- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Fanisa, Korban Tsunami Aceh yang Dijual ke Malaysia human trafficking


TS
sedihjomblo
Fanisa, Korban Tsunami Aceh yang Dijual ke Malaysia human trafficking
Jumat, 19 Desember 2014 | 18:33 WIB
BANDA ACEH, KOMPAS.com - Bencana tsunami yang melanda Aceh sepuluh tahun silam terus menyisakan berbagai kisah yang mengejutkan sekaligus memilukan. Satu di antaranya adalah kisah Fanisa Rizkia (15), seorang gadis remaja yang kehilangan keluarga akibat bencana tsunami dan kemudian sempat dijual ke Malaysia sebagai pekerja ilegal.
Untungnya, pemerintah cepat mengetahui keberadaan Fanisa dan kemudian memulangkannya kembali ke Aceh untuk mengembalikan kehidupannya yang sempat hilang.
Bandar Udara Sultan Iskandar Muda (SIM)Aceh Besar, Jumat (19/12/2014) sedikit berbeda dari hari-hari sebelumnya. Terminal kedatangan internasional dipenuhi kuli tinta, mereka tak menjemput pejabat yang baru pulang dari luar negeri, melainkan sedang menunggu seorang gadis remaja asal Aceh yang sebelumnya menjadi korban trafficking. Namanya Fanisa Rizkia.
Musibah tsunami sepuluh tahun telah mengubah hidupnya tanpa ia duga sebelumnya. Tsunami juga telah menghilangkan orangtua dan keluarganya.
Ditemui di ruang VVIP Bandara SIM, Fanisa mengaku sepekan pasca-musibah besar itu, ia pun diboyong oleh seorang perempuan bernama Sabariah yang kemudian menjadi orangtua angkatnya ke Medan, Sumatera Utara.
“Saya enggak tau apa-apa, saat itu saya baru berusia 5 tahun. Saya ikut dengan ibu Sabariah dan kemudian tinggal di Medan. Sampai akhirnya ibu meninggal dan saya di bawa ke Malaysia,” jelasnya, Jumat 919/12/2014).
Setelah Sabariah meninggal dunia, Fanisa pun sempat hidup terlunta-lunta di Medan, karena keluarga Sabariah menganggapnya orang asing dan tak menginginkan kehadiran Fanisa. Alhasil, Fanisa pun menjadi umpan menarik bagi calo-calo perdagangan manusia.
“Di Malaysia pernah jadi pembantu rumah tangga, pernah juga jadi perawat bayi. Awalnya saya mau diajak ke Malaysia, katanya bisa dapat uang banyak dan kerja di restoran muslim, tapi ternyata kenyataannya lain,” kisah Fanisa.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Aceh Bukhari yang ikut menjemput langsung ke Malaysia mengatakan, keberadaan Fanisa diketahui saat adanya pemeriksaan TKI di Malaysia oleh tim kedutaan Indonesia di Malaysia. Kedutaan menemukan TKI asal Aceh yang tidak memiliki dokumen yang lengkap.
“Hasil pemeriksaan dari Kedutaan kita terbongkarlah kalau Fanisa ini juga merupakan korban tsunami, lalu kita komunikasikan untuk bisa dipulangkan,” Kata Bukhari.
Bukhari menjelaskan, Fanisa adalah korban trafficking selama 5 bulan di Malaysia. Kini, kata Bukhari, Pemerintah Aceh akan menempatkan Fanisa di Rumah Aman dan terus berupaya mencari keberadaan keluarga Fanisa di Banda Aceh.
Sejak tahun 2004 lalu, sebut Bukhari, sedikitnya 1.000 kasus anak terpisah dan kehilangan orangtua dan keluarganya bisa direunifikasi oleh Pemerintah Aceh dan lembaga PBB Unicef. Namun angka ini masih bisa terus bertambah seiring masih banyaknya anggota keluarga yang terpisah akibat bencana gempa dan tsunami sepuluh tahun lalu.
Penulis : Kontributor Banda Aceh, Daspriani Y Zamzami
Editor : Farid Assifa
http://regional.kompas.com/read/2014...al.ke.Malaysia
BANDA ACEH, KOMPAS.com - Bencana tsunami yang melanda Aceh sepuluh tahun silam terus menyisakan berbagai kisah yang mengejutkan sekaligus memilukan. Satu di antaranya adalah kisah Fanisa Rizkia (15), seorang gadis remaja yang kehilangan keluarga akibat bencana tsunami dan kemudian sempat dijual ke Malaysia sebagai pekerja ilegal.
Untungnya, pemerintah cepat mengetahui keberadaan Fanisa dan kemudian memulangkannya kembali ke Aceh untuk mengembalikan kehidupannya yang sempat hilang.
Bandar Udara Sultan Iskandar Muda (SIM)Aceh Besar, Jumat (19/12/2014) sedikit berbeda dari hari-hari sebelumnya. Terminal kedatangan internasional dipenuhi kuli tinta, mereka tak menjemput pejabat yang baru pulang dari luar negeri, melainkan sedang menunggu seorang gadis remaja asal Aceh yang sebelumnya menjadi korban trafficking. Namanya Fanisa Rizkia.
Musibah tsunami sepuluh tahun telah mengubah hidupnya tanpa ia duga sebelumnya. Tsunami juga telah menghilangkan orangtua dan keluarganya.
Ditemui di ruang VVIP Bandara SIM, Fanisa mengaku sepekan pasca-musibah besar itu, ia pun diboyong oleh seorang perempuan bernama Sabariah yang kemudian menjadi orangtua angkatnya ke Medan, Sumatera Utara.
“Saya enggak tau apa-apa, saat itu saya baru berusia 5 tahun. Saya ikut dengan ibu Sabariah dan kemudian tinggal di Medan. Sampai akhirnya ibu meninggal dan saya di bawa ke Malaysia,” jelasnya, Jumat 919/12/2014).
Setelah Sabariah meninggal dunia, Fanisa pun sempat hidup terlunta-lunta di Medan, karena keluarga Sabariah menganggapnya orang asing dan tak menginginkan kehadiran Fanisa. Alhasil, Fanisa pun menjadi umpan menarik bagi calo-calo perdagangan manusia.
“Di Malaysia pernah jadi pembantu rumah tangga, pernah juga jadi perawat bayi. Awalnya saya mau diajak ke Malaysia, katanya bisa dapat uang banyak dan kerja di restoran muslim, tapi ternyata kenyataannya lain,” kisah Fanisa.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Aceh Bukhari yang ikut menjemput langsung ke Malaysia mengatakan, keberadaan Fanisa diketahui saat adanya pemeriksaan TKI di Malaysia oleh tim kedutaan Indonesia di Malaysia. Kedutaan menemukan TKI asal Aceh yang tidak memiliki dokumen yang lengkap.
“Hasil pemeriksaan dari Kedutaan kita terbongkarlah kalau Fanisa ini juga merupakan korban tsunami, lalu kita komunikasikan untuk bisa dipulangkan,” Kata Bukhari.
Bukhari menjelaskan, Fanisa adalah korban trafficking selama 5 bulan di Malaysia. Kini, kata Bukhari, Pemerintah Aceh akan menempatkan Fanisa di Rumah Aman dan terus berupaya mencari keberadaan keluarga Fanisa di Banda Aceh.
Sejak tahun 2004 lalu, sebut Bukhari, sedikitnya 1.000 kasus anak terpisah dan kehilangan orangtua dan keluarganya bisa direunifikasi oleh Pemerintah Aceh dan lembaga PBB Unicef. Namun angka ini masih bisa terus bertambah seiring masih banyaknya anggota keluarga yang terpisah akibat bencana gempa dan tsunami sepuluh tahun lalu.
Penulis : Kontributor Banda Aceh, Daspriani Y Zamzami
Editor : Farid Assifa
http://regional.kompas.com/read/2014...al.ke.Malaysia
0
1.8K
10


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan