- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
7 Years Memories


TS
kocrot4acc
7 Years Memories

Selamat malam agan dan aganwati sekalian.
Disini ane mau berbagi pengalam pribadi tentang cinta pertama ane. Ane berharap setelah membaca cerita ini, agan/i sekalian dapat menginspirasi agan dan aganwati sekalian. Cerita ini real 100% sesuai yang ane alami.
Silahkan menyimak ceritanya

Spoiler for Perkenalan:
Ini adalah cerita tentang cinta pertamaku, sebuah cinta yang di sebut “cinta monyet” yang berumur 7 tahun.
Perkenalkan namaku David Leonardo, lahir dari keluarga yang serba kekurangan pada tanggal 31 januari 1991 di Lampung. Aku anak pertama dari tiga bersaudara dan kakak adik kembarku yang bernama Sinta dan Santi. Kisah ini terjadi ketika umurku menginjak umur 14 tahun di saat kelas 2 Sekolah Menengah Pertama, di saat ku menemukan seseorang yang ku cintai di usia yang sangat dini yang biasa di sebut “Cinta Monyet”.
Berawal dari ketidak harmonisan keluarga yang ku alami pada tahun 2002, keluargaku yang terdiri dari aku, ibuku, ayahku, dan kedua adik kembarku. Ketika suatu masalah besar yang datang di keluargaku terpaksa kami harus pindah ke rumah saudara kami di daerah Way Abung, Lampung. Tahun 2003 dimana kami berharap mendapatkan suatu solusi dari masalah kami yang pelik. Saat kami di rumah saudara kami, pakde atau kakak dari ayahku lebih tepatnya umurku masih 13 tahun dan baru masuk sekolah menengah pertama kelas 1 di sana.
Karena kami menumpang mau tidak mau kami harus membantu keluarga pakde, ibuku membantu bersih-bersih rumah, ayahku membantu perekonomian dengan cara berjualan martabak, dan aku serta kedua adikku membantu memelihara ternaknya. Kehidupan kami begitu mengenaskan, bagaikan pembantu yang bekerja demi tempat tinggal di rumah saudara kami sendiri.
Walaupun begitu aku masih dapat bersekolah dari hasil uang tabungan ayahku dan saat bulan puasa ayah dan ibuku memutuskan untuk pulang ke rumah kami di Lampung Tengah dengan membawa kedua adikku dikarenakan setelah 6 bulan kami menumpang justru timbul masalah baru. Tinggallah ku sendiri di rumah pakde bersama keluarganya, walau mereka tak mengucapkannya tapi aku tau bahwa mereka tak menginginkan ku berada di sana. Hingga akhirnya aku selesai ujian semester pertama dan aku pun pulang ke rumah dan pindah ke sekolah yang berjarak 8 km dari rumahku, itulah sekolah yang menjadi tempat pertemuanku dengan seseorang yang special di hidupku.
SMP Xaverius Kalirejo namanya, sekolah yang dulu sangat populer namun semakin meredup di telan jaman karena pembangunan yang berjalan di tempat. Aku ingat betul di saat pertama kali aku menginjakkan kaki di sekolah itu, dan di saat perkenalan di kelas baru tidak terlalu tegang karena rata-rata masih mayoritas dari teman satu sekolah di sekolah dasar dulu yang letaknya pun tak jauh dari sini. Hari demi hari ku lalui untuk mencari teman dari anak yang baru ku kenal, dan terus terang hobiku adalah menggambar dan aku mendapatkan seorang sahabat yang memiliki hobi yang sama denganku bernama Rudi.
Kami berdua menjadi pelukis paling handal saat itu karena di sekolah itu hanya kami berdua lah yang memiliki kemampuan menggambar, kami sering menjadi sukarela dalam mendekorasi ruangan kelas dan sekolah serta menjadi perwakilan dalam ajang lomba gambar yang biasa di adakan. Dari satu orang aku menjadi memiliki banyak teman yang di antaranya Ibrahim, Wawan, dan Benny yang rumahnya tak jauh dari rumahku. Kami ber empat berangkat sekolah menggunakan sepeda sampai ke sekolah dan karena rumahku paling dekat jadi aku anak terakhir yang bergabung dengan kelompok bersepeda kami.
Tak jarang kami balap sepeda dan melakukan hal-hal konyol di jalanan sepanjang kami berangkat sekolah seperti meniru orang balap grasstrack menggunakan motor. Banyak hal yang di perbincangkan selama perjalanan 8 kilometer yang kami kayuh seperti mau main kemana setelah pulang sekolah, mau bolos atau enggak dan perbincangan-perbincangan bocah yang lain. Memang ku bukanlah anak yang mudah bergaul dan itulah sebabnya tak jarang di sekolah aku menjadi korban “bullying” dari preman sekolah yang ada, pembullyan yang sungguh miris untuk di ingat hingga akhirnya tersangka bullying itu pun menjadi sahabatku karena dia merasa iba padaku, agak aneh memang.
Singkat cerita aku naik ke kelas 2 SMP dan bertemu dengan seorang anak perempuan yang membuat hatiku bergetar saat melihatnya, Ririn sapaan akrab untuknya. Aku memang sering melihat anak-anak lain berpacaran walau aku akui kami masih jauh di bawah umur dan mungkin karena itu pula aku jadi memiliki perasaan khusus terhadap Ririn. Walau banyak anak yang menyukai dia dan tak sedikit murid di sekolah ini masih memiliki hubungan saudara dengannya aku tak pernah mundur, pada awalnya memang aku hanya bisa memandang dia dari kejauhan karena seperti yang ku bilang kalau aku tak pandai bergaul.
Melihat banyaknya anak yang menyukainya membuatku hampir putus asa, tapi ketika ku akan mundur dari perjuangan suatu hal yan tak ku sangka-sangka terjadi, dia menyapaku, ya dia menyapaku, suatu hal kecil dan sepele yang membuatku merasa bahwa aku memiliki keberadaan di matanya. “Hai, kamu David kan?” sapanya “umm iya, kamu Ririn ya?” kataku, “kita satu kelas tapi kamu gak pernah negur aku, kamu pendiem banget ya” lanjutnya, dan terjadilah perbincanganku dengannya untuk yang pertama kalinya. Mungkin kalian merasa geli membacanya tapi percayalah bahwa saat itu adalah saat paling berharga bagiku, kami pun semakin dekat sebagai teman dan sering menghabiskan waktu bersama di sekolah.
Semakin besar perasaan aneh yang ku rasakan padanya dan dia pun meresponnya dengan positif hingga keinginanku untuk memilikinya semakin besar. Tiga bulan berlalu semenjak aku semakin dekat dengannya dan akhirnya ku beranikan untuk mengungkapkan perasaanku padanya, saat bel istirahat berbunyi aku bilang padanya “rin, nanti pulang sekolah jangan keluar kelas dulu ya” dan dia pun menjawab “emang kenapa vid?”, “ada yang mau aku omongin sama kamu” lanjutku, “iya deh” katanya.
Perkenalkan namaku David Leonardo, lahir dari keluarga yang serba kekurangan pada tanggal 31 januari 1991 di Lampung. Aku anak pertama dari tiga bersaudara dan kakak adik kembarku yang bernama Sinta dan Santi. Kisah ini terjadi ketika umurku menginjak umur 14 tahun di saat kelas 2 Sekolah Menengah Pertama, di saat ku menemukan seseorang yang ku cintai di usia yang sangat dini yang biasa di sebut “Cinta Monyet”.
Berawal dari ketidak harmonisan keluarga yang ku alami pada tahun 2002, keluargaku yang terdiri dari aku, ibuku, ayahku, dan kedua adik kembarku. Ketika suatu masalah besar yang datang di keluargaku terpaksa kami harus pindah ke rumah saudara kami di daerah Way Abung, Lampung. Tahun 2003 dimana kami berharap mendapatkan suatu solusi dari masalah kami yang pelik. Saat kami di rumah saudara kami, pakde atau kakak dari ayahku lebih tepatnya umurku masih 13 tahun dan baru masuk sekolah menengah pertama kelas 1 di sana.
Karena kami menumpang mau tidak mau kami harus membantu keluarga pakde, ibuku membantu bersih-bersih rumah, ayahku membantu perekonomian dengan cara berjualan martabak, dan aku serta kedua adikku membantu memelihara ternaknya. Kehidupan kami begitu mengenaskan, bagaikan pembantu yang bekerja demi tempat tinggal di rumah saudara kami sendiri.
Walaupun begitu aku masih dapat bersekolah dari hasil uang tabungan ayahku dan saat bulan puasa ayah dan ibuku memutuskan untuk pulang ke rumah kami di Lampung Tengah dengan membawa kedua adikku dikarenakan setelah 6 bulan kami menumpang justru timbul masalah baru. Tinggallah ku sendiri di rumah pakde bersama keluarganya, walau mereka tak mengucapkannya tapi aku tau bahwa mereka tak menginginkan ku berada di sana. Hingga akhirnya aku selesai ujian semester pertama dan aku pun pulang ke rumah dan pindah ke sekolah yang berjarak 8 km dari rumahku, itulah sekolah yang menjadi tempat pertemuanku dengan seseorang yang special di hidupku.
SMP Xaverius Kalirejo namanya, sekolah yang dulu sangat populer namun semakin meredup di telan jaman karena pembangunan yang berjalan di tempat. Aku ingat betul di saat pertama kali aku menginjakkan kaki di sekolah itu, dan di saat perkenalan di kelas baru tidak terlalu tegang karena rata-rata masih mayoritas dari teman satu sekolah di sekolah dasar dulu yang letaknya pun tak jauh dari sini. Hari demi hari ku lalui untuk mencari teman dari anak yang baru ku kenal, dan terus terang hobiku adalah menggambar dan aku mendapatkan seorang sahabat yang memiliki hobi yang sama denganku bernama Rudi.
Kami berdua menjadi pelukis paling handal saat itu karena di sekolah itu hanya kami berdua lah yang memiliki kemampuan menggambar, kami sering menjadi sukarela dalam mendekorasi ruangan kelas dan sekolah serta menjadi perwakilan dalam ajang lomba gambar yang biasa di adakan. Dari satu orang aku menjadi memiliki banyak teman yang di antaranya Ibrahim, Wawan, dan Benny yang rumahnya tak jauh dari rumahku. Kami ber empat berangkat sekolah menggunakan sepeda sampai ke sekolah dan karena rumahku paling dekat jadi aku anak terakhir yang bergabung dengan kelompok bersepeda kami.
Tak jarang kami balap sepeda dan melakukan hal-hal konyol di jalanan sepanjang kami berangkat sekolah seperti meniru orang balap grasstrack menggunakan motor. Banyak hal yang di perbincangkan selama perjalanan 8 kilometer yang kami kayuh seperti mau main kemana setelah pulang sekolah, mau bolos atau enggak dan perbincangan-perbincangan bocah yang lain. Memang ku bukanlah anak yang mudah bergaul dan itulah sebabnya tak jarang di sekolah aku menjadi korban “bullying” dari preman sekolah yang ada, pembullyan yang sungguh miris untuk di ingat hingga akhirnya tersangka bullying itu pun menjadi sahabatku karena dia merasa iba padaku, agak aneh memang.
Singkat cerita aku naik ke kelas 2 SMP dan bertemu dengan seorang anak perempuan yang membuat hatiku bergetar saat melihatnya, Ririn sapaan akrab untuknya. Aku memang sering melihat anak-anak lain berpacaran walau aku akui kami masih jauh di bawah umur dan mungkin karena itu pula aku jadi memiliki perasaan khusus terhadap Ririn. Walau banyak anak yang menyukai dia dan tak sedikit murid di sekolah ini masih memiliki hubungan saudara dengannya aku tak pernah mundur, pada awalnya memang aku hanya bisa memandang dia dari kejauhan karena seperti yang ku bilang kalau aku tak pandai bergaul.
Melihat banyaknya anak yang menyukainya membuatku hampir putus asa, tapi ketika ku akan mundur dari perjuangan suatu hal yan tak ku sangka-sangka terjadi, dia menyapaku, ya dia menyapaku, suatu hal kecil dan sepele yang membuatku merasa bahwa aku memiliki keberadaan di matanya. “Hai, kamu David kan?” sapanya “umm iya, kamu Ririn ya?” kataku, “kita satu kelas tapi kamu gak pernah negur aku, kamu pendiem banget ya” lanjutnya, dan terjadilah perbincanganku dengannya untuk yang pertama kalinya. Mungkin kalian merasa geli membacanya tapi percayalah bahwa saat itu adalah saat paling berharga bagiku, kami pun semakin dekat sebagai teman dan sering menghabiskan waktu bersama di sekolah.
Semakin besar perasaan aneh yang ku rasakan padanya dan dia pun meresponnya dengan positif hingga keinginanku untuk memilikinya semakin besar. Tiga bulan berlalu semenjak aku semakin dekat dengannya dan akhirnya ku beranikan untuk mengungkapkan perasaanku padanya, saat bel istirahat berbunyi aku bilang padanya “rin, nanti pulang sekolah jangan keluar kelas dulu ya” dan dia pun menjawab “emang kenapa vid?”, “ada yang mau aku omongin sama kamu” lanjutku, “iya deh” katanya.
Lanjut di post selanjutnya ya, biar rapih

NO PERTAMAX IN HERE
NO JUNK IN HERE
NO FLAME
Diubah oleh kocrot4acc 21-03-2015 11:34


anasabila memberi reputasi
1
2.3K
Kutip
27
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan