- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Nelayan Anambas Dikejar Nelayan Thailand


TS
autto.banned
Nelayan Anambas Dikejar Nelayan Thailand
Kapal nelayan Kabupaten Kepulauan Anambas dikejar-kejar kapal yang diduga milik nelayan asal Thailand di perairan Belidah, Kabupaten Kepulauan Anambas, Senin (8/12).
Kapal nelayan asing tersebut bermaksud menenggelamkan kapal nelayan Indonesia yang sedang mencari ikan di perairan Indonesia.
“Kejadiannya sekitar pukul 19.00 WIB. Ketika kita sedang istirahat kapal nelayan asing berwarna biru mendekati kapal kita sambil mengarahkan lampu sorot ke kita. Kita menduga mereka orang Thailand, karena awak kapal itu berteriak-teriak ke kita dengan bahasa Thailand. Kita kan sering ketemu nelayan asing, jadi sedikit banyak kenal dengan bahasa dan logatnya,” ungkap Mawardi, salah satu nelayan yang mengalami perisitwa tersebut kepada awak media, saat melaporkan kejadian tersebut kepada DKP Anambas, Rabu (10/12).
Awalnya lanjut Mawardi, dirinya bersama dua orang temannya sedang asik berisitirahat setelah berhari-hari melaut. Tiba-tiba kapal berwarna biru tersebut mendekati mereka dengan kecepatan tinggi. Merasa was-was, Mawardi segera menghidupkan mesin kapal dan menghindar dari hantaman kapal nelayan asing yang besarnya jauh lebih besar dari kapal miliknya.
“Kapal saya cuma 5 GT, kapal mereka kira-kira 60 GT. Kalau sempat kena hantam, habis sudah kapal kami tinggal serpihan. Untung waktu itu kami sempat menghindar, kalau tidak mungkin kami tidak selamat. Gagal usaha pertama, kami dikejar oleh kapal nelayan asing tersebut,” paparnya.
Kejar-kejaran antara kapal kuda laut milik Mawardi dengan kapal nelayan Thailand tersebut terjadi sekitar 2 jam. Mawardi terpaksa mematikan seluruh lampu kapalnya untuk menghilangkan jejak, dan berhasil menjauh.
“Kapal mereka laju juga, tapi susah berputar. Kami harus pintar-pintar bermanuver di laut untuk menghindari mereka. Terakhir kami matikan seluruh lampu kapal sampai mereka kehilangan jejak kami. Kami berhasil menjauh 2 mill dari mereka. Itupun tampaknya mereka belum menyerah juga, masih mencari-cari kapal kami. Karena dari jauh kami lihat mereka masih mengarahkan lampu sorot sambil mencari-cari,” kisahnya lagi.
Mawardi berserta 2 orang awaknya, Lim dan Mula segera menghubungi rekan-rekannya yang berjarak 8 mill dari posisi mereka untuk memberikan informasi tersebut. Menurut Mawardi, dirinya turun melaut bersama dengan 7 kapal asal Anambas lainnya.
“Kami ada 8 kapal, tapi mancingnya jauh-jauh. Begitu mengalami kejadian tersebut, kami segera berkoordinasi dengan kapal lainnya melalui radio. Tadi kami lihat masih ada banyak kapal nelayan asing yang serupa,” ungkap nelayan asal Desa Belibak, Kecamatan Palmatak ini.
Mawardi mengaku, pada malam tersebut dirinya tidak kuasa melakukan aktifitas nelayannya, sehingga tidak satupun ikan yang berhasil ditangkap malam itu. beruntung, malam-malam sebelumnya Mawardi dan rekan-rekannya sudah berhasil mengumpulkan 400 kg ikan untuk dijual ke pengumpul.
“Saya pribadi tak bisa lagi melaut saat itu karena takut. Sampai hari ini saja saya masih gemetaran kalau mengingat kejadian tersebut. Apa nak jadi kalau kami sampai tertabrak kapal nelayan asing itu? Hasil yang kami bawa pulang adalah hasil melaut malam-malam sebelumnya,” pungkasnya.
Kejadian tersebut hanya berselang 3 hari pasca penenggelaman 3 kapal nelayan asing di Anambas. Bukannya memberikan efek jera kepada para penjarah ikan asal negara tetangga tersebut, mereka malah semakin beringas.
“Kabar mengenai penenggelaman kapal asing itu juga sampai ke nelayan-nelayan yang sedang berada di laut. Awalnya kami senang karena merasa ini bukti perlindungan Negara kepada kami. Tapi tak tahunya, untuk pertama kalinya dalam hidup saya, kapal yang saya pakai mau melaut mau ditenggelamkan oleh nelayan asing. Bukannya jera, tapi mereka kelihatannya semakin beringas sampai seberani itu,” ungkapnya.
Mawardi berharap, peningkatan pengawasan yang dilakukan oleh piak-pihak terkait segera direalisasikan, untuk menjamin adanya rasa aman bagi para nelayan lokal dalam mencari ikan di lautnya sendiri. Saat ini, lanjut Mawardi, nelayan asing kerap terlihat di perairan Belidah.
“Sekarang terjadi sama saya, kita tak tahu besok-besok kejadian serupa menimpa siapa. Belum tentu juga nasib mereka sebaik saya, bisa selamat. Jadi saya berharap aparat terkait meningkatkan pengawasan di laut, terutama patroli malam hari. Mereka ini keluarnya malam, kalau siang mereka tak akan terlihat karena berada di luar wilayah Indonesia. Perairan Belidah itu salah satu tempat favorit mereka, karena dekat dengan perbatasan,” tutupnya.
Sebelumnya Wakil Bupati Kepulauan Anambas, Abdul Haris juag sempat mengungkapkan bahwa nelayan asing kerap berperilaku kasar terhhadap nelayan Indonesia, khususnya Nelayan Anambas. Nelayan asing juga disebut-sebut tidak segan-segan menabrak kapal nelayan lokal yang dianggap mengganggu aktifitas mereka.
“Hitungannya tidak jelas, tapi memang pernah ada yang ditabrak. Nelayan asing memang idak pakai senjata, tapi menabrak. Korban tidak ada, mereka selamat karena sempat menghindar. Jauh sekali perbedaan antara kapal nelayan lokal dengan mereka. Kapal nelayan kita ukurannya sangat keil, karena memancing dengan cara tradisional, sementara kapal nelayan asing itu besar-besar dan menggunakan alat tangkap Trawl,” tutupnya
link http://www.haluankepri.com/anambas/7...-thailand.html
Bertahun2 maling sekarang periuk nasinya mau di usik
Kasihan nelayan lokal,patroli AL harus rutin patroli tapi nasib jatah BBM nya minim
Kapal nelayan asing tersebut bermaksud menenggelamkan kapal nelayan Indonesia yang sedang mencari ikan di perairan Indonesia.
“Kejadiannya sekitar pukul 19.00 WIB. Ketika kita sedang istirahat kapal nelayan asing berwarna biru mendekati kapal kita sambil mengarahkan lampu sorot ke kita. Kita menduga mereka orang Thailand, karena awak kapal itu berteriak-teriak ke kita dengan bahasa Thailand. Kita kan sering ketemu nelayan asing, jadi sedikit banyak kenal dengan bahasa dan logatnya,” ungkap Mawardi, salah satu nelayan yang mengalami perisitwa tersebut kepada awak media, saat melaporkan kejadian tersebut kepada DKP Anambas, Rabu (10/12).
Awalnya lanjut Mawardi, dirinya bersama dua orang temannya sedang asik berisitirahat setelah berhari-hari melaut. Tiba-tiba kapal berwarna biru tersebut mendekati mereka dengan kecepatan tinggi. Merasa was-was, Mawardi segera menghidupkan mesin kapal dan menghindar dari hantaman kapal nelayan asing yang besarnya jauh lebih besar dari kapal miliknya.
“Kapal saya cuma 5 GT, kapal mereka kira-kira 60 GT. Kalau sempat kena hantam, habis sudah kapal kami tinggal serpihan. Untung waktu itu kami sempat menghindar, kalau tidak mungkin kami tidak selamat. Gagal usaha pertama, kami dikejar oleh kapal nelayan asing tersebut,” paparnya.
Kejar-kejaran antara kapal kuda laut milik Mawardi dengan kapal nelayan Thailand tersebut terjadi sekitar 2 jam. Mawardi terpaksa mematikan seluruh lampu kapalnya untuk menghilangkan jejak, dan berhasil menjauh.
“Kapal mereka laju juga, tapi susah berputar. Kami harus pintar-pintar bermanuver di laut untuk menghindari mereka. Terakhir kami matikan seluruh lampu kapal sampai mereka kehilangan jejak kami. Kami berhasil menjauh 2 mill dari mereka. Itupun tampaknya mereka belum menyerah juga, masih mencari-cari kapal kami. Karena dari jauh kami lihat mereka masih mengarahkan lampu sorot sambil mencari-cari,” kisahnya lagi.
Mawardi berserta 2 orang awaknya, Lim dan Mula segera menghubungi rekan-rekannya yang berjarak 8 mill dari posisi mereka untuk memberikan informasi tersebut. Menurut Mawardi, dirinya turun melaut bersama dengan 7 kapal asal Anambas lainnya.
“Kami ada 8 kapal, tapi mancingnya jauh-jauh. Begitu mengalami kejadian tersebut, kami segera berkoordinasi dengan kapal lainnya melalui radio. Tadi kami lihat masih ada banyak kapal nelayan asing yang serupa,” ungkap nelayan asal Desa Belibak, Kecamatan Palmatak ini.
Mawardi mengaku, pada malam tersebut dirinya tidak kuasa melakukan aktifitas nelayannya, sehingga tidak satupun ikan yang berhasil ditangkap malam itu. beruntung, malam-malam sebelumnya Mawardi dan rekan-rekannya sudah berhasil mengumpulkan 400 kg ikan untuk dijual ke pengumpul.
“Saya pribadi tak bisa lagi melaut saat itu karena takut. Sampai hari ini saja saya masih gemetaran kalau mengingat kejadian tersebut. Apa nak jadi kalau kami sampai tertabrak kapal nelayan asing itu? Hasil yang kami bawa pulang adalah hasil melaut malam-malam sebelumnya,” pungkasnya.
Kejadian tersebut hanya berselang 3 hari pasca penenggelaman 3 kapal nelayan asing di Anambas. Bukannya memberikan efek jera kepada para penjarah ikan asal negara tetangga tersebut, mereka malah semakin beringas.
“Kabar mengenai penenggelaman kapal asing itu juga sampai ke nelayan-nelayan yang sedang berada di laut. Awalnya kami senang karena merasa ini bukti perlindungan Negara kepada kami. Tapi tak tahunya, untuk pertama kalinya dalam hidup saya, kapal yang saya pakai mau melaut mau ditenggelamkan oleh nelayan asing. Bukannya jera, tapi mereka kelihatannya semakin beringas sampai seberani itu,” ungkapnya.
Mawardi berharap, peningkatan pengawasan yang dilakukan oleh piak-pihak terkait segera direalisasikan, untuk menjamin adanya rasa aman bagi para nelayan lokal dalam mencari ikan di lautnya sendiri. Saat ini, lanjut Mawardi, nelayan asing kerap terlihat di perairan Belidah.
“Sekarang terjadi sama saya, kita tak tahu besok-besok kejadian serupa menimpa siapa. Belum tentu juga nasib mereka sebaik saya, bisa selamat. Jadi saya berharap aparat terkait meningkatkan pengawasan di laut, terutama patroli malam hari. Mereka ini keluarnya malam, kalau siang mereka tak akan terlihat karena berada di luar wilayah Indonesia. Perairan Belidah itu salah satu tempat favorit mereka, karena dekat dengan perbatasan,” tutupnya.
Sebelumnya Wakil Bupati Kepulauan Anambas, Abdul Haris juag sempat mengungkapkan bahwa nelayan asing kerap berperilaku kasar terhhadap nelayan Indonesia, khususnya Nelayan Anambas. Nelayan asing juga disebut-sebut tidak segan-segan menabrak kapal nelayan lokal yang dianggap mengganggu aktifitas mereka.
“Hitungannya tidak jelas, tapi memang pernah ada yang ditabrak. Nelayan asing memang idak pakai senjata, tapi menabrak. Korban tidak ada, mereka selamat karena sempat menghindar. Jauh sekali perbedaan antara kapal nelayan lokal dengan mereka. Kapal nelayan kita ukurannya sangat keil, karena memancing dengan cara tradisional, sementara kapal nelayan asing itu besar-besar dan menggunakan alat tangkap Trawl,” tutupnya
link http://www.haluankepri.com/anambas/7...-thailand.html
Bertahun2 maling sekarang periuk nasinya mau di usik

Kasihan nelayan lokal,patroli AL harus rutin patroli tapi nasib jatah BBM nya minim

0
6.1K
62


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan