- Beranda
- Komunitas
- Food & Travel
- Travellers
Silent Time in Pangrango
TS
smart70again
Silent Time in Pangrango
Jumat ini (5/12/14) Pangrango telah memanggil, sayup sayup pangilan petang bersyair riuh mengatakan hulu wano na Pakuan, bersama teman mencoba melatih kesabaran dan mengenyahkan ego demi menapakan kaki di Jantung Pangrango.

Rasa suka maupun duka dimulai seiring dengan peluit petugas kereta api tebet yang telah ditiupkan. Langkah, tawa, serta rangkulan kekerabatan saling mengisi ruangan kereta api yang telah dipadati oleh penumpang lainnya, hari itu juga menjadi satu saksi bisu dimana saya berkenalan dengan 10 manusia tangguh dengan tekat dan tujuan yang sama. (Abang Ray dan Istri / Aak Tama / Aak Galih / Teteh Noe / Aak Arif / Aak Hafidz / Aak Deny / Aak Budi / Aak Guntur / dan 2 sahabat saya Land dan Ahung # semoga tulisan ini dapat menjadi kenangan suka diantara kita semua. Amin).
Baiklah sesuai dengan janji, kali ini saya mengunjungi Gunung Pangrango yang berada di daerah jawa barat, dengan ketinggian di 3.019 m dpl, menjadikannya daerah tertinggi di Pakuan, maka tak heran bila Pangrango menjadi salah satu favorit para mountaineering untuk dapat menikmati indahnya alam.
Dimotori oleh aak Ray, yang menjadi promotor road to pangrango edisi kali ini, yang bersedia bertugas menyiapkan segala kebutuhan dan perincian biaya demi membuat kenyamanan 13 personel selama pendakian.
Dari daerah Jakarta (Khususnya Jakarta Pusat) daerah ini dapat ditempuh dengan waktu 3 sampai 4 jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan pribadi, namun sayangnya dalam perjalanan kali ini kami lebih memilih sistem pengetengan, demi menghemat anggaran yang tipis dihari yang kritis, xixixi.
Tepat pukul 21.00 WIB, para personel telah tiba di stasiun tebet, dengan biaya Rp 4.500 rupiah kereta ini akan mengantarkan kami menuju stasiun bogor, lama perjalanan kurang lebih 1 setengah jam, sesampainya di bogor penyewaan angkot menjadi alternatif yang kami pilih, dengan bermodalkan nego yang alot, ketat, dan setajam silet, kami berhasil mencarter angkot dengan harga Rp 280.000 yang siap mengantarkan kami langsung menuju cibodas.
Tidak ada nominal pasti untuk masuk ke daerah ini, pembatasan kuota pendaki, dan banyaknya calo pedaftaran membuat harga pendakian menjadi tidak menentu, disisi lain, kosumsi harga makanan disana tidak terlalu mahal, Misal : untuk makanan berisi nasi, telor dan sayur hanya dibandrol dengan harga 10 ribu saja, pop mie dibandrol dengan harga 7 ribu rupiah, rokok samsu / filter dibandrol 2 ribu rupiah perbatang/16 ribu untuk 1 bungkusnya. Dititik awal ini juga terdapat berbagai macam souvenir, seperti baju, kalung serta penjualan makanan khas daerah pangrango seperti dodol dan kripik kripikan, tidak ada harga pasti dan tergantung hasil nego yang baik dan bijak.
Jam yang terus berlarian menunjukan angka 2 dini hari, dan ku katan cibodas telah menyapa, sejenak kami bersantai dan merebahkan badan pada rumah singgah yang telah disewa, beberapa personel tampak menyiapkan peralatan selama pendakian, dan beberapa lagi tertidur pulas diantara dinginnya daerah ini,
Untuk menuju ke puncak pangrango dapat dilalui dari 3 rute yang telah tersedia yaitu Jalur Gunung Putri, Jalur Cibodas dan Jalur Salabintana, untuk sekedar informasi juga, gunung pangrango berbeda dengan saudara kandung nih gunung yaitu gunung gede. Jadi kalau ada terdengar istilah Gede Pangrango, maka itu artinya gunung Gede dan Gunung Pangrango, baiklah kalau begitu, kita kembali ke rute perjalanan.
Tepat pukul setengah 5 pagi, kaki kaki kecil ini telah mulai melangkah melawan dingin tuk menyusuri misteri alam yang tersembunyi, diawali dengan memasuki pos cibodas, dimana kita harus menunjukan surat ijin pendakian, didalam pos ini kita akan didata dan diperiksa kelengkapannya, setelah urusan surat menyurat terselesaikan maka kaki akan mulai pertarungan yang sebenarnya, rintagan pertama merupakan kawasan konservasi hutan dimana jalur tempuh berupa susunan bebatuan yang tertata indah, didalam rute perjalanan ini terdapat sebuah danau atau apalah itu yang dikatakan telaga biru, melewati telaga biru kita akan disambut jembatan panjang nan indah yang membentang kurang lebih 1 Km. setelah melewati daerah konservasi maka kita akan sampai pada pos pertama yang bernama Curug Cibeureum, daerah ini merupakan simpang 3 yang menjadi perpisahan pendakian kepuncak gunung dan daerah wisata air terjun Ciberum.
Setelah melewati pos pertama maka perjalanan akan semakin menyedihkan, tanjakan yang mulai terasa membuat sedih yang tak berujung, namun tekad yang bulat mebutakan rasa lelah, dari sini kita akan melewati beberapa pos lagi untuk dapat menuju jalur air panas cibodas gan, namun ane lupa nama nama pos nya, xixixixi..
Dijaluar air panas ini, kita harus berhati hati, disamping jalurnya yang licin, dan disebelah kanan dihadapkan pada jurang yang menganga bak singa yang siap menerkam, belum lagi pembatas yang digunakan hanya sekedar tambang yang tak kokoh, disarankan pada jalur ini agan mengenakan sepatu, soalnya saya yang menggunakan sandal gunung merasakan panasnya air tersebut L , namun disisi terpinggir air panas ini terlihat banyak para pendaki yang menghangatkan tubuh, karena aliran air nya yang tidak se hot poros tengahnya.
Lanjut dari rute air panas, kita akan disambut oleh kandang batu, merupakan salah satu tempat untuk ngecamp, mungkin karena banyaknya bebatuan disini maka dinamakan kandang batu, setelah melalui kandang batu, akhirnya kami tiba di rute kandang badak tepat pada pukul 12.00 WIB siang, pos ini menjadi salah satu pos favorit untuk ngecamp, karena adanya sumber mata air dan dataran yang luas gan, hal yang teraneh disini ialah kita dapat menjumpai 2 warung yang menjual pop mie, kopi kopian dan rokok, xixixixi, warung ditengah hutan, super sekali.

Dari sini, kita akan berjalan keatas menuju puncak gunung gan, namun perhatikan pelang tanda, sebab dipertigaan rute lurus akan mengarahkan agan kepuncak gunung gede dan rute ke kanan akan mengantarkan kita menuju hulu wano na Pakuan alias puncak gunung pangrango, nah dari sini kita tidak memiliki bonus lagi, jalan akan semakin terjal dan menajak dengan angkuhnya, beberapa jalur malah hanya setapak dengan berbagai rintangannya, cukup buat nangis darah deh gan, apalagi hujan yang turun dengan seksinya mengetarkan kaki, dan akhirnya kami tunda untuk menuju puncak gunung gede pada pukul 21.00 WIB, terjebak diantara jalan terjang dan badan yang mulai mengkaku, kami memaksakan tuk membangun tenda di tengah jalur/jalan pendakian, maafkan kami ya kakak dan aak, xixixixix,
Indomie, kopi, dan makanan seadanya menjadi menu restoran bintang wahid yang menghangatkan tubuh pada sepinya malam itu, dan yang paling ironism keadaan tanah yang tidak datar hanya memungkinkan kami untuk membuka 2 tenda saja, yang diisi oleh 9 orang, maka 4 orang tersisa harus bercumbu mesra dengan beralaskan matras dan sleeping bed saja, getaran vibrator silih berganti, namun bukan untuk merangsang pasangan, tapi karena dingin yang telah meretakan sendi sendi tulang yang kekar ini, xixixixi.
Jam 7 pagi para personel telah dibangunkan oleh embun dan rintik hujan yang teramat dingin, namun perjalan ke puncak yang hanya menghitung menit saja, tidak akan kami gadaikan oleh rasa lelah dan dingin yang kini mengerogoti, jam 10 pagi kaki kembali berjalan menerobos kabut dan hujan, hanya berkisar 15 menit dari camp yang kami dirikan, akhirnya misi ini selesai, dan kami temukan arti kesabaran demi suatu keindahan, puncak pangrango tidak seindah puncak gede gan, soalnya dipuncak ini masih terdapat banyak pepohonan, sehingga tidak membuat mata
menjadi plong, diatas puncak ini juga terdapat hamparan tanaman edelweis yang indah dan dinamakan alun alun Mandalawangi. Oke sekarang saatnya narsis dulu ya gan..

