Sebenarnya Allen sudah mempertimbangkan untuk menerima proposal ini, tetapi setelah melakukan survey ke berbagai lembaga pemerintahan, dia akhirnya menolak. Bayangkan aja, untuk mendapatkan tanda tangan KTP aja orang harus menunggu berhari-hari. Itu aja masih sabar. Jadi kesimpulan saya, orang Indonesia tidak memerlukan seorang superhero yang emiliki kekuatan berupa kecepatan. Kecepatan tidak ada artinya buat bangsa "alon-alon asal kelakon"

Sang manusia baja ini menolak dengan sopan, "karena saya takt disangkutkan dengan tuntutan melakukan aksi pornografi/pornoaksi karena celana dalamnya di depan.

Merasa tidak kuat setelah mencoba pekerjaan baru di Indonesia, karena lautnya udah tercemar lumpur lapindo.

Pada umumnya, sang peace ambasador dari Atlantea ini merasa yakin bisa membantu pemerintahan Indonesia. Tetapi setelah pengamatan lebih lanjut, dia akhirnya menolak juga dengan alasan "Kalo saya mati di US dalam menunaikan tugas kan masih bergengsi, dibunuh monster/villain. Di Indonesia bisa-bisa saya mati digrebek FPI gara-gara kostum saya yang super seks ini."

Menolak setelah ketakutan mendengar lagu kucing garong

Banner menolak karena jalan-jalan di Indonesia terlalu sempit untuk ukuran tubuhnya. Belum lagi kalo ngejar villain sampai ke gang-gang perumahan, ntar kena portal, belum lagi diminati duit cepe-an. Mau ambil dari mana? Gw kan ga pake baju. Belum lagi kalo nyebrang jalan, disorakin disangka si Komo

Jadi Superhero itu menyenangkan tapi susah di jalanin