Jakarta -Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Faisal Basri menyebut PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya PT Pertamina Energy Trading Ltd (Petral), mengimpor bensin untuk keperluan dalam negeri.
Ternyata, BBM jenis premium yang dibeli Pertamina aslinya merupakan bensin RON 92 alias Pertamax. Alasannya, di pasaran dunia bensin RON 88 sudah tidak ada. Alhasil, Petral membeli bensin RON 92 yang kemudian diturunkan kualitasnya atau downgrade menjadi RON 88.
. Makanya di MoPS (Mean of Platts Singapore) nggak ada poin RON 88. Padahal yang kita jual itu RON 88. Maka pemenang tender (perusahaan trading atau oil company) dia
Alasannya, dari 5 kilang di Indonesia, hanya 1 di Balongan yang memiliki kemampuan mengolah bensin RON 92. Sehingga Faisal menegaskan, tidak ada proses downgrade Pertamax ke Premium di Indonesia.
"Premium kan 70% diimpor, 30% dari dalam negeri. Sebagian besar kilang kita nggak produksi bensin di atas RON 88. Yang biasanya hanya di Balongan untuk RON 88 dan RON 92," jelasnya.
Oleh karena itu, Faisal meminta data selama 5 tahun terakhir tentang pengadaan impor Premium dari Petral.
. Tapi proses belum tentu lebih murah. Maka kita minta data realisasinya, kwitansinya berapa. Itu ada di Petral dan ISC (Integrated Supply Chain). Saya minta datanya," jelas Faisal.
Jakarta, CNN Indonesia --
Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri mengkritik Senior Vice President Fuel Marketing and Distribution PT Pertamina (Persero) Suhartoko karena tidak memberikan informasi yang benar kepada timyang dipimpinnya dalam pertemuan kemarin di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Faisal mengatakan bahwa timnya telah menemukan berbagai fakta yang bertentangan dengan apa yang dikatakan oleh Suhartoko sebagai perwakilan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) migas tersebut.
"Menurut saya, orang humas itu tugasnya bukan berbohong. Tapi menyampaikan yang baik dan benar, menjelaskan sesuatu sesuai dengan duduk perkaranya,” ujar Faisal di Bank Indonesia, Kamis (4/12).
Faisal mengaku kecewa dengan informasi yang diberikan Suhartoko sepanjang pertemuan yang berlangsung kemarin. “Kami meminta data namun
dipersulit. Padahal seharusnya data-data tersebut bisa kita akses,” tegasnya.
CNN Indonesia belum memperoleh konfirmasi dari Suhartoko terkait pernyataan Faisal Basri tersebut. Demikian halnya dengan Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir tidak menjawab panggilan telepon yang dilakukan CNN Indonesia.
Kemarin, Senior Vice President Fuel Marketing and Distribution Pertamina Suhartoko mewakili perusahaannya untuk bertemu dengan Tim Antimafia Migas di Kementerian ESDM. Suhartoko mengklaim telah transparan dalam melaporkan seluruh perhitungan harga pembelian maupun jual BBM bersubsidi.
"Sudah semuanya ke Pemerintah. Baik Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) maupun Kementerian Keuangan. Soalnya Pertamina itu tidak memiliki kewenangan dalam menentukan harga jual BBM bersubsidi," katanya.
http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/...ongi-tim-saya/