Rasa suka maupun duka dimulai seiring dengan peluit petugas kereta api tebet yang telah ditiupkan. Langkah, tawa, serta rangkulan kekerabatan saling mengisi ruangan kereta api yang telah dipadati oleh penumpang lainnya, hari itu juga menjadi satu saksi bisu dimana saya berkenalan dengan 10 manusia tangguh dengan tekat dan tujuan yang sama. (Abang Ray dan Istri / Aak Tama / Aak Galih / Teteh Noe / Aak Arif / Aak Hafidz / Aak Deny / Aak Budi / Aak Guntur / dan 2 sahabat saya Land dan Ahung # semoga tulisan ini dapat menjadi kenangan suka diantara kita semua. Amin).
Baiklah sesuai dengan janji, kali ini saya mengunjungi Gunung Pangrango yang berada di daerah jawa barat, dengan ketinggian di 3.019 m dpl, menjadikannya daerah tertinggi di Pakuan, maka tak heran bila Pangrango menjadi salah satu favorit para mountaineering untuk dapat menikmati indahnya alam.
Dimotori oleh aak Ray, yang menjadi promotor road to pangrango edisi kali ini, yang bersedia bertugas menyiapkan segala kebutuhan dan perincian biaya demi membuat kenyamanan 13 personel selama pendakian.
Dari daerah Jakarta (Khususnya Jakarta Pusat) daerah ini dapat ditempuh dengan waktu 3 sampai 4 jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan pribadi, namun sayangnya dalam perjalanan kali ini kami lebih memilih sistem pengetengan, demi menghemat anggaran yang tipis dihari yang kritis, xixixi.
Tepat pukul 21.00 WIB, para personel telah tiba di stasiun tebet, dengan biaya Rp 4.500 rupiah kereta ini akan mengantarkan kami menuju stasiun bogor, lama perjalanan kurang lebih 1 setengah jam, sesampainya di bogor penyewaan angkot menjadi alternatif yang kami pilih, dengan bermodalkan nego yang alot, ketat, dan setajam silet, kami berhasil mencarter angkot dengan harga Rp 280.000 yang siap mengantarkan kami langsung menuju cibodas.
Tidak ada nominal pasti untuk masuk ke daerah ini, pembatasan kuota pendaki, dan banyaknya calo pedaftaran membuat harga pendakian menjadi tidak menentu, disisi lain, kosumsi harga makanan disana tidak terlalu mahal, Misal : untuk makanan berisi nasi, telor dan sayur hanya dibandrol dengan harga 10 ribu saja, pop mie dibandrol dengan harga 7 ribu rupiah, rokok samsu / filter dibandrol 2 ribu rupiah perbatang/16 ribu untuk 1 bungkusnya. Dititik awal ini juga terdapat berbagai macam souvenir, seperti baju, kalung serta penjualan makanan khas daerah pangrango seperti dodol dan kripik kripikan, tidak ada harga pasti dan tergantung hasil nego yang baik dan bijak.
Jam yang terus berlarian menunjukan angka 2 dini hari, dan ku katan cibodas telah menyapa, sejenak kami bersantai dan merebahkan badan pada rumah singgah yang telah disewa, beberapa personel tampak menyiapkan peralatan selama pendakian, dan beberapa lagi tertidur pulas diantara dinginnya daerah ini,
Untuk menuju ke puncak pangrango dapat dilalui dari 3 rute yang telah tersedia yaitu Jalur Gunung Putri, Jalur Cibodas dan Jalur Salabintana, untuk sekedar informasi juga, gunung pangrango berbeda dengan saudara kandung nih gunung yaitu gunung gede. Jadi kalau ada terdengar istilah Gede Pangrango, maka itu artinya gunung Gede dan Gunung Pangrango, baiklah kalau begitu, kita kembali ke rute perjalanan.
Tepat pukul setengah 5 pagi, kaki kaki kecil ini telah mulai melangkah melawan dingin tuk menyusuri misteri alam yang tersembunyi, diawali dengan memasuki pos cibodas, dimana kita harus menunjukan surat ijin pendakian, didalam pos ini kita akan didata dan diperiksa kelengkapannya, setelah urusan surat menyurat terselesaikan maka kaki akan mulai pertarungan yang sebenarnya, rintagan pertama merupakan kawasan konservasi hutan dimana jalur tempuh berupa susunan bebatuan yang tertata indah, didalam rute perjalanan ini terdapat sebuah danau atau apalah itu yang dikatakan telaga biru, melewati telaga biru kita akan disambut jembatan panjang nan indah yang membentang kurang lebih 1 Km. setelah melewati daerah konservasi maka kita akan sampai pada pos pertama yang bernama Curug Cibeureum, daerah ini merupakan simpang 3 yang menjadi perpisahan pendakian kepuncak gunung dan daerah wisata air terjun Ciberum.
Setelah melewati pos pertama maka perjalanan akan semakin menyedihkan, tanjakan yang mulai terasa membuat sedih yang tak berujung, namun tekad yang bulat mebutakan rasa lelah, dari sini kita akan melewati beberapa pos lagi untuk dapat menuju jalur air panas cibodas gan, namun ane lupa nama nama pos nya, xixixixi..
Dijaluar air panas ini, kita harus berhati hati, disamping jalurnya yang licin, dan disebelah kanan dihadapkan pada jurang yang menganga bak singa yang siap menerkam, belum lagi pembatas yang digunakan hanya sekedar tambang yang tak kokoh, disarankan pada jalur ini agan mengenakan sepatu, soalnya saya yang menggunakan sandal gunung merasakan panasnya air tersebut L , namun disisi terpinggir air panas ini terlihat banyak para pendaki yang menghangatkan tubuh, karena aliran air nya yang tidak se hot poros tengahnya.
Lanjut dari rute air panas, kita akan disambut oleh kandang batu, merupakan salah satu tempat untuk ngecamp, mungkin karena banyaknya bebatuan disini maka dinamakan kandang batu, setelah melalui kandang batu, akhirnya kami tiba di rute kandang badak tepat pada pukul 12.00 WIB siang, pos ini menjadi salah satu pos favorit untuk ngecamp, karena adanya sumber mata air dan dataran yang luas gan, hal yang teraneh disini ialah kita dapat menjumpai 2 warung yang menjual pop mie, kopi kopian dan rokok, xixixixi, warung ditengah hutan, super sekali.

Dari sini, kita akan berjalan keatas menuju puncak gunung gan, namun perhatikan pelang tanda, sebab dipertigaan rute lurus akan mengarahkan agan kepuncak gunung gede dan rute ke kanan akan mengantarkan kita menuju hulu wano na Pakuan alias puncak gunung pangrango, nah dari sini kita tidak memiliki bonus lagi, jalan akan semakin terjal dan menajak dengan angkuhnya, beberapa jalur malah hanya setapak dengan berbagai rintangannya, cukup buat nangis darah deh gan, apalagi hujan yang turun dengan seksinya mengetarkan kaki, dan akhirnya kami tunda untuk menuju puncak gunung gede pada pukul 21.00 WIB, terjebak diantara jalan terjang dan badan yang mulai mengkaku, kami memaksakan tuk membangun tenda di tengah jalur/jalan pendakian, maafkan kami ya kakak dan aak, xixixixix,
Indomie, kopi, dan makanan seadanya menjadi menu restoran bintang wahid yang menghangatkan tubuh pada sepinya malam itu, dan yang paling ironism keadaan tanah yang tidak datar hanya memungkinkan kami untuk membuka 2 tenda saja, yang diisi oleh 9 orang, maka 4 orang tersisa harus bercumbu mesra dengan beralaskan matras dan sleeping bed saja, getaran vibrator silih berganti, namun bukan untuk merangsang pasangan, tapi karena dingin yang telah meretakan sendi sendi tulang yang kekar ini, xixixixi.
Jam 7 pagi para personel telah dibangunkan oleh embun dan rintik hujan yang teramat dingin, namun perjalan ke puncak yang hanya menghitung menit saja, tidak akan kami gadaikan oleh rasa lelah dan dingin yang kini mengerogoti, jam 10 pagi kaki kembali berjalan menerobos kabut dan hujan, hanya berkisar 15 menit dari camp yang kami dirikan, akhirnya misi ini selesai, dan kami temukan arti kesabaran demi suatu keindahan, puncak pangrango tidak seindah puncak gede gan, soalnya dipuncak ini masih terdapat banyak pepohonan, sehingga tidak membuat mata
menjadi plong, diatas puncak ini juga terdapat hamparan tanaman edelweis yang indah dan dinamakan alun alun Mandalawangi. Oke sekarang saatnya narsis dulu ya gan..
Silent Time In Pangrango
Pangrango berdetak hari ini, mengetarkan hati dan jiwa serta membawakan semangat baru dalam setiap aliran darah, ditempat ini ingin sekali ku berdiam diri dan bersatu diantara kicauan burung yang terbang bebas, diantara bisikan hati yang mulai memberontak, dan diantara cerita yang membawa aku kembali kepuncak ini.
Pangrango berdetak hari ini, mengetarkan hati dan jiwa serta membawakan semangat baru dalam setiap aliran darah, ditempat ini ingin sekali ku berdiam diri dan bersatu diantara kicauan burung yang terbang bebas, diantara bisikan hati yang mulai memberontak, dan diantara cerita yang membawa aku kembali kepuncak ini.
Lanjutannya baca disini ya gan ;
http://idhoalva.blogspot.com/2014/12...pangrango.html
Polling
0 suara
http://idhoalva.blogspot.com/2014/12/silent-time-in-pangrango.html
0
2K
3
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan