Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kamalardabiliAvatar border
TS
kamalardabili
fakta baduy negri 1001 larangan
all about baduy beserta larangannya img]http://s.kaskus.id/images/2014/12/18/6343135_20141218121321.jpg[/img]

Jembatan yang dibuat oleh Masyarakat Baduy Dalam (14 foto)
Ini adalah salah satu jembatan yang dibuat oleh masyarakat Baduy Dalam. Terdapat perbedaan pembuatan jembatan yang dibuat oleh masyarakat Baduy Dalam dengan Baduy Luar. Masyarakat Baduy Dalam tidak diperbolehkan membeli tali sebagai penyambung jembatan tersebut. Tetapi, mereka membuat semuanya sendiri, begitupun dengan talinya, mereka mengambil dari alam, dan talinya itu adalah ijuk. Sehingga, tali di jembatan masyarakat Baduy Dalam lebih berwarna hitam. Karena di masyarakat Baduy Dalam hanya ada warna hitam dan putih, tidak ada warna abu-abu.


Pendidikan Masyarakat Baduy

Masyarakat Baduy tidak pernah sekolah, karena orangtuanya mengajarkan sejak kecil dan mereka sudah tahu banyak hal tanpa perlu bersekolah. Komunikasi mereka didasarkan pada adat istiadat mereka. Saat adat istiadat mereka mengatakan tidak boleh, maka mereka tidak akan melakukannya. Sehingga, masyarakat Baduy sangat patuh pada peraturan dan adat-istiadat mereka.

Pepatah Cina Kuno menyatakan bahwa secara lahiriah semua manusia adalah sama, namun pendidikanlah yang membuat perbedaan. Perbedaan ini menyangkut pengaruh budaya pada sistem dunia pendidikan.
Pelajaran bahasa juga merupakan hal yang umum, namun sama halnya dengan sejarah, budaya pertama sekali mengajarkan bahasanya sendiri. Ketika anak-anak sekolah diajarkan sejarah dan budaya suatu negara, masyarakat mereka menyebarkan budayanya dan menanamkan kepercayaan dan nilai, demikian juga prasangka yang dimilikinya.

Karena, sistem pendidikan masyarakat Baduy itu diajarkan secara turun-temurun oleh orangtuanya dan mereka dapat belajar semuanya dari alam di sekeliling mereka.




Masyarakat Baduy berbahasa Sunda. Mengenai sejarah Baduy, tidak bisa menjelaskannya, karena sejarah Baduy merupakan sejarah berdirinya Banten.
Menurut Wikipedia, Asal-Usul Baduy adalah (http://id.wikipedia.org/wiki/Orang_Kanekes)


Pertanian masyarakat Baduy merupakan pertanian lahan kering. Sehingga, hasil panen mereka adalah bahan makanan organik. Oleh sebab itu, konsumsi masyarakat Baduy adalah makanan organik. Konsep pangan mereka adalah pertahanan dan mandiri. Mereka memiliki lumbung-lumbung padi sebagai bahan candangan pangan mereka, dan di dalam satu keluarga, mereka bisa memiliki lebih dari satu lumbung.
Mereka akan lebih mengonsumsi tanaman hasil pohon, lalapan, dan tidak memakan hewan / binatang. Mereka tidak akan berburu, dan masyarakat Baduy mengencangkan ikat pinggang mereka dengan makan apa adanya. Misalnya, dengan nasi, petai, ikan asin, dan tahu.




masyarakat Baduy Dalam lebih menjunjung tinggi Soekarno, karena UUD 1945 dibuat disini. Saksi hidup mengenai kemerdekaan Indonesia juga masih ada, sehingga usia masyarakat Baduy tidak bisa ditentukan. Masyarakat Baduy Dalam yang berumur 100 tahun, 120 tahun masih hidup, dan dia menjadi saksi hidup mengenai Bung Karno tersebut.


Bagaimana dengan komunikasi dalam masyarakat Baduy?
Dalam masyarakat Baduy ada tiga komunikasi.
Pertama, komunikasi dengan Sang Pencipta.
Kepercayaan terhadap Sang Pencipta membuat masyarakat Baduy menghindari konflik. Saat masyarakat Baduy berdiskusi dan tidak menemukan penyelesaian bersama yang baik, maka masyarakat Baduy akan memilih diam dan secara individu ada pengakuan salah kepada Sang Pencipta dan menyerahkan sepenuhnya kepada Sang Pencipta, sehingga konflik pun dihindari bagi masyarakat Baduy.
“Prinsip ajaran Baduy sendiri pun ada tiga yang harus dihindari, yaitu tabu, pamali, dan dosa. Prinsip ini diajarkan secara turun-temurun dalam masyarakat Baduy. Saat mereka menjauhi hal-hal yang tabu, tidak mungkin mereka akan melanggar pamali, dan melakukan dosa, masyarakat Baduy percaya bahwa manusia itu hidup di dunia ini dengan skenarionya masing-masing dari Sang Pencipta. Ada kelahiran dan kematian. Sehingga, saat ada yang lahir, tidak dibuatkan acara syukuran, dan saat ada kerabat / saudara / keluarga yang meninggal pun masyarakat Baduy tidak bersedih, karena mereka percaya sepenuhnya kepada Sang Pencipta.
Kedua, komunikasi dengan alam.
Masyarakat Baduy percaya bahwa sebelum manusia tercipta, alam sudah tercipta terlebih dahulu. Sehingga, masyarakat Baduy sangat menghormati pohon / tumbuhan dan hewan / satwa di sekeliling mereka. Mereka tidak berburu dan mereka tidak akan membunuh hewan, jika tidak dalam kondisi yang bahaya. Mereka juga memercayai bahwa saat alam sudah tidak ada, maka kehidupan manusia pun berakhir. Kiamat menurut Suku Baduy adalah saat di bumi ini tidak ada lagi pohon atau tumbuhan. Alam adalah segala sesuatu untuk mereka, ada penghormatan yang kuat terhadap alam.
Di dalam masyarakat Baduy mereka memercayai adanya hukum timbal balik, sehingga mereka tidak ingin menganggu kehidupan hewan, misalnya pertenakan babi, karena saat kita mengambil makanannya, maka kerumunan babi itu akan dapat merusak pertanian. Selain itu, masyarakat Baduy juga tidak menanam cengkeh, kopi, kelapa, dan singkong. Mereka tidak menanam cengkeh dan singkong, karena cengkeh dan singkong tidak akan menghasilkan kembali dan merusak kesuburan tanah. Sedangkan, tanaman kopi akan menutupi pohon dibawahnya, sehingga tidak ada pohon lagi, dan tidak menanam kelapa, karena kelapa itu akan menghabiskan persediaan air.
Ketiga, komunikasi dengan manusia.
Menurut Uwa Budi, di dalam Baduy, tidak ada pemimpin, tidak ada kepala suku, karena saat ada pemimpin / kepala suku, disitu ada pembunuhan karakter, sehingga harus mengikuti keinginan pemimpin. Struktur masyarakat Baduy ada tiga, yaitu Cikeusik, Cibeo, Cikertawana. Pertama, Cikeusik adalah pendidikan dan penghormatan kepada Sang Pencipta, mendidik masyarakat Baduy tentang kekuasaan dari Sang Pencipta. Kedua, Cibeo adalah penghormatan dan pendidikan, mendidik masyarakat Baduy tentang alam, segala sesuatu yang berhubungan dengan alam, terdapat dosa, dan dosa bisa masuk neraka. Ketiga, Cikertawana adalah menghormati sesama manusia.
Masyarakat Baduy akan saling menghormati sesamanya. Saat dia sedang berjalan, dia tidak akan berjalan berdua, tetapi dia berjalan sendiri-sendiri, dalam posisi berbaris. Ini dilakukan karena masyarakat Baduy tidak ingin menghalangi jalan orang lainnya. Saat di dalam keluarga, sang ayah juga akan berjalan paling belakang, dan anak paling kecil yang berjalan di depan, lalu anak yang lebih besar, kemudian kakaknya yang paling besar, lalu ibunya, dan terakhir ayahnya. Ini berarti menghormati dan menghargai anak kecil.
Antar tetangga juga tidak ada konflik, karena mereka menghormati antar sesama dan menghindari konflik tersebut, mereka akan berbincang-bincang mengenai, bagaimana hasil pertanian mereka, pekerjaan di ladang, dan sebagainya. Contoh lainnya adalah saat A (pria) ingin bertemu dengan B (pria) dan berkunjung ke rumahnya, tetapi menurut C (istrinya) bahwa B tidak ada, maka A tidak akan menunggu B di rumahnya, tetapi dia akan menunggu di rumah tetangganya yang terdapat laki-lakinya juga.
Meskipun tidak ada pemimpin atau kepala suku yang mengatur sesuai keinginan kepala suku secara mutlak, tetapi Suku Baduy memiliki sistem atau struktur masyarakat yang sangat tertib.
Menurut http://sukubaduydalam2.blogspot.com/...uy-dalam.html, Suku Baduy menerima dua kepemimpinan, pertama dari pemerintah, biasanya di pimpin oleh Jaro Pamarentah. Dan pemimpin dari lingkungan mereka sendiri yang di panggil Pu’un. Pu’un adalah pemimpin adat tertinggi di baduy dan terbagi di tiga kampung suku baduy dalam. Jabatan Pu’un lebih bersifat turun temurun namun kerabat atau anggota keluarga lain pun bisa menjadi Pu’un. Serta tidak di berikan jangka waktu pasti, tergantung kemampuan Pu’un tersebut memangku jabatan.


Zona Baduy terbagi menjadi tiga wilayah, yaitu Zona Observasi yang merupakan hutan, Zona Pertanian yang merupakan lahan kering, dan Zona Pemukiman yang merupakan pemukiman masyarakat Baduy. Oleh sebab itu, Baduy sangat kuat dengan lingkungan konservasi dan komunikasi alamnya, terutama bagaimana ia berkomunikasi dengan tumbuhan, angin, gelap, siang/matahari, burung, dan sebagainya. Contohnya, saat dia berkomunikasi dengan burung, dia akan mengetahui ada kematian, ada kebakaran, dan lainnya.


Suku Baduy merupakan masyarakat yang mendiami Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinisi Banten.
Suku Baduy terdiri dari tiga, yaitu Baduy Dalam (yang memang berada di dalam dan mengenakan pakaian yang berbeda putih-putih, roma ikat (ikat kepala) putih). Kedua, Baduy Luar (yang mengenakan pakaian hitam-hitam, romanya biru batik). Ketiga, Baduy Dangka (masyarakat baduy yang terusir ke luar, yang sudah membuat suatu kesalahan).
Masyarakat Baduy dari Baduy Luar dan Baduy Dangka tidak bisa kembali lagi ke Baduy Dalam. Jika ada masyarakat Baduy Dalam yang menikah dengan masyarakat Baduy Luar, maka masyarakat Baduy Dalam menjadi bagian dari masyarakat Baduy Luar dan tidak bisa kembali lagi ke masyarakat Baduy Dalam.


Masyarakat Baduy mempunyai acara tahunan, yaitu Seba. Untuk acara Seba sendiri, Seba berarti Nyaba, dimana acara Seba ini dihadiri hampir 1000-2000 masyarakat Baduy Dalam yang berjalan kaki sampai ke Gubernur dan Baduy Luar menggunakan truk.
Saat saya browsing mengenai Seba di Suku Baduy, ada beberapa blog yang sudah yang mempublikasikan mengenai acara Seba ini.
http://kebudayaankesenianindonesia.b...cara-seba.html
http://blogs.unpad.ac.id/liuisselvia...ba-suku-baduy/
https://sites.google.com/site/nimusinstitut/seba

tambahan


sumber: https://www.facebook.com/Negeri1001L...anganSukuBaduy
0
8.6K
30
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan