Quote:
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tim reformasi tata kelola migas yang diketuai Faisal Basri memaparkan bahwa BBM bersubsidi jenis Premium harusnya lebih murah. Hal ini sejalan dengan jenis minyak Ron 88 yang lebih murah dan harga minyak dunia turun.
"Premium kalau tidak disubsidi, secara hitung-hitungan bisa lebih murah antara sekitar 10 persen,"ujar Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina, Ahmad Bambang dihubungi wartawan, Selasa (23/12/2014).
Ahmad memaparkan bahwa rekomendasi tim tersebut untuk menghapus Ron 88 menjadi Ron 92, perlu dikaji ulang. Pasalnya belum tentu masyarakat terutama pengguna angkot, mikrolet, sepeda motor, dan lain-lain siap untuk langsung gunakan Pertamax 92.
"Harusnya ada pilihan premium yang lebih murah?" ungkap Ahmad.
Disisi lain, Ahmad Bambang berharap, perlu adanya keadilan antara Pertamina dengan Badan Usaha migas lainnya. Keadilan ini mencakup antara lain, kewajiban menanggung stok nasional . Sementara pesaing Pertamina tidak punya stok nasional.
Penggunaan BBM non-subsidi untuk own used truck distribusinya (pesaing pakai PSO), dan untuk kewajiban PBBKB (Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ) yang besarnya antara 5-10 persen.
"Pertamina tiap bulan ditagih dan harus bayar sementara pesaing lain tidak demikian," kata Ahmad.
Ahmad membandingkan negara lain, ada bea masuk bagi badan usaha migas pemain baru untuk bangun infrastruktur dan turut menanggung stock nasional. Itulah sebabnya Pertamina sudah sejak 2007 mengajukan izin SPBU di Sabah dan Serawak yang banyak orang Indonesia, tidak pernah berhasil.
"Kok negara kita demikian mudah ya kasih ijin ke pihak asing?" ungkap Ahmad.
http://www.tribunnews.com/bisnis/201...sa-lebih-murah
bingung khan.
premium subsidi lebih murah
premium non subsidi . . . lebih murah.