davearmstrongAvatar border
TS
davearmstrong
TORPEDO
Senjata utama KS adalah torpedo. Torpedo itu sendiri secara fisik merupakan suatu proyektil berbentuk silinder dengan diameter 21 inchi / 533 mm, dengan panjang sekitar empat sampai enam meter, dengan berat sekitar dua ton, yang memiliki bagian-bagian utama yaitu:

1. Kepala lacak Torpedo. yang biasanya berupa sonar pasif, pada Torpedo SUT berupa sonar aktif pasif dan hulu ledak, yang berada di depan.

2. Muatan pendorong Torpedo, biasanya tergantung dari type dan jenis Torpedonya (batere bagi Torpedo type SAET 50, karosine dan UTT bagi Torpedo type ET 80, HTP (High Test Peroxide) pada Torpedo type USET 80).

3. Kepala pemikir dan peralatan kendali Torpedo, (gyro compass dan gyro stabilizer, membrane pengukur kedalaman, control system and actuator, yang mengendalikan arah kecepatan dan kedalaman).

4. Mesin pendorong /propulsi. (berupa turbin uap pada ET 80 dan motor listrik pada SAET 40 dan Torpedo SUT).

5. Sirip kendali Torpedo (kemudi tegak dan kemudi horizontal)

6. Sepasang twin screw counter rotating propeller alias baling-baling kembar yang berputar berlawanan arah.

Secara sederhana terdapat dua jenis Torpedo dilihat dari cara bekerjanya dalam melacak dan mengejar sasaran, yaitu Torpedo pandu macam Type ET 80 (steam gas, straight run torpedo) dan Torpedo Fire Forget macam Type SAET 40 (elektric torpedo, passive sonar homing head guidance) yang merupakan pengembangan dari torpedo Jerman LUT (Lage Unabhangiger Torpedo) torpedo jenis ini dapat ditembakkan tanpa memperdulikan kedudukan kapal musuh dan dikendalikan dengan sonar pasif.

Cara kerja Torpedo secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut : Sesaat setelah ditembakkan dari dalam peluncur torpedo, maka tangki muatan pendorong akan memberikan muatannya kepada mesin pendorong dan mesin akan bekerja memutar twin screw counter rotating propeller. Torpedo akan meluncur menuju sasaran dengan kecepatan minimal sekitar dua puluh knot. Pada ET 80 (steam gas, straight run torpedo), sesuai dengan namanya, torpedo akan berjalan lurus, sesuai arah, kecepatan dan kedalaman menuju sasaran yang telah diprogramkan terlebih dahulu melalui bilik hitung penembakan Torpedo.

Sedangkan pada SAET 40 (elektric torpedo, passive sonar homing head guidance) yang berjenis fire forget, pertama torpedo akan meluncur menuju sasaran dengan haluan dasar awal yang telah ditentukan di bilik hitung, kemudian torpedo akan mencari sasarannya sendiri berdasarkan gersik suara propeller kapal lawan, melalui tuntunan sensor sonar pasif yang ada dikepalanya.

Peluncuran Torpedo kearah sasarannya didorong oleh twin screw counter rotating propellernya, yang dapat menjamin bahwa torpedo tidak akan mengalami momen puntir dari putaran motornya sendiri, dan ditahan pada kedalaman yang dikehendaki dengan diatur oleh membrane pengukur kedalaman yang dilaksanakan oleh sirip horisontalnya, serta dijaga pada arah haluannya dengan dikendalikan oleh gyro kompas, yang pelaksanaanya dilakukan oleh kemudi tegaknya. Ledakan torpedo sendiri akan dipicu dari beberapa macam fuze detonator, baik contact, proximity fuze maupun magnetic fuze. Terkadang beberapa fuze di aktifkan bersama untuk memperoleh 100% kepastian ledak. Hulu ledaknya yang berisi sekitar 200 kg TNT, dipastikan akan dapat menjebol dan mematahkan hull kapal perang jenis manapun yang kena hantamannya, apalagi bila ledakkannya disetel pada suatu jarak kedalaman tertentu dari lunas kapal sasaran dalam rangka memperoleh keuntungan “double blast effect”.

Secara umum, kebanyakan dari torpedo dirancang untuk meledak pada jarak yang sangat dekat dengan kapal sasaran. Efek dari ledakan tersebut akan membentuk sebuah ruang udara kosong didalam air yang disebut “void”, akibat tekanan udara dari void tersebut akan menyebabkan kerusakan struktur lambung kapal,

kerusakan tersebut akan semakin diperparah dengan beban dari struktur lambung kapal itu sendiri. Dengan kata lain, ledakan torpedo menghasilkan gelembung udara yang sangat besar dibawah kapal, sehingga memberikan beban tekanan atau mengangkat sebagian dari lambung kapal, efek dari beban tekanan ke lambung secara local tersebut yang akan merusak kapal.

Torpedo sendiri dapat disetting untuk meledak pada jangkauan jarak dan kedalaman tertentu, yang idealnya pada bagian tengah kapal (midship). Ledakan akan mengangkat kapal pada titik ini, kemudian lambung kapal akan “dijatuhkan” karena pecahnya void tadi. Jadi sebetulnya torpedo tidak benar-benar memukul lambung kapal sasaran, karena torpedo meledak dibawah kapal.

Void tersebut sebetulnya adalah gelembung udara yang berisi uap air dalam jumlah yang sangat banyak, sehingga mampu mengangkat kapal dan menjatuhkannya lagi, dimana pada saat yang sama efek ledakan tersebut juga menghantam lambung kapal.

Secara teknis untuk penembakan torpedo ada beberapa cara yang secara garis besar dapat digolong dalam dua bagian besar, yaitu:
1. Di “lontarkan” dengan cara impulse atau pemberian tekanan dari dalam tabung peluncur, baik dengan tekanan udara (UTT penembakan torpedo), maupun dengan tekanan air penembakan (system silinder tekanan air)

2. Di”luncur”kan dengan tenaga torpedo sendiri atau swimmout alias system propulsi torpedo telah bekerja melaksanakan pendorongan saat torpedo masih berada dalam tabung peluncurnya.

Contoh cara penembakan dengan UTT (Udara Tekanan Tinggi) dapat dijumpai pada kapalselam Whiskey class (baik dengan BTS, yang akan mencegah gelembung udara penembakan muncul kepermukaan air, maupun non BTS), dan yang lebih modern adalah penembakan dengan tekanan air (peluncur Krupp MAK, peluncur Straghan & Henshaw), peluncur yang disebut pertama dapat dijumpai pada KS S-33 Argentina type TR 1700 buatan TNSW (Thysen Nord See Werke), Jerman. Sedangkan contoh cara peluncuran dengan swimmout (system ini yang banyak dipergunakan pada kapalselam modern) dapat diketemukan mulai pada KS Type U-206, U-209, Kilo Class 877/636, 212 dan Amur.

Cara peluncuran dengan swimmout ini secara teoritis dapat dipandang sebagai cara yang akan amat menghemat material yang dipergunakan untuk membuat Tabung peluncur torpedo, sebab beban tekanan peluncuran relative jauh lebih ringan, hanya sebesar tekanan kedalaman selam penembakan saja. Bila dibandingkan dengan cara peluncuran yang menggunakan system impulse UTT, yang selain membutuhkan kemampuan Tabung peluncur dalam menerima tekanan kedalaman selam, juga harus bertahan dalam menerima sentakan /impulse tekanan 250 bar dari botol UTT penembakan torpedo.

Torpedo sendiri juga dapat didasarkan berdasarkan fungsinya, yaitu Torpedo khusus untuk Latihan dan Torpedo yang memang digunakan untuk berperang. Biasanya dua torpedo ini dibedakan dari berat dan huku ledak yang dibawanya, dimana Torpedo untuk latihan itu lebih ringan daripada Torpedo perang.

Indonesia sendiri menggunakan lisensi dari AEG (Allgemeine Elektrizitäts-Gesellschaft, General Electricity Company) Jerman, PT. DI mulai memproduksi SUT (Surface and Underwater Target) Torpedo di Kawasan Produksi V di Pulau Madura. Pada awalnya saat pertama kali di buat PT. DI diproduksi 100 buah SUT Torpedo sesuai pesanan Dephan dan akan terus bertambah hingga saat ini.

PT. DI membuat dua varian SUT Torpedo, latihan dan perang. Khusus varian latihan baterai torpedo dapat diisi ulang. Satu kali isi ulang dapat digunakan 10 hingga 15 kali latihan. Umur baterai Torpedo dapat diperpanjang, Hal ini membuat usia pakai SUT Torpedo menjadi lebih lama.

Panjang SUT Torpedo dengan kasket 6620 mm, sedangkan tanpa kasket 6150 mm. Berat torpedo varian perang 1413.6 kg, varian latihan 1224 kg. Dengan membawa hulu ledak seberat 225 kg SUT Torpedo mampu mengkaramkan sebuah frigate. Jarak jangkau SUT Torpedo adalah sekitar 38 km dengan kemampuan menyelam hingga lebih dari 100 m. Dalam menuju sasarannya Torpedo SUT digerakkan dengan motor listrik yang mampu memberikan daya dorong hingga 35 knots dengan tingkat kebisingan rendah dan dipandu menggunakan sistem pemandu sonar pasif dan aktif.

Dalam mempersiapkan untuk melaksanakan latihan penembakan torpedo, torpedo yang akan ditembakkan diperiksa dari sisi teknis secara menyeluruh dibengkel torpedo. Tangki bahan bakar diisi, demikian juga botol UTT (untuk torpedo berjenis stream gas). Motor turbin torpedo dicoba diputar dengan menggunakan UTT. Semua peralatan bergerak dicoba kemudahan bergeraknya, diperiksa dan dibersihkan dari karat yang memungkinkan terjadinya kemacetan gerakan peralatan tersebut. Setelah keseluruhan pemeriksaan selesai dan segala sesuatunya sesuai dengan yang diharapkan, maka Kepala Bengkel Torpedo akan menandatangani protokol yang menyatakan bahwa torpedo siap dipergunakan untuk latihan. Proses pemeriksaan semacam ini biasanya berjalan satu sampai dua minggu lamanya.

Dalam Pola Latihan penembakan Torpedo itu sendiri dibagi menjadi beeberapa tahapan latihan, yaitu Latihan Dry firing, Latihan Wet firing dan Latihan Penembakan Torpedo Perang.

Latihan dry firing ini dilaksanakan di”attack teacher” (Submarine Training Center), suatu ruangan yang merupakan yang mensimulasikan ruang sentral KS, lengkap dengan periskop, bilik hitung penembakan torpedo, meja peta tempat para anggota team penembakan torpedo menghitung segitiga penembakan torpedo, juga sekaligus mensimulasikan laut dengan kapal atas air atau KS lawan yang menjadi sasarannya. Komandan membaring sasarannya, menginformasikan kepada team penembakan torpedo, dan team memplot data awal ini pada peta, lalu membaring lagi kedua kalinya untuk memperoleh kepastian haluan kapal lawan dan kecepatan nya. Data kedua diplot kembali dipeta, dan dari kedua data ini, para team yang telah terlatih diharapkan lalu sudah akan dapat menyimpulkan, kemana haluan kapal, berapa kecepatannya, dan lalu menghitung segitiga penembakan torpedo: kecepatan luncur torpedo, arah luncuran, agar pada waktunya nanti, torpedo dan kapal sasaran akan bertemu pada satu titik! (Secara matematis, kegiatan ini dapat dimodelkan sebagai berikut: dV/dt kapal sasaran = dV/dt torpedo, atau perubahan kecepatan kapal sasaran dan perubahan kecepatan torpedo pada setiap saat sama, dengan batasan bahwa sudut δ tetha antara haluan sasaran dan haluan torpedo constant.)

Komandan biasanya masih akan membaring sasarannya dengan periskop untuk ketiga kalinya, guna meyakinkan bahwa data data kapal sasaran tidak berubah, baik haluan serta kecepatan. Bila segala sesuatunya sesuai dengan perhitungan awal, diberikan perintah, penyiapan salah satu torpedo dalam peluncur, dengan setting kedalaman luncur, penggunaan penggalak/fuze dll. Terakhir, diperintahkan untuk menembakkan torpedo kearah sasaran. Pada latihan ini lebih ditekankan pada pengujian kekompakan serta ketepatan perhitungan team penembakan torpedo.

Setelah Komandan beserta Team Penembakan Torpedonya lulus dalam ujian di”attack teacher”, maka periode berikutnya adalah melaksanakan “torpedo wet firing”. Mutlak perlu untuk diketahui, bahwa sebelum itu, KS beserta seluruh awak kapalnya, diharuskan telah lulus dulu dalam ujian sebagai suatu system senjata dan manusia terpadu (integrated man and weapon), yang biasa disebut dengan sadaca.

Semua hal yang tersebut dalam uraian pada torpedo dry firing terdahulu dilaksanakan ulang kembali. Hanya bedanya adalah bahwa team melakukan keseluruhan perhitungan ini didalam KS betulan, dimeja peta betulan, dengan bilik hitung torpedo betulan, dan bukan dalam simulator. Juga kapal sasaran merupakan kapal yang bergerak sendiri dipermukaan laut atau dikedalaman laut bebas. Torpedo yang harus disettingpun benar-benar berada dalam peluncur. Torpedo yang diluncurkan, akan menuju kapal sasaran, dan pada akhir luncurannya, akan mengapung serta siap dipungut oleh TCB (Torpedo Catching Boat).

Setelah tahapan Wet firing, maka Team Penembakan Torpedonya Kembali lagi diuji dalam Latihan Penembakan Torpedo Perang, keseluruhan uraian yang telah ditulis dalam point tentang latihan penembakan torpedo latihan akan terulang disini. Hanya kini torpedo yang berada dalam peluncur adalah torpedo perang (bukan sekedar torpedo latiha) lengkap dengan segala resiko torpedo perang, dengan hulu ledak yang benar benar siap menghancurkan kapal sasaran. Kali ini pada akhir latihan tidak ada lagi torpedo yang harus dipungut oleh TCB.

Tujuan penembakan torpedo latihan, mengandung beberapa maksud. Bagi Komandan kapal dan Team Penembakan Torpedo, latihan ini akan merupakan ujian kemampuan mereka mengendalikan torpedo sampai kesasarannya. Bagi torpedonya sendiri, latihan ini antara lain menguji kemampuan kepala pemikir (dan juga actuator kendali, baik motor listrik, kemudi tegak / rudder dan hydroplane) dalam mengendalikan torpedo ( baik dalam hal arah, kedalaman selam, penggunaan fuze, kecepatan luncur), dan juga menguji kemampuan batere torpedo. Perlu diingat, bahwa latihan penembakan torpedo, akan melibatkan amat banyak personil dan unsur, termasuk kapal sasaran dan kapal pengawas latihan.

Dengan mengetahui lack time antara response time ideal dan response time real, dapat dilakukan penyempurnaan terhadap torpedo tersebut sebelum disiapkan dan dimuat kedalam KS sebagai torpedo dengan kwalifikasi siap tempur. Besar kecilnya cacat torpedo dapat dilihat dari nilai diferensial dt riil / dt ideal, dan kemudian dapat diperbaiki dengan mengatur kembali sensitivity pada potensiometer dengan senantiasa memperhatikan katakteristik output input IC yang terkait.

Apakah ada resiko kegagalan dalam setiap penembakan torpedo?

Ya ada, torpedo yabng tidak mengenai sasarannya dan hilang dalam setiap latihan penembakan torpedo bukanlah merupakan monopoli Angkatan Laut Negara Berkembang saja. Bahkan Angkatan Laut negara maju pun yang telah memiliki pengalaman beberapa dekade dalam membuat dan mengoperasikan KS juga masih memiliki problem yang sama. Dalam menghadapi problem tersebut penyebab kegagalan penembakan torpedo dikategorikan dalam beberapa sebab, yang dapat dibagi dalam tiga kategori utama, yaitu:

1. Human error, kesalahan operator yaitu:
Kesalahan setting kedalaman penembakan, biasanya terjadi karena pengkonversian satuan panjang meter dengan satuan panjang feet.

Kesalahan memasukkan baringan sasaran, antara baringan relatif (relative bearing) dengan baringan benar (true bearing).

Pengujian kesiapan torpedo melalui TFC menemukan beberapa kesalahan/ketidaksiapan torpedo, tetapi diputuskan untuk tetap menembakkan torpedo dengan harapan fifty-fifty (untung untungan siapa tahu akan berhasil)

Operator torpedo tidak memperhitungkan kapasitas batere yang tersisa, sehingga saat diberi beban kecepatan tinggi batere telah exhausted sebelum waktunya dan tenggelam. (hal semacam ini telah dapat diantisipasi oleh kita dengan pemasangan ULB-362-PL, emergency beacon buatan RJE International, yang akan aktif sesaat setelah terjadi power loss).

2. Material fault, kesalahan peralatan yaitu :
Gangguan pada TFC (Torpedo Fire Control) sehingga menurut teman satu team saya saat duluuuu bertugas di KS, yang tugasnya spesialis CMS SINBADS KS 209, yang didalamnya terdapat Peralatan NUG HSA (Nachrichten Ubertra gungs Gerate, peralatan penerus perintah dari TFC ke torpedo) sampai menjuluki HSA ini sebagai (Holland Sabotage Aparat), saking sering rewelnya hahaha… (saat ini SINBADS 209 kita telah diganti MSI 90U MK2)

Gangguan pada power system torpedo sendiri, baik yang berupa low baterry capacity, maupun kegagalan kerja motor propulsi.

Gangguan pada unit pelaksana perintah/system kendali torpedo, berupa kegagalan kemudi vertical untuk mempertahankan arah luncuran sesuai yang dikehendaki oleh TFC, maupun kegagalan kemudi horizontal untuk mempertahankan kedalaman, sehingga torpedo menghunjam kedasar laut.

Gangguan pada kepala pemikir torpedo, berupa kegagalan gyro horizontal maupun vertical, alat pengatur kedalaman, ataupun sonar pasif pada kepala pelacak.

Gangguan pada unit elektronika, yang harus menterjemahkan apa yang dikehendaki oleh kepala pemikir, menjadi perintah (command voltage) kepada unit pelaksana perintah.

Tidak bekerjanya lampu penunjuk tikas (yang harus menyala selama torpedo dalam lintasan), dan/atau juga tidak berfungsinya lampu cerlang (yang harus menyala padam berkelip kelip penunjuk posisi saat lintasan torpedo berakhir).

Tidak berfungsinya solenoid valve yang harus membuka UTM (udara tekanan menengah) yang berfungsi menghembus keluar air pemberat dikepala latihan, atau bocornya packing pengedap didaerah kepala latihan, sehingga daya apung torpedo latihan hilang. (keduanya tidak dapat dikontrol melalui inner check torpedo dari TFC, tapi harus dicheck saat persiapan torpedo dibengkel ) dan hasilnya adalah torpedo latihan tenggelam.

Tidak berfungsinya lampu cerlang, dan/atau juga tidak bekerjanya signal akustik pada kepala torpedo latihan, yang seharusnya menyala/mulai mentransfer signal saat torpedo latihan mulai mengapung. (Catatan: Torpedo SUT latihan memiliki dua lampu, lampu cerlang, aktif setelah akhir luncuran, dan lampu penunjuk tikas, 2000 watt, aktif segera setelah diluncurkan, untuk menunjukkan tikas torpedo saat dikendalikan menuju kesasaran).

3. Kesalahan karena gangguan alami yaitu :
Wire Break. Sekedar mengingatkan bahwa “Wire break” adalah hantu yang paling ditakuti saat kita menembakkan torpedo kendali kabel baik itu jenis torpedo latihan maupun torpedo perang. Wire break atau putusnya kabel komunikasi / kendali torpedo bisa terjadi karena kabel mengalami gigitan ikan-ikan kecil-kecil yang giginya amat tajam sehingga kabel mengalami short circuit dan data-data yang dikirimkan maupun diterima ke dan dari torpedo kacau balau. Dengan hilangnya komunikasi antara CMS dan torpedo maka yang terjadi adalah torpedo kehilangan kendali, dan biasanya lalu mengambil jalan yang paling aman (bagi torpedo) yakni menghunjam kedasar laut alias hilang.

Jalesveva Jayamahe”

Spoiler for :


sumber
Diubah oleh vitawulandari 12-12-2014 23:27
0
7.9K
24
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan