- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
[Mengapa BBM Mahal?] PERMAK KILANG LAMA PERTAMINA
TS
ust.jayakomara
[Mengapa BBM Mahal?] PERMAK KILANG LAMA PERTAMINA
Special trit buat Panasbung yang belum move on dan menganggap pemerintah Jokowi adalah dewa yang bisa membalikkan keadaan dalam sekejab.
http://www.kaskus.co.id/post/5488b78...bfaacc568b456b[/SPOILER]
PERMAK KILANG LAMA PERTAMINA
KILANG, DI MANA KILANG?
PILIH-PILIH INVESTOR : INDONESIA BAKAL JADI IMPORTIR BENSIN TERBESAR DUNIA PADA 2018. PEMERINTAH HANYA MENGINCAR INVESTOR KILANG YANG PUNYA SUMBER MINYAK.
MISKIN MINYAK, KAYA KILANG SEBAGIAN BESAR BENSIN INDONESIA DIIMPOR DARI SINGAPURA, NEGARA TANPA SUMBER DAYA ALAM. KOK BISA?
Komentar :
[SPOILER=Sumber, seperti biasa :]
MAJALAH DETIK : EDISI 159 | 15 - 21 DESEMBER 2014 [url=http://www.detik.com[/SPOILER]]www.detik.com[/SPOILER][/url]
http://www.kaskus.co.id/post/5488b78...bfaacc568b456b[/SPOILER]
PERMAK KILANG LAMA PERTAMINA
Quote:
Tigas Bos perusahaan minyak besar dunia menjadi tamu penting di kantor Pertamina di hari ulang tahun ke-57 perusahaan minyak itu pada Rabu, 10 Desember pekan lalu. Mereka adalah Presiden Aramco Asia dari Arab Saudi, Ibrahim al-Buainain; Executive Vice President JX Nippon Oil & Energy Corporation dari Jepang, Michio Ikeda; serta General Manager of Sinopec (Asia Tenggara) dari Tiongkok, Liao Xudong. Para bos regional perusahaan minyak raksasa itu bukan hendak berpesta di sana. Tapi mereka memberi semacam hadiah, dengan menandatangani nota kesepahaman untuk memermak kilang-kilang minyak lama Pertamina. Kilang lama itu akan bisa berlipat produksinya dan semakin tinggi kualitasnya “MOU ini dalam rangka meningkatkan produksi minyak, dari 820 ribuan barel per hari untuk bisa jadi 1,6 juta barel per hari,” kata Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto. Kapasitas pusat pengolahan minyak Pertamina saat ini memang sangat jauh dari kebutuhan yang
mencapai sekitar 1,4 juta barel per hari. Akibatnya, Indonesia mesti mengimpor dalam bentuk bensin atau solar, bukan minyak mentah yang mungkin harganya lebih rendah.Bahkan, karena sedikitnya kapasitas kilang Indonesia, diperkirakan negara ini bakal menjadi importir bensin terbesar dunia dalam beberapa tahun nanti. Penyebabnya, impor bensin negara seperti Amerika Serikat terus turun.
Meski, untuk impor minyak ukuran Indonesia masih jauh dibanding sejumlah negara, seperti Amerika Serikat atau Tiongkok.Data dari OPEC memperlihatkan bahwa, sampai pertengahan 1990-an, kapasitas kilang Indonesia lebih dari cukup. Negeri ini pun tak cuma bisa mengekspor minyak mentah, tapi juga bisa dalam bentuk jadi, termasuk bensin, solar, dan semacamnya. Tapi Indonesia tak menambah kapasitas kilang, sedangkan kebutuhan dalam negeri terus melonjak.
Celakanya, kilang ini banyak yang tua sehingga kapasitasnya, yang mestinya sekitar 1 juta barel per hari, hanya bisa mengolah sekitar 800 ribu barel. “Jadi, kita impor BBM hampir 55 persen setiap harinya,” kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said.
Akibatnya, kapasitas kilang semakin tertinggal dari kebutuhan. Maka Indonesia mulai memprogram membuat kilang minyak baru. Dua investor, Kuwait Petroleum dan Aramco, sudah digadanggadang hendak mengucurkan ratusan triliun rupiah untuk membangun kilang. Pemerintah Indonesia pun sudah membujuk mereka dengan memberi pembebasan pajak dan sejumlah fasilitas lain. Tapi tahun lalu perundingan investasi kilang baru gagal karena insentif dari pemerintah Indonesia dipandang kurang besar. Langkah berikutnya adalah melakukan kerja sama membuat kilang dalam bentuk baru. Dikabarkan bakal ada kerja sama pemasaran agar investor asing itu masuk membuat kilang di Indonesia. Tapi Pertamina belum mau bukabukaan.“Hingga saat ini pembicaraan mereka belum menyentuh model bisnis seperti apa yang akan menjadi bentuk kompensasi pemerintah kepada investor,” kata Direktur Pengolahan Pertamina, Rahmat Hardadi. “Belum ada deal apa pun de ngan mereka, tapi intinya kita ingin punya kilang.” Sambil menunggu kesepakatan pembuatan kilang baru ini muncul, pemerintah mengambil langkah baru: kilang minyak tua yang kemampuan produksinya sudah menurun itu diperbarui kembali kapasitasnya. “Ini untuk mengurangi gap pasokan BBM,” kata Sudirman Said.
Investor asing dibutuhkan karena biaya membuat kilang sangat besar. Pertamina menyatakan investasi kilang baru ini membutuhkan biaya sampai US$ 25 miliar (Rp 300 triliun) dan dikerjakan selama 10 tahun. Jika sudah selesai semua, produksi bensin akan melonjak dari 190 ribu barel per hari menjadi 630 ribu barel.Itu sebabnya, proyek memermak kilang lama ini menjadi hadiah ulang tahun yang besar bagi Pertamina.
mencapai sekitar 1,4 juta barel per hari. Akibatnya, Indonesia mesti mengimpor dalam bentuk bensin atau solar, bukan minyak mentah yang mungkin harganya lebih rendah.Bahkan, karena sedikitnya kapasitas kilang Indonesia, diperkirakan negara ini bakal menjadi importir bensin terbesar dunia dalam beberapa tahun nanti. Penyebabnya, impor bensin negara seperti Amerika Serikat terus turun.
Meski, untuk impor minyak ukuran Indonesia masih jauh dibanding sejumlah negara, seperti Amerika Serikat atau Tiongkok.Data dari OPEC memperlihatkan bahwa, sampai pertengahan 1990-an, kapasitas kilang Indonesia lebih dari cukup. Negeri ini pun tak cuma bisa mengekspor minyak mentah, tapi juga bisa dalam bentuk jadi, termasuk bensin, solar, dan semacamnya. Tapi Indonesia tak menambah kapasitas kilang, sedangkan kebutuhan dalam negeri terus melonjak.
Celakanya, kilang ini banyak yang tua sehingga kapasitasnya, yang mestinya sekitar 1 juta barel per hari, hanya bisa mengolah sekitar 800 ribu barel. “Jadi, kita impor BBM hampir 55 persen setiap harinya,” kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said.
Akibatnya, kapasitas kilang semakin tertinggal dari kebutuhan. Maka Indonesia mulai memprogram membuat kilang minyak baru. Dua investor, Kuwait Petroleum dan Aramco, sudah digadanggadang hendak mengucurkan ratusan triliun rupiah untuk membangun kilang. Pemerintah Indonesia pun sudah membujuk mereka dengan memberi pembebasan pajak dan sejumlah fasilitas lain. Tapi tahun lalu perundingan investasi kilang baru gagal karena insentif dari pemerintah Indonesia dipandang kurang besar. Langkah berikutnya adalah melakukan kerja sama membuat kilang dalam bentuk baru. Dikabarkan bakal ada kerja sama pemasaran agar investor asing itu masuk membuat kilang di Indonesia. Tapi Pertamina belum mau bukabukaan.“Hingga saat ini pembicaraan mereka belum menyentuh model bisnis seperti apa yang akan menjadi bentuk kompensasi pemerintah kepada investor,” kata Direktur Pengolahan Pertamina, Rahmat Hardadi. “Belum ada deal apa pun de ngan mereka, tapi intinya kita ingin punya kilang.” Sambil menunggu kesepakatan pembuatan kilang baru ini muncul, pemerintah mengambil langkah baru: kilang minyak tua yang kemampuan produksinya sudah menurun itu diperbarui kembali kapasitasnya. “Ini untuk mengurangi gap pasokan BBM,” kata Sudirman Said.
Investor asing dibutuhkan karena biaya membuat kilang sangat besar. Pertamina menyatakan investasi kilang baru ini membutuhkan biaya sampai US$ 25 miliar (Rp 300 triliun) dan dikerjakan selama 10 tahun. Jika sudah selesai semua, produksi bensin akan melonjak dari 190 ribu barel per hari menjadi 630 ribu barel.Itu sebabnya, proyek memermak kilang lama ini menjadi hadiah ulang tahun yang besar bagi Pertamina.
KILANG, DI MANA KILANG?
Quote:
Bahan bakar minyak yang diimpor Indonesia terus bertambah. Tapi, sialnya, Indonesia tidak bisa membeli minyak mentah yang kadang lebih murah karena bisa dibeli dari pemerintah negara sahabat yang kaya minyak. Sebaliknya, Indonesia mesti membeli minyak yang sudah jadi, bukan minyak mentah lagi, di pasar dunia yang harganya melompat-lompat. Hal ini karena kapasitas kilang Indonesia terus tertinggal dibanding kebutuhannya.
Tiongkok
Negeri ini memang tidak pernah kekurangan kapasitas kilang minyaknya. Mereka selalu surplus, bahkan sekarang surplusnya luar biasa. Seperempat abad silam, surplus mereka hanya sekitar 100 ribu barel per hari, tapi sekarang sudah di atas 1,7 juta barel per hari.
India
Meski seperempat abad silam mereka masih kekurangan kilang minyak, tapi mereka bekerja keras untuk menutupinya agar bisa mengimpor minyak mentah. Sekarang mereka sudah surplus dengan kapasitas kilang sampai 600 ribu barel per hari.
Indonesia
Dengan konsumsi yang terus bertambah dan kilang yang nyaris tak pernah bertambah, negeri ini terus kekurangan kapasitas kilang. Padahal, seperempat abad silam, posisinya masih surplus kapasitas kilang.
Singapura
Kapasitas kilang Singapura itu sudah jutaan barel per hari sejak puluhan tahun silam. Mereka selalu surplus kapasitas dan produk minyak olahannya diekspor--terutama ke Indonesia. Belakangan, kebutuhan dalam negeri mulai mendekati kapasitas kilang mereka.
KEBUTUHAN BERBEDA
Amerika Serikat memiliki kekurangan kapasitas di atas 1 juta barel per hari, sebaliknya Tiongkok surplus sampai 1,7 juta barel per hari. Meski angka kedua negara ini tampak besar, tapi itu sebanding dengan konsumsi bahan bakar kedua negara itu. Kebutuhan Indonesia per hari hanya sekitar 1,4 juta barel per hari. Sedangkan Tiongkok mencapai 10 juta barel dan Amerika Serikat malah hampir 19 ribu barel.
Tiongkok
Negeri ini memang tidak pernah kekurangan kapasitas kilang minyaknya. Mereka selalu surplus, bahkan sekarang surplusnya luar biasa. Seperempat abad silam, surplus mereka hanya sekitar 100 ribu barel per hari, tapi sekarang sudah di atas 1,7 juta barel per hari.
India
Meski seperempat abad silam mereka masih kekurangan kilang minyak, tapi mereka bekerja keras untuk menutupinya agar bisa mengimpor minyak mentah. Sekarang mereka sudah surplus dengan kapasitas kilang sampai 600 ribu barel per hari.
Indonesia
Dengan konsumsi yang terus bertambah dan kilang yang nyaris tak pernah bertambah, negeri ini terus kekurangan kapasitas kilang. Padahal, seperempat abad silam, posisinya masih surplus kapasitas kilang.
Singapura
Kapasitas kilang Singapura itu sudah jutaan barel per hari sejak puluhan tahun silam. Mereka selalu surplus kapasitas dan produk minyak olahannya diekspor--terutama ke Indonesia. Belakangan, kebutuhan dalam negeri mulai mendekati kapasitas kilang mereka.
KEBUTUHAN BERBEDA
Amerika Serikat memiliki kekurangan kapasitas di atas 1 juta barel per hari, sebaliknya Tiongkok surplus sampai 1,7 juta barel per hari. Meski angka kedua negara ini tampak besar, tapi itu sebanding dengan konsumsi bahan bakar kedua negara itu. Kebutuhan Indonesia per hari hanya sekitar 1,4 juta barel per hari. Sedangkan Tiongkok mencapai 10 juta barel dan Amerika Serikat malah hampir 19 ribu barel.
PILIH-PILIH INVESTOR : INDONESIA BAKAL JADI IMPORTIR BENSIN TERBESAR DUNIA PADA 2018. PEMERINTAH HANYA MENGINCAR INVESTOR KILANG YANG PUNYA SUMBER MINYAK.
Quote:
INDONESIA belum mendapatkan investor yang bersedia menanam modal puluhan, bahkan ratusan, triliun rupiah untuk mendirikan kilang minyak. Perundingan dengan investor dari Kuwait dan Arab Saudi tahun lalu pun putus tanpa hasil. Tapi pemerintah sudah memasang harga mahal terhadap para pemodal itu. Tidak sembarangan investor diizinkan masuk Indonesia, mendapat sejumlah fasilitas, dan membangun kilang minyak. Salah satu yang terpenting, di luar kemampuan finansial dan teknis, adalah memiliki sumber minyak mentah untuk diolah. “(Mereka harus) memiliki pasokan minyak mentah, memiliki pengalaman dan teknologi, memiliki kemampuan keuangan, serta berkomitmen membangun industri hilir di Indonesia,” kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said.
Pemerintah agaknya tidak ingin kilang itu mangkrakjika para investor tidak memiliki sumber minyak di luar negeri yang bisa dibawa ke Indonesia. Sebab, biarpun kilang dibangun, bukan berarti impor minyak berkurang. Yang berkurang hanya impor minyak yang sudah diolah kilang dan berbentuk bahan bakar siap pakai, seperti bensin atau solar. “Importasi minyak mentah pasti tak terhindarkan oleh Indonesia,” kata Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro. Menurut dia, pembangunan kilang ini bisa mengurangi impor minyak siap pakai. Namun bukan berarti kilang ini bakal mengurangi impor minyak Indonesia, hanya bentuknya berupa minyak mentah.
Impor tak bisa dihindari karena produksi dalam negeri sendiri terus turun. Asosiasi perusahaan minyak mengakui kesulitan menaikkan tingkat produksi minyak. Ketua Umum Indonesian Petroleum Association Lukman Mahfoedz menuturkan mereka ingin mendorong produksi. “Tapi, bagaimana, eksplorasi belum ada yang menemukan cadangan besar,” ucapnya. Bahkan, akibat tren pertumbuhan konsumsi sedangkan kapasitas kilang Indonesia tidak juga naik, konsultan bisnis top Wood Mackenzie beberapa bulan lalu memproyeksikan Indonesia bakal menjadi importir bensin terbesar dunia, menggeser Amerika Serikat.
Dari 2012 sampai 2013, Mackenzie memproyeksikan impor bensin bakal tumbuh dari 340 ribu barel per hari menjadi 420 ribu barel. Sedangkan impor Amerika Serikat plus Meksiko turun dari 560 ribu barel menjadi hanya sekitar 60 ribu barel. “Tahun berikutnya malah surplus,” ujar konsultan itu.Memang masih banyak negara yang impor minyaknya lebih besar ketimbang Indonesia, tapi Indonesia miskin kilang minyak, sehingga impor dilakukan dalam bentuk produk jadi. Sedangkan negara lain banyak yang mengimpor dalam bentuk minyak mentah.
Saat ini investor dari negara kaya minyak yang jelas memenuhi syarat karena tidak akan kesulitan mendapatkan minyak untuk diolah sudah ditawari. Selain Arab Saudi dan Kuwait, negara yang dibidik antara lain Angola dan Iran. “Angola dan Iran menawarkan itu. Tapi akan kita lihat itu secara detail, apakah sesuai dengan persyaratan,” tutur Sudirman. Investor ini bakal mendapat fasilitas bebas pajak untuk jangka waktu tertentu. Ada juga insentif lain. “Bentuk lainnya yang bisa dinegosiasikan termasuk penyediaan tanah negara,” ucapnya. Tanah, misalnya, sudah disiapkan di Bontang, Kalimantan Timur, seluas 500 hektare. Bahkan Pertamina dan Kementerian Energi siap menjadi penjamin dalam proses pembiayaan. Tender ini, kata Sudirman, akan dimulai pada 2015. Karena Indonesia pernah menawarkan investasi ini ke sejumlah negara, menurut dia, tak perlu diselenggarakan pendekatan pasar.
Salah satu penyebab investor pembuat kilang tidak juga datang adalah pemerintah dipandang terlalu kaku saat bernegosiasi. Komaidi, pengamat perminyakan dari Reforminer, mengatakan pemerintahan sebelumnya terlalu kaku saat merundingkan rencana investasi ini. Misalnya saja soal potongan pajak. Bentuk potongan pajak sudah ditentukan sebelum ada pertemuan dengan para investor. “Bukan saat mereka bertemu duduk satu meja dan mempelajari tawaran mereka,” ucapnya.
Pemerintah agaknya tidak ingin kilang itu mangkrakjika para investor tidak memiliki sumber minyak di luar negeri yang bisa dibawa ke Indonesia. Sebab, biarpun kilang dibangun, bukan berarti impor minyak berkurang. Yang berkurang hanya impor minyak yang sudah diolah kilang dan berbentuk bahan bakar siap pakai, seperti bensin atau solar. “Importasi minyak mentah pasti tak terhindarkan oleh Indonesia,” kata Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro. Menurut dia, pembangunan kilang ini bisa mengurangi impor minyak siap pakai. Namun bukan berarti kilang ini bakal mengurangi impor minyak Indonesia, hanya bentuknya berupa minyak mentah.
Impor tak bisa dihindari karena produksi dalam negeri sendiri terus turun. Asosiasi perusahaan minyak mengakui kesulitan menaikkan tingkat produksi minyak. Ketua Umum Indonesian Petroleum Association Lukman Mahfoedz menuturkan mereka ingin mendorong produksi. “Tapi, bagaimana, eksplorasi belum ada yang menemukan cadangan besar,” ucapnya. Bahkan, akibat tren pertumbuhan konsumsi sedangkan kapasitas kilang Indonesia tidak juga naik, konsultan bisnis top Wood Mackenzie beberapa bulan lalu memproyeksikan Indonesia bakal menjadi importir bensin terbesar dunia, menggeser Amerika Serikat.
Dari 2012 sampai 2013, Mackenzie memproyeksikan impor bensin bakal tumbuh dari 340 ribu barel per hari menjadi 420 ribu barel. Sedangkan impor Amerika Serikat plus Meksiko turun dari 560 ribu barel menjadi hanya sekitar 60 ribu barel. “Tahun berikutnya malah surplus,” ujar konsultan itu.Memang masih banyak negara yang impor minyaknya lebih besar ketimbang Indonesia, tapi Indonesia miskin kilang minyak, sehingga impor dilakukan dalam bentuk produk jadi. Sedangkan negara lain banyak yang mengimpor dalam bentuk minyak mentah.
Saat ini investor dari negara kaya minyak yang jelas memenuhi syarat karena tidak akan kesulitan mendapatkan minyak untuk diolah sudah ditawari. Selain Arab Saudi dan Kuwait, negara yang dibidik antara lain Angola dan Iran. “Angola dan Iran menawarkan itu. Tapi akan kita lihat itu secara detail, apakah sesuai dengan persyaratan,” tutur Sudirman. Investor ini bakal mendapat fasilitas bebas pajak untuk jangka waktu tertentu. Ada juga insentif lain. “Bentuk lainnya yang bisa dinegosiasikan termasuk penyediaan tanah negara,” ucapnya. Tanah, misalnya, sudah disiapkan di Bontang, Kalimantan Timur, seluas 500 hektare. Bahkan Pertamina dan Kementerian Energi siap menjadi penjamin dalam proses pembiayaan. Tender ini, kata Sudirman, akan dimulai pada 2015. Karena Indonesia pernah menawarkan investasi ini ke sejumlah negara, menurut dia, tak perlu diselenggarakan pendekatan pasar.
Salah satu penyebab investor pembuat kilang tidak juga datang adalah pemerintah dipandang terlalu kaku saat bernegosiasi. Komaidi, pengamat perminyakan dari Reforminer, mengatakan pemerintahan sebelumnya terlalu kaku saat merundingkan rencana investasi ini. Misalnya saja soal potongan pajak. Bentuk potongan pajak sudah ditentukan sebelum ada pertemuan dengan para investor. “Bukan saat mereka bertemu duduk satu meja dan mempelajari tawaran mereka,” ucapnya.
MISKIN MINYAK, KAYA KILANG SEBAGIAN BESAR BENSIN INDONESIA DIIMPOR DARI SINGAPURA, NEGARA TANPA SUMBER DAYA ALAM. KOK BISA?
Quote:
INDONESIAterus menambah minyak jadi dalam bentuk bensin dan solar, bukan minyak mentah. Penyebabnya, kebutuhan dalam negeri terus bertambah, sedangkan kemampuan kilang Indonesia tak juga membaik. Bahkan diperkirakan, pada 2018 Indonesia bakal jadi pengimpor bensin terbesar dunia.Nah, jangan bayangkan bahwa bensin yang diimpor itu dibeli dari negara kaya minyak, seperti Brunei atau negara-negara Timur Tengah. “Hampir seluruh kekurangan bensin di Indonesia datang dari Asia-Pasifik dan sebagian besar di antaranya dipasok Singapura,” ungkap konsultan bisnis top Wood Mackenzie dalam laporan tentang Indonesia beberapa waktu lalu.
Singapura? Negara miskin sumber daya alam itu?Ya. Meski negara itu tidak memiliki tambang minyak atau tambang-tambang apa pun, bahkan air pun mesti mengimpor dari Malaysia, mereka menjadi pemasok bensin utama Indonesia, negeri yang jauh lebih kaya sumber daya alamnya. Penyebabnya satu: Singapura, biarpun negaranya cuma berukuran satu kota saja, memiliki industri kilang minyak yang sangat besar. Bahkan ekspor hasil kilang mereka terbesar ketiga dunia. Singapura banyak mengimpor minyak mentah, diolah di sana, dan dijual dalam bentuk bahan bakar jadi, seperti bensin, ke negara lain, termasuk Indonesia.
Saat ini, menurut laporan BP terakhir, Singapura memiliki kilang dengan kapasitas hampir 1,4 juta barel per hari. Meski tidak banyak beda dengan Indonesia—yang berkapasitas 1 juta barel per hari—produknya untuk diekspor. Malah, praktis, Singapura menjadi negara ketiga terbesar dunia untuk ekspor minyak hasil olahan kilang. Menurut Dewan Pembangunan Ekonomi (EDB) Singapura, tahun 2007, misalnya, mereka mengekspor 68 juta ton minyak hasil kilang. Kilang minyak di Singapura sendiri awalnya bagian dari usaha Singapura untuk memajukan negerinya. Pada 1960-an, saat berpisah dengan Malaysia, Singapura adalah kota yang tidak lebih makmur dibanding—misalnya—Jakarta. Singapura adalah negara kota yang miskin dengan pendapatan dari mengolah kopra atau karet dari negara tetangga, seperti Malaysia dan Indonesia. Pendapatan lain berasal dari pelabuhan. Karena tidak ada sumber daya alam, Singapura berusaha melakukan industrialisasi.
Investor Barat dibujuki untuk menanam modal di Singapura, diberi potongan pajak, serta dijanjikan insentif lain. Kawasan rawarawa Jurong diubah menjadi daerah industri, lengkap dengan nfrastruktur mulai listrik hingga telekomunikasi. Bahkan, agar tampak ramah, patung Raffles, yang menjadi simbol penjajahan Inggris, tidak dirobohkan setelah mereka merdeka. Perusahaan multinasional besar pertama yang membuat pabrik di Singapura adalah National Semiconductor, pabrik keping komputer dari Amerika Serikat. Begitu perusahaan ini sukses mendapatkan tenaga kerja terampil dan murah di Singapura, ditambah insentif pajak dan sebagainya, perusahaan teknologi raksasa pada 1970-an lain, seperti Fairchild dan Texas Instrument, menyusul datang. Kemudian datang raksasa-raksasa minyak yang mendirikan kilang di sana. Shell, misalnya, membuka kilang pertama pada 1961 dan mereka terus memperbesar kapasitas. Dalam situs resminya, Shell Singapura bahkan menyatakan kilang terbesar mereka di dunia ada di Singapura. ExxonMobil juga mengoperasikan sejumlah kilang di Singapura dengan kapasitas total mencapai lebih dari 500 ribu barel per hari. Angka ini termasuk besar karena lebih dari sepertiga kapasitas kilang Singapura atau separuh kapasitas kilang Indonesia.
Kedatangan kilang ini juga memancing industri besar yang terkait dengan minyak meski negara itu tak punya sumber tambangnya. Sumitomo Chemicals pun mendirikan pabrik petrokimia raksasa pertama di luar Jepang, yakni di Singapura, pada 1970-an.
Awalnya seperti dalam salah satu laporan Bank Dunia—disebutkan banyak yang skeptisterhadap rencana Sumitomo itu karena Singapura tidak memiliki tambang minyak yang bakal menjadi bahan baku industri ini. Tapi di Singapura itu banyak kilang minyak raksasa. Mereka siap memasok kebutuhan bahan baku petrokimia.
Singapura? Negara miskin sumber daya alam itu?Ya. Meski negara itu tidak memiliki tambang minyak atau tambang-tambang apa pun, bahkan air pun mesti mengimpor dari Malaysia, mereka menjadi pemasok bensin utama Indonesia, negeri yang jauh lebih kaya sumber daya alamnya. Penyebabnya satu: Singapura, biarpun negaranya cuma berukuran satu kota saja, memiliki industri kilang minyak yang sangat besar. Bahkan ekspor hasil kilang mereka terbesar ketiga dunia. Singapura banyak mengimpor minyak mentah, diolah di sana, dan dijual dalam bentuk bahan bakar jadi, seperti bensin, ke negara lain, termasuk Indonesia.
Saat ini, menurut laporan BP terakhir, Singapura memiliki kilang dengan kapasitas hampir 1,4 juta barel per hari. Meski tidak banyak beda dengan Indonesia—yang berkapasitas 1 juta barel per hari—produknya untuk diekspor. Malah, praktis, Singapura menjadi negara ketiga terbesar dunia untuk ekspor minyak hasil olahan kilang. Menurut Dewan Pembangunan Ekonomi (EDB) Singapura, tahun 2007, misalnya, mereka mengekspor 68 juta ton minyak hasil kilang. Kilang minyak di Singapura sendiri awalnya bagian dari usaha Singapura untuk memajukan negerinya. Pada 1960-an, saat berpisah dengan Malaysia, Singapura adalah kota yang tidak lebih makmur dibanding—misalnya—Jakarta. Singapura adalah negara kota yang miskin dengan pendapatan dari mengolah kopra atau karet dari negara tetangga, seperti Malaysia dan Indonesia. Pendapatan lain berasal dari pelabuhan. Karena tidak ada sumber daya alam, Singapura berusaha melakukan industrialisasi.
Investor Barat dibujuki untuk menanam modal di Singapura, diberi potongan pajak, serta dijanjikan insentif lain. Kawasan rawarawa Jurong diubah menjadi daerah industri, lengkap dengan nfrastruktur mulai listrik hingga telekomunikasi. Bahkan, agar tampak ramah, patung Raffles, yang menjadi simbol penjajahan Inggris, tidak dirobohkan setelah mereka merdeka. Perusahaan multinasional besar pertama yang membuat pabrik di Singapura adalah National Semiconductor, pabrik keping komputer dari Amerika Serikat. Begitu perusahaan ini sukses mendapatkan tenaga kerja terampil dan murah di Singapura, ditambah insentif pajak dan sebagainya, perusahaan teknologi raksasa pada 1970-an lain, seperti Fairchild dan Texas Instrument, menyusul datang. Kemudian datang raksasa-raksasa minyak yang mendirikan kilang di sana. Shell, misalnya, membuka kilang pertama pada 1961 dan mereka terus memperbesar kapasitas. Dalam situs resminya, Shell Singapura bahkan menyatakan kilang terbesar mereka di dunia ada di Singapura. ExxonMobil juga mengoperasikan sejumlah kilang di Singapura dengan kapasitas total mencapai lebih dari 500 ribu barel per hari. Angka ini termasuk besar karena lebih dari sepertiga kapasitas kilang Singapura atau separuh kapasitas kilang Indonesia.
Kedatangan kilang ini juga memancing industri besar yang terkait dengan minyak meski negara itu tak punya sumber tambangnya. Sumitomo Chemicals pun mendirikan pabrik petrokimia raksasa pertama di luar Jepang, yakni di Singapura, pada 1970-an.
Awalnya seperti dalam salah satu laporan Bank Dunia—disebutkan banyak yang skeptisterhadap rencana Sumitomo itu karena Singapura tidak memiliki tambang minyak yang bakal menjadi bahan baku industri ini. Tapi di Singapura itu banyak kilang minyak raksasa. Mereka siap memasok kebutuhan bahan baku petrokimia.
Komentar :
Quote:
Nahh begitu ceritanya, bagi panasbung yang nanya mengenai kilang minyak sekarang terjawab yah…
Sudah saatnya bangun kilang minyak, dan itu tidak 2 minggu, tapi 10 tahun bung (sebutan untuk panasbung), mungkin selesai setelah Jokowi bukan presiden lagi. Apapun itu ada baiknya berpikir membangun bangsa bersama-sama, jangan suka menebar jonru.
Oh iya mari kita budayakan hemat bbm, termasuk menasihati ababil2 (cikal bakal panasbung) yang suka naik motor kalau mau ke warung walau hanya 100 meter, pakai motor kalau ke sekolah padahal masih SMP dan hemat listrik. Oh satu lagi : mengedepankan pendidikan sains dan teknik agar banyak engineer perminyakan dan geologist handal di bumi pertiwi ini - jangan hanya ilmu politik, hukum, apalagi agama. Soalnya dah banyak ahli2 di bidang ituh dan terbukti suka bikin rusuh ..…
Sudah saatnya bangun kilang minyak, dan itu tidak 2 minggu, tapi 10 tahun bung (sebutan untuk panasbung), mungkin selesai setelah Jokowi bukan presiden lagi. Apapun itu ada baiknya berpikir membangun bangsa bersama-sama, jangan suka menebar jonru.
Oh iya mari kita budayakan hemat bbm, termasuk menasihati ababil2 (cikal bakal panasbung) yang suka naik motor kalau mau ke warung walau hanya 100 meter, pakai motor kalau ke sekolah padahal masih SMP dan hemat listrik. Oh satu lagi : mengedepankan pendidikan sains dan teknik agar banyak engineer perminyakan dan geologist handal di bumi pertiwi ini - jangan hanya ilmu politik, hukum, apalagi agama. Soalnya dah banyak ahli2 di bidang ituh dan terbukti suka bikin rusuh ..…
[SPOILER=Sumber, seperti biasa :]
MAJALAH DETIK : EDISI 159 | 15 - 21 DESEMBER 2014 [url=http://www.detik.com[/SPOILER]]www.detik.com[/SPOILER][/url]
Diubah oleh ust.jayakomara 18-12-2014 04:58
0
2.8K
Kutip
11
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan