quote:

Metrotvnews.com, Jakarta: Indonesia kehilangan salah satu pengamat musik. Denny Sakrie tutup usia, hari ini, Sabtu (3/1/2015).
Istri Denny, Mieke Hendrawati, membenarkan kabar duka tersebut.
"Bapak (Denny Sakrie) sudah enggak ada," ujar Mieke kepada Metrotvnews.com melalui sambungan telepon.
Mieke mengatakan, Denny meninggal akibat serangan jantung. Saat hendak dibawa ke Rumah Sakit Siloam Karawaci, mantan penyiar radio itu menghembuskan nafas terakhir dalam perjalanan, sekitar pada pukul 12.25 WIB.
Denny Sakrie terlahir dengan nama Hamdhan Syukrie, di Maluku, 14 Juli 1963.
Sebelum tutup usia, Denny masih menjadi kontributor tetap untuk majalah Tempo, harian Kompas, dan majalah Rolling Stone Indonesia. Selain menulis, dia juga berkiprah sebagai penyiar radio, pengisi suara iklan radio dan televisi, pembawa acara, penulis naskah beberapa acara televisi, dan bergabung di sejumlah grup musik.
Denny lebih dikenal sebagai penulis dan pengamat dunia musik Indonesia.
Selamat jalan, Denny Sakrie...
ROS
http://hiburan.metrotvnews.com/read/...rie-tutup-usia
selamat jalan, terima kasih atas artikel-artikelnya
buat yang mau baca tulisan beliau bisa ke websitenya
https://dennysakrie63.wordpress.com
Quote:
Saya kaget mendengar berita Denny Sakrie meninggal Sabtu siang, 3 Januari. Ini berita pertama yang saya baca setelah tidur siang hari Sabtu itu. Suasana Tahun baru masih terasa tapi berita duka tak bisa distop. Saya berduka untuk kepergian Denny Sakrie yang amat mendadak. Sebab, dia masih aktif posting di akun FB-nya.
Saya mengenal Denny karena saya pernah mengundang dia untuk wawancara televisi yang saya asuh (Impact bersama Jonminofri di Qtv, Indovision). Sekitar tahun 2008. Saya lupa tanggal persisnya. Saya mengundang dia untuk bicara tentang perkembangan industri musik di Indonesia.
Dia hangat dan menyenangkan. Dia membawakan dirinya kepada saya seperti kami sudah berkenalan lama. Padahal baru kali itu saya bertemu secara phisik dengan Denny. Konon selalu begitu cara Denny bergaul. Nampak sekali dia selalu berfikir positif pada orang. Menghargai orang lain, menghargai waktu, dan ramah. Saya pun terbawa oleh keriangan dia.
Toh, yang paling saya kagumi ketika itu (hingga sekarang) adalah pengetahuannya tentang musik. Dia bukan hanya seperti kamus berjalan, tetapi sudah seperti google hidup dan bersuara. Dia bisa memberikan keterangan dengan suaranya tentang apa saja yang kita tanya. Tanpa delay, tidaklemot. Jika keterangannya kurang lengkap, tanya lagi. Seperti google, dia memberikan file lain untuk kita dengarkan. Dia menceritakan dengan senang hati, dengan suara yang mantap (mungkin karena dia juga penyiar radio dan pengisi usaraiklan). Dan matanya yang bersinar setiap menjawab. Bagi saya ini pertanda bahwa dia bahagia dengan pilihan hidupnya sebagai pengamat musik, penulis musik, danhal lain yang berkaitan dengan musik. Dalam hal ini saya kira dia termasuk makhluk langka di Indonesia. Tidak banyak orang yang memiliki profesi seperti dia dan masih tekun di usia di atas 50 tahun.
Kemampuan dia seperti google hidup untuk musik itu benar-benar mengagumkan, dan membuat saya iri. Sekedar memperkuat vonis saya bahwa dia hebat sebagai goolge hidup soal musik, coba perhatikan tiga tulisan terakhir dia di blognya, yang ditulisnya tanggal 1 dan 2 januari 2015. Mungkin ini tulisannya terakhir yang dipublikasikan kepada publik.
Tulisan terakhir, tanggal 2 Januari, bercerita tentang profil Fariz RM, sepanjang 9.395 karakter. Judulnya “Selamat ulang tahun Fariz RM”. Dia menyebut Fariz, yang berulang tahun tanggal 5 januari, sebagai sahabat. Tulisan inimenunjukkan Denny sebagai Google hidup tentang musik.
Jika dibandingkandengan tulisan untuk media cetak, tulisan tersebut tergolong sangat panjang.Bisa memakan setengah halaman koran. Sebab, satu artikel biasanya hanya 4.000karakter. Untuk menulis sepanjang itu, dengan angel yang sangat terjaga, Denny perlu bahan mentah yang banyak. Apalagi tulisannya padat, tanpa bunga-bunga,dan banyak “dagingnya”. Jadi, menulis seperti ini tidak menjadi soal bagi Denny karena dia adalah seorang google hidup, data tinggal dikutip dari ingatannya.
Dia menceritakan garis hidup Fariz sebagai pemusik saja, tanpa pengaitkan dengan apapun. Fokus, dengan angel yang tajam. Dalam tulisan itu, dia menggambarkan Fariz sudah bermain musik sejak pakai celana pendek. Dia pandai main drum. Pertama kali diajak masuk dunia musik profesional pada usia SMA oleh Keenan dan Chrisye, dari geng Peganggsaan. Di sini Fariz selalu mampir setelah jam sekolah di SMAN 3 habis, masih berseragam sekolah.
Setelah pindah sekolah ke ITB Bandung, Fariz akrab dengan Harry Roesli, pemusik sekaligus akademisi musik (gabungan profesi yang langka juga di Indonesia). Harry Roesli menitipkan kelompok penyanyi yang tengah dibinanya kepada Fariz ketika Harry Roesli melanjutkan sekolah di luar.
Tulisan itu dilengkapi dengan beberapa gambar Fariz dan Denny. Menurut Google hidup ini, Fariz akan tetap aktif di musik. Seorang pemusik tak akan pernah betul-betul meninggalkan musik. Begitu menurut Denny.
Tulisan kedua Denny bercerita tentang Majalah Musik MG (Musik dan Gitar). Ini adalah majalah yang berisi lagu dan akor gitar. Sangat digemari oleh remaja Denny dan orang seusianya di zaman itu. Kali ini Denny bercerita dari angle bisnis, bahwa majalah ini sangat sukses sehingga banyak follower-nya, dan uniknya para folower juga sukses dan saling bersaing. Keduanya sama-sama mengeluarkan album kaset, yang juga laku di pasar, padahal di jual dengan hargaRp 600 per keping. Sedangkan kaset lain waktu itu hanya Rp 500. Harga majalah MG hanya Rp 400 per buku. Saya sangat kagum dengan Denny dalam menulis artikel ini: dia masih ingat hal detail yang terkait dengan topik yang ditulisnya. Di bidang ini saya merasa parah sekali. He he...
Sedangkan tulisan ketiga yang ditulis Denny adalah soal kebangkitan kembali rekaman dalam medium vinyl atau piringan hitam. Sebagai google hidup, dia tahu penyanyi mana saja yang mengeluarkan album dalam bentuk vinyl, termasuk album terbaru Pink Floyd. Denny juga menyajikan data penyanyi Indonesia yang membuat album dalam vinyl, dan tempat penjual album dalam bentuk vinyl di Jakarta, yaitu di lantai dasar Blok M Mall dan Pasar Santa.
***
Yang mengagumkan dari Denny adalah pilihan hidupnya sebagai penulis musik, yang akhirnya menjadikannya sebagai google hidup tentang musik. Tentu saja pilihan ini didorong oleh kecintaannya pada musik sejak dia masih SMP dan SMA di Maluku.
Sampai akhir hanyatnya profesi itu masih ditekuninya dengan setia. Setidaknya di akun Facebooknya, setiap hari selalu saja ada postingan soal musik. Musik lokal atau musik asing. Saya termasuk yang tidak pernah melewatkan postingannya, walaupun sekedar mengintip. Saya memperhatikan sambil mengagumi dia sebagai google hidup musik karena pengetahuan dan koleksinya soal musik yang sangat kaya.
Di akun FB Denny, saya melihat lagi album Ida Royani, benyamin, Bing Slamet, Koes Plus, dan lainnya. Banyak sekali. Koleksinya banyak sekali.
Jika dia posting soal Koes Plus, sebagai penggemar Koes Plus saya akan membaca. Pernah suatu kali dia memposting klipping majalah Aktuil, sebuah tulisan Denny tentang Murry. Tulisan itu saya nilai baik sekali. Ia berhasil menempatkan Murry sebagaimana adanya. Maksud saya, Murry bicara sangat manusiawi. Waktu itu Koes Bersaudara baru gabung lagi bikin album baru. Kata Murry seperti dikutip Denny: bagaimana saya keluar dari Koes Plus, saya kan cari duitnya di Koes Plus.. he he..
Saya yakin sekali dia tidak dapat duit dari kegiatannya di media sosial. Tapi dia melakoninnya dengan tekun, dengan kadar yang sukar ditiru orang lain.Banyak akun yang aktif seperti dia, tapi sebagian ‘dijalankan’ oleh admin, sehingga greget dari pemiliknya tak nampak, dan postingannya tidak fokus seperti Denny.
Sebagai google hidup soal musik, tentu saja dia bisa memenuhi keinginan berbagai kalangan yang membutuhkan informasi soal musik. Karena itu, dia selalu tampak di setiap event musik, setidaknya begitu yang terlihat dalam akun FB-nya. Dia dipakai oleh majalah musik Rolling Stones. Dia disewa sebagai pembawa acara musik di radio. Dia menulis buku tentang musik, dan beberapa belum diterbitkan. Dia juga bekerja sebagai pengisi suara iklan.
Saya membayangkan uang yang didapatnya tidak banyak jika menggeluti profesi seperti itu. Di mana ada honor berlimpah bagi penulis, seperti honor besar diterima oleh pembawa acara atau pemusik top. Padahal, si Google hidup soal musik ini orang hebat, yang sukar dicari tandingannya di Indonesia.
Karena itu, saya tidak heran mendengar cerita pedagang kaset/CD bekas di Mayestik, Jakarta Selatan, bernama Juned. Katanya, Denny Sakrie kerap datang ke sini menjual beberapa koleksi CDnya
Selamat jalanGoogle hidup Denny Sakrie..
https://www.facebook.com/notes/jonmi...52984290944464
Saya mengenal Denny karena saya pernah mengundang dia untuk wawancara televisi yang saya asuh (Impact bersama Jonminofri di Qtv, Indovision). Sekitar tahun 2008. Saya lupa tanggal persisnya. Saya mengundang dia untuk bicara tentang perkembangan industri musik di Indonesia.
Dia hangat dan menyenangkan. Dia membawakan dirinya kepada saya seperti kami sudah berkenalan lama. Padahal baru kali itu saya bertemu secara phisik dengan Denny. Konon selalu begitu cara Denny bergaul. Nampak sekali dia selalu berfikir positif pada orang. Menghargai orang lain, menghargai waktu, dan ramah. Saya pun terbawa oleh keriangan dia.
Toh, yang paling saya kagumi ketika itu (hingga sekarang) adalah pengetahuannya tentang musik. Dia bukan hanya seperti kamus berjalan, tetapi sudah seperti google hidup dan bersuara. Dia bisa memberikan keterangan dengan suaranya tentang apa saja yang kita tanya. Tanpa delay, tidaklemot. Jika keterangannya kurang lengkap, tanya lagi. Seperti google, dia memberikan file lain untuk kita dengarkan. Dia menceritakan dengan senang hati, dengan suara yang mantap (mungkin karena dia juga penyiar radio dan pengisi usaraiklan). Dan matanya yang bersinar setiap menjawab. Bagi saya ini pertanda bahwa dia bahagia dengan pilihan hidupnya sebagai pengamat musik, penulis musik, danhal lain yang berkaitan dengan musik. Dalam hal ini saya kira dia termasuk makhluk langka di Indonesia. Tidak banyak orang yang memiliki profesi seperti dia dan masih tekun di usia di atas 50 tahun.
Kemampuan dia seperti google hidup untuk musik itu benar-benar mengagumkan, dan membuat saya iri. Sekedar memperkuat vonis saya bahwa dia hebat sebagai goolge hidup soal musik, coba perhatikan tiga tulisan terakhir dia di blognya, yang ditulisnya tanggal 1 dan 2 januari 2015. Mungkin ini tulisannya terakhir yang dipublikasikan kepada publik.
Tulisan terakhir, tanggal 2 Januari, bercerita tentang profil Fariz RM, sepanjang 9.395 karakter. Judulnya “Selamat ulang tahun Fariz RM”. Dia menyebut Fariz, yang berulang tahun tanggal 5 januari, sebagai sahabat. Tulisan inimenunjukkan Denny sebagai Google hidup tentang musik.
Jika dibandingkandengan tulisan untuk media cetak, tulisan tersebut tergolong sangat panjang.Bisa memakan setengah halaman koran. Sebab, satu artikel biasanya hanya 4.000karakter. Untuk menulis sepanjang itu, dengan angel yang sangat terjaga, Denny perlu bahan mentah yang banyak. Apalagi tulisannya padat, tanpa bunga-bunga,dan banyak “dagingnya”. Jadi, menulis seperti ini tidak menjadi soal bagi Denny karena dia adalah seorang google hidup, data tinggal dikutip dari ingatannya.
Dia menceritakan garis hidup Fariz sebagai pemusik saja, tanpa pengaitkan dengan apapun. Fokus, dengan angel yang tajam. Dalam tulisan itu, dia menggambarkan Fariz sudah bermain musik sejak pakai celana pendek. Dia pandai main drum. Pertama kali diajak masuk dunia musik profesional pada usia SMA oleh Keenan dan Chrisye, dari geng Peganggsaan. Di sini Fariz selalu mampir setelah jam sekolah di SMAN 3 habis, masih berseragam sekolah.
Setelah pindah sekolah ke ITB Bandung, Fariz akrab dengan Harry Roesli, pemusik sekaligus akademisi musik (gabungan profesi yang langka juga di Indonesia). Harry Roesli menitipkan kelompok penyanyi yang tengah dibinanya kepada Fariz ketika Harry Roesli melanjutkan sekolah di luar.
Tulisan itu dilengkapi dengan beberapa gambar Fariz dan Denny. Menurut Google hidup ini, Fariz akan tetap aktif di musik. Seorang pemusik tak akan pernah betul-betul meninggalkan musik. Begitu menurut Denny.
Tulisan kedua Denny bercerita tentang Majalah Musik MG (Musik dan Gitar). Ini adalah majalah yang berisi lagu dan akor gitar. Sangat digemari oleh remaja Denny dan orang seusianya di zaman itu. Kali ini Denny bercerita dari angle bisnis, bahwa majalah ini sangat sukses sehingga banyak follower-nya, dan uniknya para folower juga sukses dan saling bersaing. Keduanya sama-sama mengeluarkan album kaset, yang juga laku di pasar, padahal di jual dengan hargaRp 600 per keping. Sedangkan kaset lain waktu itu hanya Rp 500. Harga majalah MG hanya Rp 400 per buku. Saya sangat kagum dengan Denny dalam menulis artikel ini: dia masih ingat hal detail yang terkait dengan topik yang ditulisnya. Di bidang ini saya merasa parah sekali. He he...
Sedangkan tulisan ketiga yang ditulis Denny adalah soal kebangkitan kembali rekaman dalam medium vinyl atau piringan hitam. Sebagai google hidup, dia tahu penyanyi mana saja yang mengeluarkan album dalam bentuk vinyl, termasuk album terbaru Pink Floyd. Denny juga menyajikan data penyanyi Indonesia yang membuat album dalam vinyl, dan tempat penjual album dalam bentuk vinyl di Jakarta, yaitu di lantai dasar Blok M Mall dan Pasar Santa.
***
Yang mengagumkan dari Denny adalah pilihan hidupnya sebagai penulis musik, yang akhirnya menjadikannya sebagai google hidup tentang musik. Tentu saja pilihan ini didorong oleh kecintaannya pada musik sejak dia masih SMP dan SMA di Maluku.
Sampai akhir hanyatnya profesi itu masih ditekuninya dengan setia. Setidaknya di akun Facebooknya, setiap hari selalu saja ada postingan soal musik. Musik lokal atau musik asing. Saya termasuk yang tidak pernah melewatkan postingannya, walaupun sekedar mengintip. Saya memperhatikan sambil mengagumi dia sebagai google hidup musik karena pengetahuan dan koleksinya soal musik yang sangat kaya.
Di akun FB Denny, saya melihat lagi album Ida Royani, benyamin, Bing Slamet, Koes Plus, dan lainnya. Banyak sekali. Koleksinya banyak sekali.
Jika dia posting soal Koes Plus, sebagai penggemar Koes Plus saya akan membaca. Pernah suatu kali dia memposting klipping majalah Aktuil, sebuah tulisan Denny tentang Murry. Tulisan itu saya nilai baik sekali. Ia berhasil menempatkan Murry sebagaimana adanya. Maksud saya, Murry bicara sangat manusiawi. Waktu itu Koes Bersaudara baru gabung lagi bikin album baru. Kata Murry seperti dikutip Denny: bagaimana saya keluar dari Koes Plus, saya kan cari duitnya di Koes Plus.. he he..
Saya yakin sekali dia tidak dapat duit dari kegiatannya di media sosial. Tapi dia melakoninnya dengan tekun, dengan kadar yang sukar ditiru orang lain.Banyak akun yang aktif seperti dia, tapi sebagian ‘dijalankan’ oleh admin, sehingga greget dari pemiliknya tak nampak, dan postingannya tidak fokus seperti Denny.
Sebagai google hidup soal musik, tentu saja dia bisa memenuhi keinginan berbagai kalangan yang membutuhkan informasi soal musik. Karena itu, dia selalu tampak di setiap event musik, setidaknya begitu yang terlihat dalam akun FB-nya. Dia dipakai oleh majalah musik Rolling Stones. Dia disewa sebagai pembawa acara musik di radio. Dia menulis buku tentang musik, dan beberapa belum diterbitkan. Dia juga bekerja sebagai pengisi suara iklan.
Saya membayangkan uang yang didapatnya tidak banyak jika menggeluti profesi seperti itu. Di mana ada honor berlimpah bagi penulis, seperti honor besar diterima oleh pembawa acara atau pemusik top. Padahal, si Google hidup soal musik ini orang hebat, yang sukar dicari tandingannya di Indonesia.
Karena itu, saya tidak heran mendengar cerita pedagang kaset/CD bekas di Mayestik, Jakarta Selatan, bernama Juned. Katanya, Denny Sakrie kerap datang ke sini menjual beberapa koleksi CDnya
Selamat jalanGoogle hidup Denny Sakrie..
https://www.facebook.com/notes/jonmi...52984290944464
Diubah oleh toruwijaya 05-01-2015 10:47
0
3.4K
Kutip
32
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan