- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
KAMPUNG RAMPOK


TS
davidindra5758
KAMPUNG RAMPOK
Ane barusan liat artikel menarik di SUMBERkebetulan di kaskus belum ada yang posting nih judul.NO REPOST
langsung ke baca aja yah gan tuh dibawah artikelnya


SUMBER

SUMBER

langsung ke baca aja yah gan tuh dibawah artikelnya

Quote:
Mirit, cerita kampung rampok di Kebumen yang kesohor
Quote:

Spoiler for KAMPUNG RAMPOK:
Di wilayah Kebumen, Jawa Tengah ada daerah yang cukup bikin orang mengeryitkan dahi jika mendengarnya. Nama daerah itu adalah Mirit, sebuah kecamatan yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
Warga Kebumen, Banyumas, Banjarnegara dan sekitarnya sudah tidak asing dengan nama Mirit. Mirit dulunya dianggap sebagai kampung maling dan rampok. Sebutan ini hingga kini masih menjadi buah bibir. Jika tidak percaya, silakan tanya pada orang asli Kebumen, tentang nama Mirit, pasti yang diingat adalah kampung maling.
Dulu di Kecamatan ini memang banyak maling dan perampok. Bahkan konon katanya ada semacam sekolah informal khusus bagi para pencoleng.
"Dulu memang ada yang ngajarin. Yang ngajarin orang-orang tua yang sudah mantan penjahat," ujar Mas Untung, seorang penjual pecel lele di kawasan Tebet yang berasal dari Kebumen dalam perbincangan dengan merdeka.com, Kamis (4/12).
Mereka yang ingin belajar jadi pencuri atau perampok akan diajari ilmu-ilmu hingga trik berbuat jahat. Bahkan juga diajari meloloskan diri usai melakukan tindak kejahatan.
"Supaya lolos saat maling misalnya, harus menghitung hari baik yang didasarkan dari weton dan pasaran lahir si maling. Ada hari-hari tertentu di mana dilarang maling supaya tidak kena apes," ujarnya.
{content-split}
Untung mengaku, sewaktu dirinya masih duduk di kelas SD (tahun 1980-an) banyak anak-anak muda yang belajar kepada beberapa orang tua di Mirit untuk menjadi pencoleng. Namun saat ini, hal itu sudah tidak lagi.
"Setahu saya itu dulu, banyak yang belajar maling di situ. Tapi sekarang kayaknya sudah tidak ada," terangnya.
Meski demikian, nama Mirit sudah kadung kesohor sebagai kampung maling dan rampok. Akibat hal ini jalur selatan yang melewati kecematan Mirit lebih sepi dari lalu lintas kendaraan.
"Kan ada jalur ke Yogya lewat Ambal terus Mirit, tetapi dulu jalur itu sepi. Banyak yang tidak berani lewat situ karena takut di rampok di Mirit. Orang kalau ke Yogya atau Solo lebih pilih lewat kota (Kebumen)," terangnya.
Jika ditilik dari sejarah, di wilayah kecamatan Ambal yang bersebelahan dengan Mirit memang pernah hidup seorang perampok sakti mandraguna. Dalam buku Babad Abmal, di era kerajaan Mataram pernah terjadi huru-hara di wilayah Urut Sewu (masuk Ambal). Huru-hara itu disebabkan oleh ulah seorang perampok yang terkenal sakti bernama Puja Gamawijaya.
Pasukan yang diutus Mataram untuk menumpas Gamawijaya pun selalu gagal hingga akhirnya dibuat sayembara. Barang siapa yang bisa mengalahkan Gamawijaya, akan diberi hadiah besar oleh keraton Mataram.
{content-split}
Singkat cerita seorang lurah bernama Wargantaka dan anaknya bernama Andaka ikut sayembara dan berjanji bisa mengalahkan Gamawijaya. Wargantaka bukan sesumbar, tetapi dirinya tahu betul kelemahan dari perampok sakti itu karena satu guru satu ilmu.
Gamawijaya akhirnya dikalahkan oleh Andaka dan ayahnya. Kepalanya dipenggal dipajang di pasar bocor. Hal ini sebagai peringatan bahwa jika membuat onar maka nasibnya akan sama seperti Gamawijaya.
Setelah berhasil mengalahkan Gamawijaya, Andaka lalu diberi hadiah. Namun dirinya tidak minta harta melainkan sebuah gelar dan sejak saat itu Andaka menjadi Bupati pertama di Ambal dengan gelar Tumenggung Purbanagara.
Nah konon keberadaan Mirit sebagai kampung maling ini sering dikait-kaitkan dengan Gamawijaya. Saat Gamawijaya tewas, anak buahnya bersembunyi dan turun temurun tetap menjadi perampok dan maling. Namun karena takut, mereka melakukannya secara sembunyi-sembunyi dan pergi menghilang setelah berhasil.
Warga Kebumen, Banyumas, Banjarnegara dan sekitarnya sudah tidak asing dengan nama Mirit. Mirit dulunya dianggap sebagai kampung maling dan rampok. Sebutan ini hingga kini masih menjadi buah bibir. Jika tidak percaya, silakan tanya pada orang asli Kebumen, tentang nama Mirit, pasti yang diingat adalah kampung maling.
Dulu di Kecamatan ini memang banyak maling dan perampok. Bahkan konon katanya ada semacam sekolah informal khusus bagi para pencoleng.
"Dulu memang ada yang ngajarin. Yang ngajarin orang-orang tua yang sudah mantan penjahat," ujar Mas Untung, seorang penjual pecel lele di kawasan Tebet yang berasal dari Kebumen dalam perbincangan dengan merdeka.com, Kamis (4/12).
Mereka yang ingin belajar jadi pencuri atau perampok akan diajari ilmu-ilmu hingga trik berbuat jahat. Bahkan juga diajari meloloskan diri usai melakukan tindak kejahatan.
"Supaya lolos saat maling misalnya, harus menghitung hari baik yang didasarkan dari weton dan pasaran lahir si maling. Ada hari-hari tertentu di mana dilarang maling supaya tidak kena apes," ujarnya.
{content-split}
Untung mengaku, sewaktu dirinya masih duduk di kelas SD (tahun 1980-an) banyak anak-anak muda yang belajar kepada beberapa orang tua di Mirit untuk menjadi pencoleng. Namun saat ini, hal itu sudah tidak lagi.
"Setahu saya itu dulu, banyak yang belajar maling di situ. Tapi sekarang kayaknya sudah tidak ada," terangnya.
Meski demikian, nama Mirit sudah kadung kesohor sebagai kampung maling dan rampok. Akibat hal ini jalur selatan yang melewati kecematan Mirit lebih sepi dari lalu lintas kendaraan.
"Kan ada jalur ke Yogya lewat Ambal terus Mirit, tetapi dulu jalur itu sepi. Banyak yang tidak berani lewat situ karena takut di rampok di Mirit. Orang kalau ke Yogya atau Solo lebih pilih lewat kota (Kebumen)," terangnya.
Jika ditilik dari sejarah, di wilayah kecamatan Ambal yang bersebelahan dengan Mirit memang pernah hidup seorang perampok sakti mandraguna. Dalam buku Babad Abmal, di era kerajaan Mataram pernah terjadi huru-hara di wilayah Urut Sewu (masuk Ambal). Huru-hara itu disebabkan oleh ulah seorang perampok yang terkenal sakti bernama Puja Gamawijaya.
Pasukan yang diutus Mataram untuk menumpas Gamawijaya pun selalu gagal hingga akhirnya dibuat sayembara. Barang siapa yang bisa mengalahkan Gamawijaya, akan diberi hadiah besar oleh keraton Mataram.
{content-split}
Singkat cerita seorang lurah bernama Wargantaka dan anaknya bernama Andaka ikut sayembara dan berjanji bisa mengalahkan Gamawijaya. Wargantaka bukan sesumbar, tetapi dirinya tahu betul kelemahan dari perampok sakti itu karena satu guru satu ilmu.
Gamawijaya akhirnya dikalahkan oleh Andaka dan ayahnya. Kepalanya dipenggal dipajang di pasar bocor. Hal ini sebagai peringatan bahwa jika membuat onar maka nasibnya akan sama seperti Gamawijaya.
Setelah berhasil mengalahkan Gamawijaya, Andaka lalu diberi hadiah. Namun dirinya tidak minta harta melainkan sebuah gelar dan sejak saat itu Andaka menjadi Bupati pertama di Ambal dengan gelar Tumenggung Purbanagara.
Nah konon keberadaan Mirit sebagai kampung maling ini sering dikait-kaitkan dengan Gamawijaya. Saat Gamawijaya tewas, anak buahnya bersembunyi dan turun temurun tetap menjadi perampok dan maling. Namun karena takut, mereka melakukannya secara sembunyi-sembunyi dan pergi menghilang setelah berhasil.
Tuh, rampok aja sekolah, ababil malah banyak yang bolos dari sekolah 

ada kaskuser yang punya pengalam di sini atau ada yang tinggal disini?
tolong di share yah.


ada kaskuser yang punya pengalam di sini atau ada yang tinggal disini?

tolong di share yah.

Quote:
Kampung Cilempung, Kampungnya Maling Motor dan Para Pelarian
Quote:
Spoiler for KAMPUNG CURANMOR:
Kampung Cilempung, Desa Pasirjaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Karawang, Jawa Barat (Jabar) telah lama dikenal sebagai kampung para pencuri motor. Penggerebekan polisi ke kampung ini pun seringkali gagal karena polisi yang jumlahnya sedikit dihadapkan kepada orang sekampung yang jumlahnya lebih banyak.
Tapi, Sabtu (15/3), jumlah anggota kepolisian yang datang menggerebek kampung ini pun lebih seratusan, merupakan tim gabungan Brimob Polda Jabar, Dalmas Polres Karawang, dan Satreskrim Polres Karawang. Kampung ini pun "diobrak-abrik" petugas dan berhasil mengamankan tiga orang dan 21 sepeda motor bodong.
Tidak seperti biasanya dalam penggerebekan, banyak warga kampung yang memilih untuk kabur daripada melawan seperti biasanya karena ketakutan dengan jumlah polisi yang banyak. Polisi menyisir rumah warga dan memeriksa satu per satu motor warga. Jika tidak ditemukan surat-suratnya motor itu pun langsung diangkut.
Menurut Kabag Ops Polres Karawang AKP Imam didampingi Kasat Reskrim AKP Dono Satria Wicaksoni, penggerebekan kali ini memang sengaja dilakukan dengan jumlah polisi yang lebih besar dan bersenjata lengkap. Hal ini karena telah banyaknya keluhan dan informasi yang disampaikan masyarakat mengenai aktivitas di kampung itu.
"Di kampung ini jumlah pelaku curanmor terbanyak karena di kampung ini pelakunya terus meregenerasi kepada anak-anak yang mulai tumbuh dewasa dengan dilatih mencuri sehingga terorganisir. Selain itu, kampung ini juga merupakan kampung pelarian sejumlah pelaku curanmor dari Jakarta hingga Lampung,” kata Imam.
Tapi, Sabtu (15/3), jumlah anggota kepolisian yang datang menggerebek kampung ini pun lebih seratusan, merupakan tim gabungan Brimob Polda Jabar, Dalmas Polres Karawang, dan Satreskrim Polres Karawang. Kampung ini pun "diobrak-abrik" petugas dan berhasil mengamankan tiga orang dan 21 sepeda motor bodong.
Tidak seperti biasanya dalam penggerebekan, banyak warga kampung yang memilih untuk kabur daripada melawan seperti biasanya karena ketakutan dengan jumlah polisi yang banyak. Polisi menyisir rumah warga dan memeriksa satu per satu motor warga. Jika tidak ditemukan surat-suratnya motor itu pun langsung diangkut.
Menurut Kabag Ops Polres Karawang AKP Imam didampingi Kasat Reskrim AKP Dono Satria Wicaksoni, penggerebekan kali ini memang sengaja dilakukan dengan jumlah polisi yang lebih besar dan bersenjata lengkap. Hal ini karena telah banyaknya keluhan dan informasi yang disampaikan masyarakat mengenai aktivitas di kampung itu.
"Di kampung ini jumlah pelaku curanmor terbanyak karena di kampung ini pelakunya terus meregenerasi kepada anak-anak yang mulai tumbuh dewasa dengan dilatih mencuri sehingga terorganisir. Selain itu, kampung ini juga merupakan kampung pelarian sejumlah pelaku curanmor dari Jakarta hingga Lampung,” kata Imam.
SUMBER
Nah habis sekolah, ngerampok terus melarikan diri kekampung ini deh 

Quote:
Kampung Bahari Sarang Bandar Narkoba
Quote:

Spoiler for KAMPUNG NARKOBA:
Polisi menetapkan 32 dari 38 orang yang tertangkap dalam penggerebekan narkoba di Kampung Bahari, Tanjung Priok, Jakarta Utara, sebagai tersangka. Para tersangka terbukti positif sebagai pengguna narkoba. Tak hanya itu, sebagian besar di antara mereka ternyata merupakan bandar.
"Setelah kami fokuskan pemeriksaan, terungkap sebagian besar dari 32 tersangka itu statusnya lebih dari sekedar pengguna. Mereka adalah bandar," ujar Kepala Satuan Reserse Narkoba Kepolisian Resor Jakarta Utara Ajun Komisaris Besar Polisi Apollo Sinambela, Senin, 10 November 2014.
Sementara itu, enam lainnya sudah dibebaskan karena hasil pemeriksaan kandungan narkoba di dalam tubuh mereka menunjukkan hasil negatif. Keenam orang itu hanya dikenai sanksi wajib lapor.
Menurut Apollo, wilayah RW 13 dan RW 14 Kelurahan Tanjung Priok merupakan lokasi peredaran narkoba berjenis sabu, ganja, bahkan putaw yang sudah jarang ditemukan. Pembeli akan mendatangi bandar di kontrakan atau kos di wilayah tersebut, lalu menggunakan narkoba itu di tempat yang sama. Penggerebekan dilakukan Sabtu lalu oleh tim gabungan Polres Jakarta Utara dan Polsek Tanjung Priok.
Sebagian besar tersangka merupakan buruh pabrik dan anak buah kapal berusia 25-30 tahun, yang mengedarkan narkoba kepada kalangan menengah-bawah. Mereka berbagi tugas. Ada yang menjadi bandar. Ada pula yang menjadi kurir. Yang sekadar pengguna juga ada.
Saat Tempo mendatangi Kampung Bahari sore tadi, suasana mencekam masih terasa. Warga yang duduk-duduk di pinggir jalan memandang dengan tatapan curiga. Saat ditanya tentang lokasi penggerebekan, warga justru saling lempar. "Lokasinya di seberang rel, kalau di sini aman," ujar salah seorang warga.
Namun, ketika Tempo mendatangi wilayah seberang rel, warga di sana justru berujar sebaliknya. "Di sebelah sana yang banyak, kalau di Jalan Bahari sini bersih," ujar Amin, tukang becak yang mangkal di persimpangan Jalan Bahari.(Baca: Nyabu, Pelawak Tessy Ditangkap Polisi)
Yani, Ketua RT 04 RW 13 setempat, juga mengelak wilayahnya disebut rawan narkoba. "Sepengetahuan saya, di sini aman terus, kasus itu paling baru-baru ini saja. Itu pun wilayah sana," kata Yani sambil menunjuk ke arah RW 14.
Meski demikian, Yani membenarkan info bahwa wilayahnya banyak dijumpai kontrakan dan rumah kos. Namun warga dan penghuni nonpermanen di wilayah itu, kata Yani, jarang berinteraksi. "Orang sini cuek-cuek, jarang ngurusin tetangga," katanya. (baca: Soal Narkoba, Kerabat Tessy: Dia Cuma Coba-coba)
Kepala Polsek Tanjung Priok M. Iqbal menyebutkan warga berdalih karena ketakutan. "Warga mana mau ngomong, pada takut semua," ujar Iqbal.
Iqbal memastikan Kampung Bahari memang rawan narkoba karena sudah dimonitor selama beberapa waktu. Saat ini, polisi masih terus mengembangkan pemeriksaan untuk mengungkap jaringan narkoba di wilayah itu.
"Setelah kami fokuskan pemeriksaan, terungkap sebagian besar dari 32 tersangka itu statusnya lebih dari sekedar pengguna. Mereka adalah bandar," ujar Kepala Satuan Reserse Narkoba Kepolisian Resor Jakarta Utara Ajun Komisaris Besar Polisi Apollo Sinambela, Senin, 10 November 2014.
Sementara itu, enam lainnya sudah dibebaskan karena hasil pemeriksaan kandungan narkoba di dalam tubuh mereka menunjukkan hasil negatif. Keenam orang itu hanya dikenai sanksi wajib lapor.
Menurut Apollo, wilayah RW 13 dan RW 14 Kelurahan Tanjung Priok merupakan lokasi peredaran narkoba berjenis sabu, ganja, bahkan putaw yang sudah jarang ditemukan. Pembeli akan mendatangi bandar di kontrakan atau kos di wilayah tersebut, lalu menggunakan narkoba itu di tempat yang sama. Penggerebekan dilakukan Sabtu lalu oleh tim gabungan Polres Jakarta Utara dan Polsek Tanjung Priok.
Sebagian besar tersangka merupakan buruh pabrik dan anak buah kapal berusia 25-30 tahun, yang mengedarkan narkoba kepada kalangan menengah-bawah. Mereka berbagi tugas. Ada yang menjadi bandar. Ada pula yang menjadi kurir. Yang sekadar pengguna juga ada.
Saat Tempo mendatangi Kampung Bahari sore tadi, suasana mencekam masih terasa. Warga yang duduk-duduk di pinggir jalan memandang dengan tatapan curiga. Saat ditanya tentang lokasi penggerebekan, warga justru saling lempar. "Lokasinya di seberang rel, kalau di sini aman," ujar salah seorang warga.
Namun, ketika Tempo mendatangi wilayah seberang rel, warga di sana justru berujar sebaliknya. "Di sebelah sana yang banyak, kalau di Jalan Bahari sini bersih," ujar Amin, tukang becak yang mangkal di persimpangan Jalan Bahari.(Baca: Nyabu, Pelawak Tessy Ditangkap Polisi)
Yani, Ketua RT 04 RW 13 setempat, juga mengelak wilayahnya disebut rawan narkoba. "Sepengetahuan saya, di sini aman terus, kasus itu paling baru-baru ini saja. Itu pun wilayah sana," kata Yani sambil menunjuk ke arah RW 14.
Meski demikian, Yani membenarkan info bahwa wilayahnya banyak dijumpai kontrakan dan rumah kos. Namun warga dan penghuni nonpermanen di wilayah itu, kata Yani, jarang berinteraksi. "Orang sini cuek-cuek, jarang ngurusin tetangga," katanya. (baca: Soal Narkoba, Kerabat Tessy: Dia Cuma Coba-coba)
Kepala Polsek Tanjung Priok M. Iqbal menyebutkan warga berdalih karena ketakutan. "Warga mana mau ngomong, pada takut semua," ujar Iqbal.
Iqbal memastikan Kampung Bahari memang rawan narkoba karena sudah dimonitor selama beberapa waktu. Saat ini, polisi masih terus mengembangkan pemeriksaan untuk mengungkap jaringan narkoba di wilayah itu.
SUMBER
sekolah rampok udah tamat, melarikan diri udah.... hasilnya? buat narkoba deh 

Diubah oleh davidindra5758 05-12-2014 13:30
0
9.8K
Kutip
62
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan