Quote:
MARIA Listya membelokkan sepeda motor matik miliknya ke pompa bensin Shell di kawasan Kalimalang di antara Bekasi dan Jakarta. Di pompa bensin itu, tidak ada bahan bakar minyak bersubsidi semacam bensin Premium. Di sana pula jarang ada antrean pembeli karena memang sedikit pengguna BBM nonsubsidi.Tapi, saat perjalanan pulang dari rumah kerabat, bensin sepeda motor Listya sudah tiris dan ia membelokkan kendaraannya ke pompa bensin itu. Biasanya ia membeli Premium, tapi kali ini ia pindah ke Shell. Sebab, selain harga Premium naik, harga bensin di Shell malah turun. “Selisih harganya beda dikit sama bensin subsidi,” kata Listya.Harga bensin di Shell, seperti juga Pertamax di pompa bensin Pertamina, memang mengikuti harga minyak mentah dunia. Dan sudah sebulan lebih ini harga minyak dunia terjun bebas, dari kisaran US$ 100 per barel menjadi tinggal US$ 70 per barel.
Penyebabnya sederhana: Amerika Serikat mulai memanen shale oil. Minyak serpih, yang didapat dari lapisan bebatuan yang susah ditambang, sudah mulai bisa diproduksi. Biaya produksi sudah tertutupi karena harga minyak selama ini cukup mahal, di kisaran US$ 100 per barel.
Jumlah panenan minyak Amerika ini terus bertambah. Dari kisaran 5 juta barel per hari, produksi minyak mentah Amerika Serikat sekarang sudah di kisaran hampir 9 juta barel per hari. Produksi terus bertambah dan diperkirakan dalam tiga tahun bakal mencapai 13 juta barel per hari.
Arab Saudi pun menjadi cemas. Negara Arab ini sekarang merupakan produsen minyak terbesar dunia dengan angka 9-10 juta barel per hari. Jika produksi Amerika terus bertambah, pasar Arab bisa celaka.Dua pekan lalu, negara pengekspor minyak yang dimotori Arab Saudi bersidang dan memutuskan kuota produksi tidak akan dikurangi. Tetap sekitar 30 juta barel per hari. Akibatnya, harga pun anjlok.Analis komoditas dari Millennium Penata Futures, Suluh Adil Wicaksono, mengatakanharga jatuh karena permintaan tak tumbuh signifikan. “Di sisi lain, suplai berlimpah karena OPEC tidak memangkas kuota produksi,” katanya.
Akibatnya, harga minyak utama dunia yang diperdagangkan di bursa komoditas internasional menurun. Contohnya, rata-rata harga minyak WTI atau West Texas Intermediate selama November di New York Mercantile Exchange (bursa komoditas berjangka Amerika) turun sebesar US$ 8,53 per barel menjadi US$ 75,81 per barel. Suluh mengatakan harga akan terus turun selama suplai minyak di konsumen utama OPEC meningkat. Selain itu, eksplorasi sumber energi alternatif, seperti shale oildan shale gas, di Amerika dan Kanada turut memicu melorotnya harga minyak dunia. Menurut dia, jika mengacu pada data pergerakan harga minyak selama 4 tahun terakhir, titik terendah dari melemahnya harga minyak dunia akan mencapai level US$ 60-62 per barel.
Namun diperkirakan Amerika, Kanada, dan beberapa negara besar OECD dan OPEC tidak akan membiarkan harga minyak dunia jatuh terlalu dalam. Sebab, masing-masing negara memiliki kepentingan terhadap harga minyak dunia yang stabil. “Semuanya, kalau terkait dengan emas hitam satu ini, ada saja kebijakan pemerintah masing-masing, tentu mereka tidak mau harga minyak turun terlalu dalam,” kata Suluh.
Pemerintah pun mengawasi pergerakan harga minyak dunia maupun Indonesian Crude Price (ICP). Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menjelaskan rata-rata ICP dari Januari hingga Juni 2014 berada di kisaran US$ 105 per barel hingga US$ 109 per barel. “Pemerintah mengawasi perkembangan harga minyak dunia dan ICP. Saya sudah minta staf di Kementerian Keuangan melihat forecast yang ada,” kata Bambang. Meski harga minyak turun, pemerintah tidak berencana menurunkan harga BBM bersubsidi yang baru saja dinaikkan. “Kita akan lihat proyeksi harga minyak dunia ke depan sehingga punya antisipasi kalau harga turun terus atau naik lagi, sehingga bisa memberikan kebijakan yang tepat terhadap harga BBM,” ujar Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil.
HARGA PREMIUM AKAN KE MANA? HARGA MINYAK DUNIA SEDANG ANJLOK. MALAYSIA MEMILIH MENCABUT SUBSIDI 100 PERSEN. BAGAIMANA DENGAN INDONESIA?
Quote:
POMPA-POMPA bensin nyaris di seluruh Malaysia pada Senin, 1 Desember, memiliki masalah sama. Mereka kehabisan bensin berkualitas lebih bagus, RON 97. Padahal biasanya bensin yang harganya mengikuti harga pasar ini selalu berlimpah dan warga Malaysia biasa membeli RON 95.Penyebab habisnya bensin berkualitas lebih bagus ini satu: harga RON 95, yang 2,26 ringgit (Rp 8.073), sudah mendekati harga RON 97, yang 2,46 ringgit (Rp 8.820). Isu penimbunan BBM pun muncul sampai Presiden Persatuan Pengusaha Stesen Minyak Malaysia (Hiswana Migas-nya Malaysia), Datuk Hashim Othman, membantahnya. “Kalau kami tidak menjualnya, kami tidak mendapat pendapatan,” katanya seperti dikutip harian setempat, The Star.
Perang minyak Amerika Serikat melawan Arab Saudi, yang menjatuhkan harga BBM ini, memang membuat negara yang biasa mensubsidi BBM menjadi memiliki pilihan. Harga RON 95 turun karena Malaysia mencabut subsidi BBM senyampang harga minyak dunia sedang turun. Artinya, jika nanti harga naik, otomatis harga di Malaysia ikut naik.
Nah, Indonesia?Indonesia, yang baru saja menaikkan harga bensin Premium sebesar Rp 2.000, tidak buru-buru mencabut subsidi seperti negeri jiran itu. Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan sedang menyiapkan skenario untuk mengantisipasi gejolak harga minyak sehingga dapat membuat kebijakan subsidi BBM yang tepat. “Harga minyak dunia sangat volatile, sekarang turun, tapi dua bulan lagi enggak tahu. Umumnya, orang prediksi harga minyak akan naik,” kata Sofyan.Lima tahun lalu, saat harga minyak dunia turun drastis dan kebetulan saat itu menjelang pemilihan umum, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menurunkan harga BBM bersubsidi. Tapi pemerintah sekarang tidak mengurangi harga seperti dulu atau mencabut seperti Malaysia sekarang.
Pemerintah sedang menggagas untuk mematok subsidi per liter. Jadi, harga Premium itu selalu disubsidi Rp 2.000 per liter misalnya.
Saat harga keekonomian naik, harga ikut naik, dan saat turun, ikut turun pula. Angka ini bisa berubah di tahun anggaran berikutnya jika ada perubahan terhadap harga minyak dunia maupun nilai tukar rupiah terhadap dolar. “Jadi, sepanjang tahun, subsidinya tetap sehingga harga BBM bersubsidi per tahun menjadi lebih pasti,” ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Andin Hadiyanto.Bagi pemerintah, subsidi tetap ini lebih banyak manfaat dibanding mudaratnya karena membuat perhitungan subsidi tidak terpengaruh nilai tukar dolar atau harga minyak dunia.Selain itu, bagi pemerintah, subsidi tetap justru memberi kepastian dalam menetapkan bujet karena tidak perlu lagi membuat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan. Selama ini, setiap kali ada gejolak terhadap harga minyak naik maupun nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar, pemerintah harus kembali membahas APBNP dengan Komisi Anggaran DPR.
Kebijakan subsidi tetap juga memberi kepastian pemerintah dalam menetapkan ruang fiskal atau tambahan anggaran untuk membiayai program tertentu. “Yang penting, likuiditas anggaran bagus dan ruang fiskal aman, enggak akan terganggu digugat oleh harga subsidi,” kata Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro.Jika tidak ada halangan, pemerintah akan mengusulkan subsidi tetap masuk dalam pembahasan APBNP 2015 dengan DPR bulan depan. Namun Wakil Ketua Komisi Energi DPR asal Fraksi Partai Golkar, Satya W. Yudha, mengingatkan pemerintah untuk menggelar konsultasi dengan Mahkamah Konstitusi (MK) sebelum membawa usulan ini ke Dewan. Sebab, subsidi tetap ini identik dengan menetapkan harga BBM mengikuti ekonomi pasar. Padahal Undang-Undang Dasar 1945 tidak mengizinkan menggunakan ekonomi pasar. “Makanya, kami menyarankan pemerintah supaya berkonsultasi dengan MK agar tidak menabrak Undang-Undang Dasar 1945,” tutur Satya.
INDONESIA BELUM APA-APA - AMERIKA SERIKAT SUDAH MEMPRODUKSI SHALE OILDAN MEMBUAT PRODUKSI MINYAK MENTAH DI SANA HAMPIR BERLIPAT. TAPI INDONESIA BELUM BERGERAK SAMA SEKALI.
Quote:
ANJLOKNYA harga minyak dunia itu bisa dibilang gara-gara produksi minyak serpih alias shale oil dari Amerika Serikat dan Kanada. Tapi mengapa di Indonesia tidak ada produksi minyak yang mahal roses produksinya ini? Menurut Ketua Indonesia Petroleum Association, Lukman Mahfoedz, faktor utamanya karena biaya mahal dan nantinya mesti dirembuk ulang bagi hasilnya dengan pemerintah. Ia menyiratkan bahwa investor mesti ditambah jatah dalam bagi hasilnya dikarenakan sulitnya proses menambang.Lukman, yang juga Presiden Direktur PT Medco Energy International Tbk, mengatakan investasi shale oil lebih besar dan teknologi yang digunakan lebih canggih dibandingkan untuk eksplorasi minyak dan gas konvensional. Karena itu, perjanjian bagi hasilnya mesti beda. “Commercial termharus berbeda, maksudnya profit split-nya juga harus berbeda dengan yang konvensional,” kata Lukman.
Kebutuhan investasi dan teknologi itu jugalah yang membuat Medco tidak terburu-buru melakukan eksplorasi energi baru, seperti shale oil. Alasannya, karena perlu kajian mendalam untuk investasi, teknologi, maupun kepastian cadangan.Padahal, jika berkaca pada Amerika Serikat, shale oilmembuat negara itu tidak lagi tergantung pada eksplorasi produksi minyak dan gas konvensional. “Dengan adanya shale gas dan shale oil, pertambangan minyak dan gas di Amerika makin besar,” ujar Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM, Naryanto Wagimin.
Untuk shale gas—semacam shale oiltapi berbentuk gas—pemerintah sudah mulai memetakan cadangannya di Indonesia. Badan Geologi Kementerian ESDM mencatat estimasi kandungan shale gasdi Indonesia mencapai 574 trillion cubic feet(Tcf/triliun kaki kubik) atau lebih besar ketimbang gas metana batu bara (coal bed methane/CBM), yang mencapai 453,3 Tcf dan gas konvensional sebesar 153 Tcf.
Tapi, untuk shale oil, sampai sekarang belum ada yang menemukan. Pemerintah pun belum memiliki data berapa perkiraan kandungan shale oil. “Kalau Pertamina atau kontraktor kontrak kerja sama mau mencari shale oil, pemerintah welcome,” kata Naryanto. Eksplorasi yang belum berjalan bukan hanya terjadi pada shale oil. Menurut Naryanto, Pertamina Hulu Energi, yang telah mendapat wilayah kerja shale gas, sampai sekarang belum melakukan eksplorasi. Beberapa kendala harus dihadapi, yaitu lokasi pengeboran berada dalam batuan induk pada kedalaman antara 2.000 meter hingga lebih dari 3.000 meter di bawah tanah sehingga membutuhkan teknologi fracturingseperti yang dilakukan di Amerika.Belum lagi lokasi eksplorasi yang biasanya berada di kawasan hutan dan membutuhkan izin sewa pakai lahan dari Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup. Izin dari pusat belum bisa dipakai untuk memulai kegiatan eksplorasi.
Perusahaan migas harus mengurus sejumlah izin pertambangan maupun retribusi yang ditetapkan pemerintah daerah. Menurut Naryanto, lamanya proses mengurus berbagai izin itu memakan waktu 7 bulan. Padahal kegiatan eksplorasi hanya berlangsung dalam 3 bulan.Selain itu, perusahaan migas juga masih dibebani dengan PBB eksplorasi migas meski kandungannya tidak ketemu. Berbagai macam kendala itu akhirnya membuat perusahaan migas berpikir ulang untuk mencari shale gas atau shale oil. “Apalagi untuk setiap satu hektare kawasan butuh biaya eksplorasi sebesar US$ 25 juta. Ini pun belum tentu dapat, sehingga harus berpindah,” tutur Naryanto.
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Surono menambahkan, pengembangan energi alternatif di Indonesia masih mandek karena bahan bakar minyak (BBM) masih menjadi andalan lantaran dianggap lebih mudah diproduksi. “Di Indonesia, masih melihat BBM sebagai sumber energi, belum tertarik ke energi nonkonvensional,” kata Surono.
AS LOMPATI ARAB SAUDI
Quote:
DENGAN produksi 8-10 juta barel per hari, Arab Saudi sudah puluhan tahun menjadi produsen minyak mentah terbesar dunia. Selama puluhan tahun itu pula, produksi minyak mentah Amerika Serikat, yang hanya sekitar separuhnya, bukan tandingan negara Timur Tengah tersebut.Tapi, dalam lima tahun terakhir, produksi minyak Amerika terus melejit. Bahkan sekarang sudah mendekati produksi Arab Saudi, yakni tidak jauhjauh dari angka 9 juta barel per hari. Penyebabnya satu: Amerika mulai memproduksi minyak serpih (shale oil). Biaya investasi yang sangat mahal masih bisa tertutupi karena selama beberapa tahun ini harga minyak berada di kisaran US$ 100 per barel.
Lonjakan produksi Amerika Serikat yang lebih dari 4 juta barel per hari kurang dari lima tahun ini bikin cemas Arab Saudi. Negara ini pun menggelar perang minyak agar harga turun dan investor minyak serpih menjadi kapok.[/size]
![[Buat yang membandingkan harga Minyak di US murah] Mengapa Harga BBM Mahal ?](https://dl.kaskus.id/www.bwf-group.de/.imaging/stk/bwf-group/zoom/dms/bwf-group/Common/envirotec/downloads/presse_bilder/bwf_envirotec_eesti_power/document/BWF%20Envirotec%20Eesti%20Power.jpg)
[/SPOILER]
Komentar :
Jadi sudah tau kan mengapa harga minyak mentah turun, dan berpotensi menjadi turun lagi? Yup Amerika sudah bisa produksi sendiri minyak. Kalau harga di sana bisa murah kenapa Panasbung juga ogah membandingkan harga mobil di US atau Jepang dengan di Indonesia? Di Jepang Alphard bekas aja hanya sekitar 40 juta. Di Amerika ente tinggal makai dan sewa kalau nggak mau beli mobil, bahkan sekelas Prius sekalipun. Di sini? 100 juta baru dapat LCGC. Kenapa Panasbung juga nggak protes? Kalau bisa mengolah sendiri ya jelas lebih murah.
Sudut Pandang teknikal dan hitung2an ekonomi jelas lebih masuk akal daripada okol dan sakit hati. Dan menurut ane dibandingkan dengan harga minyak di negara tetangga juga masih beda tipis. Dengan jumlah penduduk yang besar [karena panasbung gemar beranak walau tinggal di rumah petak kecil] dan boros BBM ya sutralah… Nasib kita aja yang kaya sumber daya alam tapi nggak bisa ngolah karena orang2nya dipenuhi panasbung yangs eneng bicara bicara politik daripada teknik, apalagi ditambah pengkhianat2 kerah putih cem FPI dan PKS …
Pendidikan engineering dan sains di kita sangat2 kurang dibandingkan dengan luas wilayah, potensi SDA dan jumlah penduduk. Orang lebih seneng banyak bacot berebut kekuasaan [tanpa ada dasar nasionalisme kerangka NKRI yang kuat] daripada belajar ilmu2 teknik dan sains [karena memang ilmu ini lebih susah dan mahal daripada ilmu hukum, ilmu agama, dan bahasa, walaupun semuanya harus berjalan beriringan.
Oh iye.. cendol dung gan, ane banyak di bata babon-babon panasbung.
[SPOILER=sumber :]Sumber :
Majalah detik EDISI 158 | 8 - 14 DESEMBER 2014 [url=http://www.detik.com[/SPOILER]]www.detik.com[/SPOILER][/url]