ruprayoAvatar border
TS
ruprayo
Doraemon Terakhir Dari Ayah
Karya: Heru Prasetio

"Aku ingin begini, aku ingin begitu, ingin ini ingin itu banyak sekali. Semua, semua, semua, dapat dikabulkan, dapat dikabulkan dengan dompet ayahku,"

"Aku ingin terbang bebas, pilih angkasa, hei, naik pesawat terbang,"

"La, la, la, aku sayang sekali ayah Raymon,"

Gemercik hujan di sabtu pagi membuat kaca jendela kamar Via berembun. Butiran air hujan yang menempel di kaca jendela berlomba-lomba turun ke bingkai paling bawah. Kamar Via terletak di lantai dua, berukuran kurang lebih 5 kali 5 meter bertemakan Doraemon. Mulai dari Wallpaper Doraemon, meja belajar Doraemon, spring bed dengan gambar Doraemon, karpet Doraemon lagi makan dorayaki, ada juga gambar Nobita, Sizuka, Suneo, Giant, dan Dorami, serta lampu belajar pun berbentuk Doraemon. Semenjak balita sampai sekarang, Via adalah fans berat Doraemon. Semua DVD film Doraemon Via miliki. Boneka Suneo, Nobita, Giant, Sizuka, dan Doraemon berjejer rapi di rak atas lemari. Di bawah rak paling atas, tersusun rapi komik karangan Fujiko F. Fujio, dari seri pertama hingga terakhir. Kamar mandi pun sama, kalau kebanyakan orang, bak mandi mereka dihiasi bebek-bebek karet warna kuning paruhnya orange. Sedangkan kamar mandi Via dihiasi boneka karet Doraemon dengan dorayakinya.

Besok adalah hari ulang tahun Via yang ke-12. Dulu, setiap tahun Via selalu menunggu hadiah berupa boneka Doraemon dari ayahnya yang sekarang lagi kerja jauh sekali. Kata ibu Via, ayah Raymon bekerja di negara matahari terbit alias Jepang tempat komik dan film maupun seri kartun Doraemon berasal. Terakhir Via bertemu ayahnya saat ulang tahun umur 7 tahun atau kelas 2 SD. Hari itu juga terakhir kali ayah Raymon menyanyikan lagu Doraemon versi beliau. Dari ulang tahun yang ke-8 sampai 11, setiap tahun Via hanya mendapat kiriman berupa ucapan ulang tahun dan lagi-lagi boneka Doraemon dari ayahnya. Tak Lupa, ayah Via pasti menelponnya saat ulang tahun. Total boneka Doraemon yang dimiliki Via sekarang ada 11, hadiah ultah dari umur 1-11 tahun. Ayah Raymon tak pernah pulang semenjak ulang tahun Via yang ke-8 sampai sekarang. Alasanya sama yakni karena kerja, kerja, kerja dan lagi-lagi kerja.

Via masih setia memandang pohon jambu air lewat kaca jendela. Pohon itu sekarang terlihat basah bermandikan air hujan. Dibalik pagar rumahnya, terlihat satu-dua kendaraan bermotor melaju di jalan Sudirman, menerobos hujan gerimis yang tak kunjung reda. Dari kaca jendela ini, terlihat juga 4 orang anak tetangga yang sedang asyik main hujan. Mereka tak peduli bajunya kotor, dimarah ibu, atau terserang penyakit demam karena hujan-hujanan. Ingin sekali Via ikut bergabung dengan mereka. Tapi ibu selalu tak mengizinkan. Dari lahir Via divonis sakit Lemah jantung. Dia tidak boleh terlalu capek. Kalau capek, sakit jantungnya bisa kumat dan mengakibatkan hal-hal yang fatal terjadi pada kesehatannya. Ibu Via selalu mengawasi Via agar tidak melakukan pekerjaan berat. Semua sayang Via. Ibu Vina, ayah Raymon dan mbok Ijah selalu berusaha dan mendoakan yang terbaik untuk kesehatan Via.

"Via, sudah minum obat dan vitamin belum?" tiba-tiba lamunan Via dikejutkan dengan suara ibunya.

"Belum bu, aku ambil dulu ya bu,"

Via lari-lari kecil turun tangga menuju dapur. Lalu mengambil wadah vitamin berbentuk Doraemon di atas lemari kaca patri yang didalamnya berjejer rapi piring keramik dan gelas kaca serta sendok stainles. Vitaminnya lucu, warnanya biru dan lagi-lagi bentuknya Doraemon. Usai mengkonsumsi vitamin, Via kembali ke kamarnya.

"Bu, boleh gak aku minta sesuatu di ulang tahunku besok,"

"Minta apa Via? Kalau bisa, Ibu bantu,"

"Minta ayah pulang ke rumah?"

Deg. Hati ibunya berguncang. "Kebohongan apalagi yang harus aku perbuat ya tuhan," Ibu bergumam dalam hati.

"Ayolah bu, itu aja yang Via minta. Via tak mau boneka Doraemon, yang Via mau hanya kehadiran ayah Raymon di sini," Via kembali meminta.

"Ayah kamu sedang banyak urusan nak di Jepang. Tapi ayahmu pasti menelpon besok nak," ibu berusaha menjelaskan.

"Hmm, ga bisa yah bu?" bibir Via cemburut kedua tanganya memangku dagu, matanya berbinar.

"Hmm, bu! Via boleh pinjam HP ibu?" Via tak kehabisan cara.

"Hmm, untuk apa Via?" Ibu sedikit heran.

"Untuk nelpon ayah Raymon. Boleh ya bu, boleh ya? Via mau telpon sekarang,"

"Ga bisa nak. Ayahmu sedang ada kerjaan, besok aja yah?" tangan ibu mengelus rambut lurus Via.

Air mata Via jatuh tak tertahankan. "Ibu jahat, ibu jahat! Via mau nelpon ayah bu, itu ajah,"

Hati ibu luluh, Ibu tak kuasa melihat Via menangis dan takut sakit Via kumat.

"Iya nak, tunggu sebentar yah. Jangan lah kau bersedih lagi," Ibu berusaha menenangkan.

"Ibu ke kamar dulu, mau ambil HP. Sabar yah Via,"

"Iya bu," tangis Via terhenti. Senyum kecil menghiasi wajah cantiknya.

***

"Mas, tolong yah mas! Sekali lagi minta tolong," ibu Via menelpon seseorang.

"Bukannya ulang tahun Via besok?"

"Iya mas, tapi Via mau telpon sekarang. Tolong yah mas! Entah berapa sering kita telah berbohong,"

"Iya ga apa Vin. Ini semua demi Via. Demi kesehatannya,"

Sementara di kamar, Via asyik ngobrol dengan Doraemon pemberian ayahnya pada saat ultah yang ke-7. Entah mengapa Via sangat senang dengan boneka Doraemon yang ke-7 ini dibanding dengan boneka Doraemon yang lain. Via sering curhat dengannya.

"Mon tahu ga? Ayahku juga punya kantong ajaib loh, tapi dalam bentuk dompet. Dompet ayahku dapat membeli semua barang-barang yang aku inginkan. Tapi aku ga perlu itu semua Mon, aku hanya ingin besok ayah pulang. Itulah keajaiban yang aku inginkan. Andai aku punya pintu kemana saja. Aku bisa ke Jepang Mon, ketemu dengan ayah," Via menekan hidung boneka Doraemon yang ke-7,memeluk erat, dan mengusap kepala besar boneka warna biru muda. Hatinya kembali damai dan tentram.

Ibu datang ke kamar Via dengan membawa HP. Menekan tombol lalu memberikan ke Via. "Nak ayo sini, kita telpon ayah,"

"Hallo yah?" Via mengawali percakapan dalam telpon.

"Hallo juga Via, Ohayou Gozaimasu, selamat pagi Via, Anak ayah tercinta?" Yang ditelpon menjawab.

"Ohayou gozaimasu, selamat pagi ayah Raymon yang ku cintai," Via membalas salam.

"Via, apa kabar, baik? Gimana dengan kerjaanya?"

"Baik nak. Ayah sedang sibuk sebenarnya. Tapi, apa sih yang tidak untuk kamu,"

"Beneran yah?"

"Iya nak,"

"Jadi ayah besok mau pulang ke Indonesia di ulang tahun Via yang ke-12?"

Diam sejenak. Hening. Yang ditelpon terdiam.

"Hallo ayah?"

"Hallo?"

"Kok ayah diam sih?"

"Eh iya nak, maaf. Kamu ga mau boneka dari ayah saja?" Yang ditelpon menjawab pertanyaan Via.

"Ga usah ayah. Boneka Doraemon Via sudah ada 11. Itu udah cukup yah, bahkan mereka bisa main bola. Kesebelasan Doraemon, hehehe," Via berceloteh.

"Via hanya ingin keajaiban. Sama seperti Doraemon yang dapat memberikan kejaiban bagi Nobita dan teman-temanya. Keajiaban yang Via rindukan hampir lima tahun belakangan ini,"

"Keajaiban apa nak?"

"Bagiku keajaiban itu hanya satu. Ayah ada saat ulang tahun Via yang ke-12 besok. Itu ajah yang Via minta,"

Yang ditelpon kembali diam.

"Bisa ya yah? Bisa yah, please!"

Yang ditelpon berpikir. "Hmm, gimana ya nak?"

"Ayolah yah ayo?"

Yang ditelpon terus berpikir. Dia tidak ada pilihan lagi.

"Iya nak, ayah akan pulang ke Indonesia. Tapi ayah mau pakai kostum badut Doraemon," yang ditelpon menjawab.

"Stt, tapi diam-diam ajah yah Via. Ga usah kasih tahu ibumu. It's so surprise!"

"Hore!" Via loncat-loncat kegirangan.

"Stt, rahasia yah nak,"

"Iya yah rahasia. Via tutup mulut. Nih sekarang Via lagi nutup mulut," Coletah Via.

"Udah dulu yah nak, sayonara nak," Yang ditelpon mengakhiri percakapan dalam telpon.

"Sayonara yah,"

Gerimis reda. Pelangi mucul dibalik jendela kaca kamar Via. "Tuhan baik ya Mon?" Via memeluk boneka Doraemon yang ke -7.

***

Minggu pagi ulang tahun Via yang ke-12. Ruang tamu telah disulap menjadi lebih indah dengan tema Doraemon dimana-mana. Balon Doraemon, gambar Doraemon, lampion Doraemon, kue ulang tahun dengan bentuk wajah Doraemon, terompet doraemon, dan topi ulang tahun berbentuk Doraemon. Semua teman Via datang, semua memakai topi ulang tahun berbentuk Doraemon. Via masih termangu, ayahnya yang janji pulang ke rumah sampai sekarang tak kunjung datang.

Ibu dan mbok Ijah sedang sibuk menyambut tamu yang datang. Via masih melamun di kursi ulang tahun berbentuk Doraemon. Saat acara mau dimulai, lamunan Via dikejutkan dengan badut berbentuk Doraemon. Via tahu kalo itu pasti ayahnya.

"It's so surprice!" Terdengar suara dari dalam kepala badut Doraemon.

"Ayah!" Via lari-lari kecil dan memeluk badut Doraemon.

"Selamat ulang tahun yang ke-12 anakku sayang," badut Doraemon menerima pelukan kangen dari Via.

"Ayo Via, kita mulai acaranya," Badut Doraemon membujuk Via.

"Ayo yah!" Via terlihat sangat senang.

***
Acara ulang tahun sangat meriah. Semua udangan tampak gembira. Hal yang dinantikan Via akhirnya datang juga.

"Tiup lilinnya, tiup lilinnya, tiup lilinya sekarang juga. Sekarang juga, sekarang juga!" Semua orang bernyanyi dengan suka cita memberikan aba-aba kepada Via untuk segera meniup lilin kue ulang tahun yang berbentuk wajah Doraemon.

Sebelum Via meniup lilin, Via mau berterimakasih kepada Tuhan karena ayah telah pulang ke rumah.

"Fuhhh," lilin dengan angka 12 telah ditiup. Semua tepuk tangan mengucapkan selamat ulang tahun kepada Via.

Via lalu memotong kue ulang tahun berbentuk Doraemon yang ada didepannya.

"Kue ulang tahun pertama, ku persembahkan untuk ayah yang jauh-jauh pulang dari Jepang,"

Para tamu terdiam, teman Via juga yang semula ribut menjadi diam. Via bingung. Yang memakai konstum badut Doraemon juga diam. Hening. Bergembing. Sunyi. Senyap.

Ibu Via tak kuasa menahan air mata. Dia berusaha tegar. Kerabat terdekat Ibu Via pun sama. Satu-dua dari mereka ikut meneteskan air mata. Via bingung, tapi dia terus memaksa ayahnya untuk makan potongan pertama kue ulang tahun Via yang ke-12.

"Ayo yah! Buka konstum badut Doraemonnya!" Via membujuk.

"Ayo mas, bukalah. Kita tak bisa berbohong lagi. Sudah cukup mas. Via sudah besar, dia harus tahu," Ibu Via juga membujuk.

Via semakin bingung. Para tamu semakin banyak yang meneteskan air mata, terutama kerabat dekat. Yang memakai badut Doraemon gemetar membuka kostum. Dia takut Jantung Via akan kumat. Konstum bagian kepala Doraemon perlahan dibuka.

"Om Beno?" Via terkejut. Yang memakai kostum badut Doraemon itu bukan ayahnya, melainkan Om Beno, kakaknya Ibu Via.

"Mana ayah bu? Ayah kemana? Kenapa Om Beno? Ayah ternyata bohong!" Via bingung, cemas, kuartir dan sedih.

Semua tamu menangis. "Kenapa mereka menangis bu? Ada apa ini," Via semakin bingung.

"Maafkan Om Via," Om Beno berusaha menenangkan.

"Om jahat! Via sudah ditipu om. Kemana ayah om? Kemana?" Air mata Via mulai menetes.

Om Beno kembali diam. Matanya tak kuasa membendung kesedihan yang ada. Air mata jatuh ke pipi om Beno.

"Mana, mana ibu? Mana HP ibu? Via mau menelpon Ayah," Via memohon kepada ibu.

Ibu semakin larut dengan tangisannya sambil menekan nomor di HP.

"Ini nak, telponlah ayahmu!" Ibu memberikan HP kepada Via.

HP om Beno berdering. Via semakin bingung. Om Beno mengangkat telpon.

"Hallo Via, maafkan om Beno selama ini. Kami semua sayang dengan mu,"

Via mendengar suara om Beno di HP ibu dan suara om Beno dihadapannya. Via gemetar. Via baru tahu kalau yang dia telpon selama ini bukan ayah Raymon yang bekerja di Jepang, tapi om Beno. Suara om Beno mirip sekali dengan suara ayahnya saat ditelpon. Via terdiam. Semua tamu makin jadi meneteskan air mata.

"Jadi selama ini?" Via bertanya kepada ibu.

"Ayah mana bu, ayah mana? Kalian semua jahat. Aku tak perlu semua ini. Kue ulang tahun ini. Dekorasi ini. Semuanya. Aku hanya ingin ayah datang di hari ulang tahunku, bukan om Beno yang bersembunyi dibalik kostum badut Doraemon," Jiwa Via terguncang dan menangis sejadi-jadinya.

"Ayo bu ceritakan semuanya kepada Via,"

"Iya Via, kami rasa kamu sudah cukup besar untuk tahu ini semua," Ibu berusaha untuk tegar.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Via memaksa ibu, menarik-narik bagian bawah gaun hijau muda yang dikenakan ibunya.

"Sebenarnya kami semua sayang dengan mu nak. Kami tak mau sakit jantungmu kumat. Selama lima tahun ini kami menutupi kejadian sebenarnya," Ibu menarik nafas.

"Waktu kamu berusia H+1 hari ulang tahunmu ke-7. Ayahmu mengalami kecelakaan pesawat di Laut Cina Selatan nak. Semua penumpang tidak selamat, termasuk Ayahmu. Bapak Raymon. Kami tak mau menceritakan semua ini nak, kami khawatir dengan kesehatanmu. Saat ulang yang ke-8 sampai sekarang yang menelponmu adalah om Beno. Yang mengirim boneka Doraemon adalah om Beno nak. Kami semua mengarang cerita. Kami semua takut dengan kesehatan jantungmu. Boneka Doraemon yang ke-7 itu adalah boneka terakhir pemberian ayahmu nak," Ibu berusaha tegar menceritakan semua.

"Iya Via, maafkan om dan ibumu," om Beno meminta maaf.

"Ayaaaaaah. Tidak! Kalian jahat! Kalian jahat, ayaaah!"

Via lari kencang menuju kamarnya. Kue ulang tahun berbentuk wajah Doraemon tak sengaja disenggol dan akhirnya jatuh ke lantai. Via masuk kamar, membanting pintu dengan kasar, lalu memeluk erat boneka Doraemon yang ke-7. "Semua orang jahat Mon. Hanya kamu yang dapat mengerti aku. Ayah telah tiada Mon. Ayah telah pergi untuk selamanya, Mon. Selamanyaaaaaa," Via memeluk erat bonekanya. Sakit Jantungnya kumat. Via pingsan dan tak sadarkan diri.

Ibu Via dan om Beno segera menyusul Via ke kamar. Terlihat Via jatuh pingsan di lantai kamarnya sambil memeluk boneka Doraemon yang ke-7. Om Beno segera membopong badan mungil Via dan membawanya ke rumah sakit terdekat.

***
"Untuk ayah tercinta, aku ingin bernyanyi, walau air mata di pipi,"

"Ayah dengarkanlah, aku ingin berjumpa, walau hanya dalam mimpi,"

"Wow, it's so amazing," teriak kak Derry selaku komentator 'Idola Anak' yang terkenal sebagai VJ di salah satu TV swasta.

"Kamu itu nyanyi pakai hati. Adem, halus, meresap ke dalam sanubari. Kakak sampai menangis nih," juri lain yakni seorang penyanyi terkenal, kak Mona menambahkan komentar.

"Kami semua merinding mendengar kamu bernyanyi tadi nak. Merebes mili kata orang jawa, siapa nama mu cantik?" Momi Sisi, seorang Diva terkenal yang juga menjadi juri di ajang ini.

"Nama saya Via mom. Saya persembahkan lagu ini untuk ayah saya,"

"Ayah kamu emang kemana nak?" Tanya seorang juri cowok, namanya Ahmad Doni, produser musik yang sangat terkenal.

"Ayahku sudah pergi ke surga om. Kurang lebih lima setengah tahun yang lalu om," Via berusaha tegar sambil memeluk boneka Doraemon ke-7 yang dibawanya saat audisi.

"Yang sabar ya Via. Ayahmu pasti bangga di atas sana," Juri kak Mona dan momi Sisi maju ke depan dan memeluk Via.

"Ok saatnya keputusan juri," Momi Sisi memulai aba-aba.

"Satu, dua, tiga!"

"Empat Yes untuk kamu Via, selamat kamu mendapatkan golden ticket!" Teriak semua juri.

Via loncat kegirangan, ibunya masuk, memeluk Via. Bangga sekali dengan prestasi yang dimilik Via.

"Ayah! Tiket ini ku persembahkan untuk ayah. Via sayang ayah. Semoga ayah damai disana," kata Via memamerkan Golden tiket yang didapatnya ke kamera TV.

"Mon, Via lulus audisi dan lanjut ke tahap berikutnya. Via sangat senang," Via kembali memeluk boneka Doraemon yang ke-7 pemberian terakhir ayahnya, ayah Raymon.

***
Inilah kondisi Via, 6 bulan pasca ulang tahun ke-12. Perlahan dia sembuh dari penyakit lemah jantung yang diidapnya sejak kecil. Via berusaha tegar. Via juga berusaha menerima kenyataan bahwa ayahnya telah tiada saat dia berumur 7 tahun, kurang lebih sama dengan lima setengah tahun yang lalu. Alih-alih menghindari perasaan sedih, Via terus-menerus mengasah bakat bernyanyinya sejak kecil. Hari ini dia berhasil membuktikan kepada semua orang kalau dia bisa. Ibunya sangat bangga. Ayahnya juga pasti bangga di atas sana.

"Hidup harus terus berlanjut, tidak peduli seberapa menyakitkan atau membahagiakan, biar waktu yang menjadi obat. Tidak semua yang kita inginkan harus terjadi seketika. Kita tidak hidup di dunia Doraemon dengan kantong ajaibnya. Tapi yakinlah, kita 'bisa' karena kita hidup di bumi Tuhan. Kuasa tuhan menyertai umatnya."

*tamat*

Sumber: Cerpen: Doraemon Terakhir Dari Ayah
0
6.3K
33
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan