- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Gan, ini mereka yang salah atau ane yang sok bener?


TS
KukuhKurniawan
Gan, ini mereka yang salah atau ane yang sok bener?
Halo gan, hari ini ane mau cerita tentang pengalaman ane yang mungkin agan sendiri sering menyaksikannya sehari hari. cekidot gan. 
Aku punya prinsip dalam hidup. Lakukan semua yang disuka, selama nggak melanggar peraturan.
----
Bocah berseragam pramuka
Di perempatan lampu merah ada anak SD berseragam pramuka sedang meminum Fanta. Minuman itu telah dipindahkan ke gelas plastik dan diberi es batu. Dia dibonceng orang yang kelihatannya adalah bapak dari si anak SD. Saat lampu lalu lintas berubah menjadi warna hijau dan semua kendaraan jalan. Anak ini membuang minumannya dengan posisi terbalik. Minuman itu berceceran di jalan lengkap dengan es batunya. Aku nggak terima, lalu menghampiri bapak yang mengendarai motor tersebut.
"Pak, lain kali ini anaknya dikasih tau ya, jangan buang sampah sembarangan lagi." Aku mencoba menegur seramah mungkin supaya si bapak nggak tersinggung. Tapi jawabannya malah bikin sakit hati.
"Masalah buat ELU?" Terdengar juga si anak tertawa karena sudah dibela orang tuanya. Bapak ini kasar banget. Emosi, aku langsung datangain bapak itu lagi. Masih di motor.
"Ya masalah Pak. Bapak mau, Samarinda jadi kotor?"
”Masalah buat ELU?”
"Lah, Ya masalah lah!"
"Masalah buat ELU?" Bapak ini mengulang-ulang ucapannya. Mungkin aja di dalam hatinya beliau malu.
Seorang bapak yang nggak bijaksana. Terlebih, anaknya menyaksikan secara langsung bagaimana tingkah tak terpuji orang tuanya sendiri. Seperti yang kita tau, orang tua merupakan panutan bagi seorang anak. Apalagi bocah itu masih SD. Mengecewakan.
----
Pejalan kaki
Hari itu aku pergi ke apotek. Karena terletak di seberang jalan, maka aku menaruh motorku di ruko yang sedang tutup. Aku menyebrang di tempat penyebrangan jalan yang seperti ini.
Sampai dibawah tulisan itu, tiba tiba ada bapak bapak kumisan yang tiba tiba stop tepat di sampingku.
"awas!" Bapak itu memperingatkanku untuk minggir. Dia ingin berputar di tempat pejalan kaki itu.
"Lah, bapak nggak liat, nih" aku mengarahkan jari telunjuk ke tulisan diatas, lalu melanjutkan kalimatku.
"Ini untuk pejalan kaki, Pak."
Bukannya baca tulisan, bapak itu malah ngotot. Kali ini nadanya lebih keras.
"AWAS!" Dengan nada yang meninggi, dia menakut nakutiku dengan gas motornya. Aku nggak takut, karena merasa benar.
"Bapak ini jalan saya." Sebagai pihak yang merasa dirugikan, tentunya aku marah dong.
"DASAR SOK BENER!" Si bapak emosi, kemudian nggak melewati jalan yang sudah seharusnya menjadi hak pejalan kaki. Aku puas.
----
Sayang, sifatnya nggak semewah mobilnya
Hari ini aku melewati arah pasar kedondong. Seperti jalanan dekat pasar pada umumnya, jalanannya pasti macet. Didepanku ada mobil mewah berwarna silver. Dari sisi kiri dia membuang beberapa tisu sembarangan. Aku nggak terima dong, kota dimana aku lahir dan dibesarkan ini menjadi kota yang jorok. Kaca mobilnya terbuka. Kulihat disana seorang tante, seksi juga.
"Mba, lain kali buang sampahnya jangan sembarangan ya." Aku berusaha sopan sama tante seksi ini. Aku liat dia tersenyum seperti mengakui kesalahannya. Tapi supir berusia sekitar 25 tahun yang menggunakan kalung emas dari dalam mobil kemudian teriak.
"KENAPA? NGGAK TERIMA" Mungkin dia pengen terlihat hebat didepan si tante seksi. Karena orang ini nggak terlalu tua aku langsung meledak.
"IYA, KENAPA!" Karena emosi, aku membuat kalimat tanya menjadi kalimat bertanda seru.
Jalanan mulai nggak macet lagi. Aku yang menggunakan motor langsung jalan sementara si pria dengan mobil mewah masih tak bergerak, masih tertahan karena macet.
Pertanyaannya, Mereka yang salah atau aku yang sok bener?
Sekian thread sederhana ane gan. Siapa tau ada yang berminat ngasih
sumbernya pengalaman ane sendiri gan. Dari blog ane sendiri, www.kukuh.my.id

Quote:
Aku punya prinsip dalam hidup. Lakukan semua yang disuka, selama nggak melanggar peraturan.
----
Bocah berseragam pramuka
Di perempatan lampu merah ada anak SD berseragam pramuka sedang meminum Fanta. Minuman itu telah dipindahkan ke gelas plastik dan diberi es batu. Dia dibonceng orang yang kelihatannya adalah bapak dari si anak SD. Saat lampu lalu lintas berubah menjadi warna hijau dan semua kendaraan jalan. Anak ini membuang minumannya dengan posisi terbalik. Minuman itu berceceran di jalan lengkap dengan es batunya. Aku nggak terima, lalu menghampiri bapak yang mengendarai motor tersebut.
"Pak, lain kali ini anaknya dikasih tau ya, jangan buang sampah sembarangan lagi." Aku mencoba menegur seramah mungkin supaya si bapak nggak tersinggung. Tapi jawabannya malah bikin sakit hati.
"Masalah buat ELU?" Terdengar juga si anak tertawa karena sudah dibela orang tuanya. Bapak ini kasar banget. Emosi, aku langsung datangain bapak itu lagi. Masih di motor.
"Ya masalah Pak. Bapak mau, Samarinda jadi kotor?"
”Masalah buat ELU?”
"Lah, Ya masalah lah!"
"Masalah buat ELU?" Bapak ini mengulang-ulang ucapannya. Mungkin aja di dalam hatinya beliau malu.
Seorang bapak yang nggak bijaksana. Terlebih, anaknya menyaksikan secara langsung bagaimana tingkah tak terpuji orang tuanya sendiri. Seperti yang kita tau, orang tua merupakan panutan bagi seorang anak. Apalagi bocah itu masih SD. Mengecewakan.
----
Pejalan kaki
Hari itu aku pergi ke apotek. Karena terletak di seberang jalan, maka aku menaruh motorku di ruko yang sedang tutup. Aku menyebrang di tempat penyebrangan jalan yang seperti ini.
Spoiler for gambarnya gan:

Sampai dibawah tulisan itu, tiba tiba ada bapak bapak kumisan yang tiba tiba stop tepat di sampingku.
"awas!" Bapak itu memperingatkanku untuk minggir. Dia ingin berputar di tempat pejalan kaki itu.
"Lah, bapak nggak liat, nih" aku mengarahkan jari telunjuk ke tulisan diatas, lalu melanjutkan kalimatku.
"Ini untuk pejalan kaki, Pak."
Bukannya baca tulisan, bapak itu malah ngotot. Kali ini nadanya lebih keras.
"AWAS!" Dengan nada yang meninggi, dia menakut nakutiku dengan gas motornya. Aku nggak takut, karena merasa benar.
"Bapak ini jalan saya." Sebagai pihak yang merasa dirugikan, tentunya aku marah dong.
"DASAR SOK BENER!" Si bapak emosi, kemudian nggak melewati jalan yang sudah seharusnya menjadi hak pejalan kaki. Aku puas.
----
Sayang, sifatnya nggak semewah mobilnya
Hari ini aku melewati arah pasar kedondong. Seperti jalanan dekat pasar pada umumnya, jalanannya pasti macet. Didepanku ada mobil mewah berwarna silver. Dari sisi kiri dia membuang beberapa tisu sembarangan. Aku nggak terima dong, kota dimana aku lahir dan dibesarkan ini menjadi kota yang jorok. Kaca mobilnya terbuka. Kulihat disana seorang tante, seksi juga.
"Mba, lain kali buang sampahnya jangan sembarangan ya." Aku berusaha sopan sama tante seksi ini. Aku liat dia tersenyum seperti mengakui kesalahannya. Tapi supir berusia sekitar 25 tahun yang menggunakan kalung emas dari dalam mobil kemudian teriak.
"KENAPA? NGGAK TERIMA" Mungkin dia pengen terlihat hebat didepan si tante seksi. Karena orang ini nggak terlalu tua aku langsung meledak.
"IYA, KENAPA!" Karena emosi, aku membuat kalimat tanya menjadi kalimat bertanda seru.
Jalanan mulai nggak macet lagi. Aku yang menggunakan motor langsung jalan sementara si pria dengan mobil mewah masih tak bergerak, masih tertahan karena macet.
Pertanyaannya, Mereka yang salah atau aku yang sok bener?
Sekian thread sederhana ane gan. Siapa tau ada yang berminat ngasih



Diubah oleh KukuhKurniawan 23-12-2014 17:18
0
8.6K
Kutip
109
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan