- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[GILE LAH]Polisi cepek/pak ogah penghasilan 6 juta per bulan?!!!


TS
Stalker7
[GILE LAH]Polisi cepek/pak ogah penghasilan 6 juta per bulan?!!!
Quote:
Agan agan pernah liat? Orang orang yang rela panas panasan untuk dapet uang receh dari mobil mobil yang lewat?
![[GILE LAH]Polisi cepek/pak ogah penghasilan 6 juta per bulan?!!!](https://s.kaskus.id/images/2014/12/01/1270737_20141201051057.jpg)
Bayangin gan cuman di Indonesia ada orang cari duit pake cara kayak gitu
![[GILE LAH]Polisi cepek/pak ogah penghasilan 6 juta per bulan?!!!](https://s.kaskus.id/images/2014/12/01/1270737_20141201051057.jpg)
Bayangin gan cuman di Indonesia ada orang cari duit pake cara kayak gitu

Quote:
Mereka pake kesempatan dari kemacetan di Indonesia dan dijadiin sebagai penghasil uang

Quote:
Nah orang orang tersebut biasa kita kenal dengan sebutan
POLISI CEPEK / PAK OGAH
![[GILE LAH]Polisi cepek/pak ogah penghasilan 6 juta per bulan?!!!](https://s.kaskus.id/images/2014/12/01/1270737_20141201051812.gif)
langsung aja gan
Spoiler for NEWS:
Quote:
Pak Ogah Jl Hertasning Dapat Rp 6 Juta Sebulan
MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM- Ingin berpenghasilan setara gaji kepala dinas level provinsi? Jadilah Pak Ogah. Jika kepala dinas cukup mengatur instansinya , maka Pak Ogah cukup pengatur dua atau tiga iringan mobil yang akan memutar di U turn, atau putaran 160 derajat.
Ini bukan main-main.
Sedangkan, pendapatan Pak Ogah di U Turn, Jl Hertaning Raya, tepatnya di depan SPBU Hertasning dan depan kantor PT Perum Perumnas Regional VII Makassar, bisa mencapai Rp 200 ribu sehari atau setara Rp 6 juta sebulan.
Akhir pekan dan Senin (3/9/2012) kemarin, Tribun mencoba mengamati aktivitas Pak Ogah di spot yang jadi putaran kendaraan dari utara Jl Toddopuli Raya yang akan ke Jl Toddopuli, atau ke Jl Hertasning.
Di titik ini, Pak Ogah mulai beroperasi antara pukul 09.00 hingga sekitar pukul 21.00 wita, malam hari.
"Pagi-pagi di sini ada polisi. Setelah polisinya pergi mereka baru datang," ujar Adnan, salah satu tukang bentor yang kerap mangkal di sekitar daerah tersebut.
Adnan tak menyangkal jika ada juga tukang bentor yang nyambi sebagai Pak Ogah. Lanjutnya, para Pak ogah ini jaga bergiliran, siang, sore dan malam hari. "Satu titik belokan bisa sampai 10 orang per harin," katanya.
Bagaimana dengan penghasilan? Ternyata, pendapat pengganti polisi lalu lintas dan traffick light (lampu merah) ini bisa menjadi sandaran hidup bagi beberapa orang.
Bayangkan setiap Pak Ogah bisa memperoleh penghasilan Rp 200.000 per harinya per orang. Artinya, jika yang ada 10 Pak Ogah yang bekerja aplosan,
dan bisa mendapatkan Rp 6 juta.
Durasi kerja mereka, 12 jam, atau empat jam lebih lama dibandingkan jam kerja yang disyaratkan otoritas tenaga kerja dan Jamsostek.
Artinya jika satu pak ogah berjaga 5 jam perharinya berarti setiap jamnya satu orang bisa mendapat minimal Rp 40 ribu hingga Rp 50 ribu.
"Pokonya lebih tinggi dari juru parkir," tambah Adnan. Malah, pendapatan tersebut akan meningkat pada jam-jam macet seperti pagi dan sore hari.
Sebenarnya, tugas sebagai pak ogah hanyalah sampingan. Di belokan jalan Sultan Alauddin, di depan warung coto daeng, orang yang bertugas sebagai pak ogah adalah tukang becak. Mereka juga bergantian. Alasannya, tak ada yang bisa bertahan seharian penuh terpanggang matahari.
Sementara itu, hasil pantauan Tribun di Jl AP Pettarani dari 10 titik pembelokan tak ada satupun Pak Pgah di sana. "Mungkin Polisi yang larang," ujar Asri salah satu, penjaga kedai pulsa handphone.
Sepintas penampilan mereka rapi. Baju kaos dipadu dengan celana jeans lengkap dengan sepatu kulit hitam. Tas selempang menggantung di bahu kirinya. Mirip mahasiswa.
Usianya juga masih muda kisaran 20-25 tahun. Kadang ada yang usai di bawa 17 tahun. Pria ini sibuk mengatur lalu lintas di sebuah belokan di jalan Hertasning, tepatnya di depan kantor Dinas Pendidikan Kota Makassar.
Dengan bermodalkan sebuah peluit tugasnya mirip polisi lalu lintas, hanya mereka tak dilengkapi seragam khusus. Ia lebih dikenal sebagai pak ogah. Sebuah julukan yang terbilang baru ditelinga warga kota Makassar. Pak ogah sebuah status tak resmi, namun begitu menjamur di jalan-jalan kota Makassar akhir-akhir ini.
Di Jl Hertasning sedikitnya ada tiga titik belokan. Di setiap titik tersebut ada dua pak ogah. Keduanya berbagi masing-masing satu sisi.
Pak Ogah tak meminta bayaran dalam usahanya mengatur lalu lintas tersebut hanya saja ia juga tak menolak jika diberi imbalan. Berbeda dengan usaha jasa lainnya seperti juru parkir (Jukir) pak ogah tak menetapkan tarif. Namun warga sepertinya sudah paham khususnya bagi pengendara mobil, mereka menyodorkan uang lembaran seribuan, dua ribuan bahkan lima ribuan sebagai ucapan terima kasih.(*)
Sumber
MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM- Ingin berpenghasilan setara gaji kepala dinas level provinsi? Jadilah Pak Ogah. Jika kepala dinas cukup mengatur instansinya , maka Pak Ogah cukup pengatur dua atau tiga iringan mobil yang akan memutar di U turn, atau putaran 160 derajat.
Ini bukan main-main.
Sedangkan, pendapatan Pak Ogah di U Turn, Jl Hertaning Raya, tepatnya di depan SPBU Hertasning dan depan kantor PT Perum Perumnas Regional VII Makassar, bisa mencapai Rp 200 ribu sehari atau setara Rp 6 juta sebulan.
Akhir pekan dan Senin (3/9/2012) kemarin, Tribun mencoba mengamati aktivitas Pak Ogah di spot yang jadi putaran kendaraan dari utara Jl Toddopuli Raya yang akan ke Jl Toddopuli, atau ke Jl Hertasning.
Di titik ini, Pak Ogah mulai beroperasi antara pukul 09.00 hingga sekitar pukul 21.00 wita, malam hari.
"Pagi-pagi di sini ada polisi. Setelah polisinya pergi mereka baru datang," ujar Adnan, salah satu tukang bentor yang kerap mangkal di sekitar daerah tersebut.
Adnan tak menyangkal jika ada juga tukang bentor yang nyambi sebagai Pak Ogah. Lanjutnya, para Pak ogah ini jaga bergiliran, siang, sore dan malam hari. "Satu titik belokan bisa sampai 10 orang per harin," katanya.
Bagaimana dengan penghasilan? Ternyata, pendapat pengganti polisi lalu lintas dan traffick light (lampu merah) ini bisa menjadi sandaran hidup bagi beberapa orang.
Bayangkan setiap Pak Ogah bisa memperoleh penghasilan Rp 200.000 per harinya per orang. Artinya, jika yang ada 10 Pak Ogah yang bekerja aplosan,
dan bisa mendapatkan Rp 6 juta.
Durasi kerja mereka, 12 jam, atau empat jam lebih lama dibandingkan jam kerja yang disyaratkan otoritas tenaga kerja dan Jamsostek.
Artinya jika satu pak ogah berjaga 5 jam perharinya berarti setiap jamnya satu orang bisa mendapat minimal Rp 40 ribu hingga Rp 50 ribu.
"Pokonya lebih tinggi dari juru parkir," tambah Adnan. Malah, pendapatan tersebut akan meningkat pada jam-jam macet seperti pagi dan sore hari.
Sebenarnya, tugas sebagai pak ogah hanyalah sampingan. Di belokan jalan Sultan Alauddin, di depan warung coto daeng, orang yang bertugas sebagai pak ogah adalah tukang becak. Mereka juga bergantian. Alasannya, tak ada yang bisa bertahan seharian penuh terpanggang matahari.
Sementara itu, hasil pantauan Tribun di Jl AP Pettarani dari 10 titik pembelokan tak ada satupun Pak Pgah di sana. "Mungkin Polisi yang larang," ujar Asri salah satu, penjaga kedai pulsa handphone.
Sepintas penampilan mereka rapi. Baju kaos dipadu dengan celana jeans lengkap dengan sepatu kulit hitam. Tas selempang menggantung di bahu kirinya. Mirip mahasiswa.
Usianya juga masih muda kisaran 20-25 tahun. Kadang ada yang usai di bawa 17 tahun. Pria ini sibuk mengatur lalu lintas di sebuah belokan di jalan Hertasning, tepatnya di depan kantor Dinas Pendidikan Kota Makassar.
Dengan bermodalkan sebuah peluit tugasnya mirip polisi lalu lintas, hanya mereka tak dilengkapi seragam khusus. Ia lebih dikenal sebagai pak ogah. Sebuah julukan yang terbilang baru ditelinga warga kota Makassar. Pak ogah sebuah status tak resmi, namun begitu menjamur di jalan-jalan kota Makassar akhir-akhir ini.
Di Jl Hertasning sedikitnya ada tiga titik belokan. Di setiap titik tersebut ada dua pak ogah. Keduanya berbagi masing-masing satu sisi.
Pak Ogah tak meminta bayaran dalam usahanya mengatur lalu lintas tersebut hanya saja ia juga tak menolak jika diberi imbalan. Berbeda dengan usaha jasa lainnya seperti juru parkir (Jukir) pak ogah tak menetapkan tarif. Namun warga sepertinya sudah paham khususnya bagi pengendara mobil, mereka menyodorkan uang lembaran seribuan, dua ribuan bahkan lima ribuan sebagai ucapan terima kasih.(*)
Sumber
Quote:
Bayangken gan, itu di makasar, gimana di Jakarta yang ada lebih dari ribuan perputaran jalan? Ada berapa orang yang jadi kaya gara gara jadi Polisi Cepek
Ada lagi nih
Spoiler for Another news:
Quote:
Satu Hari, Polisi Cepek Bisa Raub Rp150 Ribu
- 03 Juli 2013 05:07 wib
Metrotvnews.com, Jakarta: Pengatur lalu lintas partikerlir di persimpangan jalan atau biasa dikenal dengan sebutan 'polisi cepek' atau 'Pak Ogah' jangan dianggap enteng.
Faktanya toh mereka bisa mengumpulkan ratusan ribu selama sehari. Penghasilan rata-rata Rp150 ribu per hari bisa dikumpulkan hanya dalam waktu 4 jam sesuai dengan pembagian waktu yang sudah disepakati dengan teman-teman sesama 'polisi cepek.
Seperti pengalaman Fery, 25, yang saban hari beroperasi di perempatan sebuah ruas jalan di Cilincing, Jakarta Utara. Lalu lintas di persimpangan ini memang terbilang ramai. Untuk angkutan umum, ada kurang lebih 3 rute angkot yang lewat, yaitu angkot 06 rute Kampung Walang-Tanjung Priok, angkot 01 rute Cakung-Tanjung Priok, dan angkot 14 rute Tanjung Priok-Cilincing. Sedangkan dari sisi sebelahnya di dua jalur Jl Raya Cilincing.
Saat disambang Media Indonesia, Selasa (2/7), Fery dan seorang rekannya sedang sibuk mengatur lalu lintas kendaraan. Selain Fery dan rekannya, ada juga dua petugas lapangan Dinas Perhubungan Pemkot Jakarta Utara yang sedang bertugas di dekat lokasi mereka. Mereka berempat masing-masing bersiaga di posisinya sendiri-sendiri. Bedanya, Fery dan rekannya berpakaian preman, sedangkan dua petugas Dishub berpakaian dinas.
Fery mengaku berprofesi sebagai 'polisi cepek' selama setahun terakhir. "Yah lumayan sich. Untuk dua jam bisa dapat Rp70 ribuan. Baru ganti teman lain untuk 2 jam. Baru kami lagi. Jadi kalau sehari bisa dapat kesempatan 2 kali atau 4 jam, bisa Rp150 ribu," jelas Fery.
Jam-jam paling ramai menurut Fery di persimpangan Kali Baru tersebut adalah pukul 07-10 WIB dan pukul 17.00-20.00. "Bisa sampai Rp80 ribu kalau jam-jam ramai begitu," akunya.
Dia menjelaskan, rata-rata tiap mobil pribadi dan truk kontainer memberi kisaran Rp1.000-Rp2.000 atas penggunaan 'jasa' mereka. "Kalau angkot mah jarang kasih. Ngasih juga gopek (Rp500)," tukas Fery.
Ia pun mengaku senang dengan penghasilan dia dari mengatur lalu lintas kendaraan di persimpangaan yang cukup ramai tersebut. "Dihitung-hitung mah lumayan sekali. Apalagi saya setiap hari memang di sini. Enggak pernah bolos, kecuali kalau memang sakit," tuturnya.
Petugas Dinas Perhubungan Pangkalan Mobil Peti Barang Tanah Merdeka Jl Raya Cilincing, Aspriadi, 49, tidak mempermasalahkan adanya polisi cepek di persimpangan tersebut. "Justru kami terbantu. Apalagi jam-jam ramai seperti ini. Tinggal hati-hati saja supaya tidak membahayakan diri sendiri apalagi kan banyak mobil besar lewat," pungkas Aspriadi. (Thomas Harming Suwarta)
sumber
- 03 Juli 2013 05:07 wib
Metrotvnews.com, Jakarta: Pengatur lalu lintas partikerlir di persimpangan jalan atau biasa dikenal dengan sebutan 'polisi cepek' atau 'Pak Ogah' jangan dianggap enteng.
Faktanya toh mereka bisa mengumpulkan ratusan ribu selama sehari. Penghasilan rata-rata Rp150 ribu per hari bisa dikumpulkan hanya dalam waktu 4 jam sesuai dengan pembagian waktu yang sudah disepakati dengan teman-teman sesama 'polisi cepek.
Seperti pengalaman Fery, 25, yang saban hari beroperasi di perempatan sebuah ruas jalan di Cilincing, Jakarta Utara. Lalu lintas di persimpangan ini memang terbilang ramai. Untuk angkutan umum, ada kurang lebih 3 rute angkot yang lewat, yaitu angkot 06 rute Kampung Walang-Tanjung Priok, angkot 01 rute Cakung-Tanjung Priok, dan angkot 14 rute Tanjung Priok-Cilincing. Sedangkan dari sisi sebelahnya di dua jalur Jl Raya Cilincing.
Saat disambang Media Indonesia, Selasa (2/7), Fery dan seorang rekannya sedang sibuk mengatur lalu lintas kendaraan. Selain Fery dan rekannya, ada juga dua petugas lapangan Dinas Perhubungan Pemkot Jakarta Utara yang sedang bertugas di dekat lokasi mereka. Mereka berempat masing-masing bersiaga di posisinya sendiri-sendiri. Bedanya, Fery dan rekannya berpakaian preman, sedangkan dua petugas Dishub berpakaian dinas.
Fery mengaku berprofesi sebagai 'polisi cepek' selama setahun terakhir. "Yah lumayan sich. Untuk dua jam bisa dapat Rp70 ribuan. Baru ganti teman lain untuk 2 jam. Baru kami lagi. Jadi kalau sehari bisa dapat kesempatan 2 kali atau 4 jam, bisa Rp150 ribu," jelas Fery.
Jam-jam paling ramai menurut Fery di persimpangan Kali Baru tersebut adalah pukul 07-10 WIB dan pukul 17.00-20.00. "Bisa sampai Rp80 ribu kalau jam-jam ramai begitu," akunya.
Dia menjelaskan, rata-rata tiap mobil pribadi dan truk kontainer memberi kisaran Rp1.000-Rp2.000 atas penggunaan 'jasa' mereka. "Kalau angkot mah jarang kasih. Ngasih juga gopek (Rp500)," tukas Fery.
Ia pun mengaku senang dengan penghasilan dia dari mengatur lalu lintas kendaraan di persimpangaan yang cukup ramai tersebut. "Dihitung-hitung mah lumayan sekali. Apalagi saya setiap hari memang di sini. Enggak pernah bolos, kecuali kalau memang sakit," tuturnya.
Petugas Dinas Perhubungan Pangkalan Mobil Peti Barang Tanah Merdeka Jl Raya Cilincing, Aspriadi, 49, tidak mempermasalahkan adanya polisi cepek di persimpangan tersebut. "Justru kami terbantu. Apalagi jam-jam ramai seperti ini. Tinggal hati-hati saja supaya tidak membahayakan diri sendiri apalagi kan banyak mobil besar lewat," pungkas Aspriadi. (Thomas Harming Suwarta)
sumber
Quote:
Tapi... kok kita gak pernah liat ya ada polisi cepek yang jadi kaya? ada apa ini?

Eh, ane baru liat ternyata polisi cepek tidak disetujui oleh Ahok
Quote:
Pak Ogah Dibina, Ahok: Bukan Dibinasakan, kan?
Kamis, 05 Juni 2014
TEMPO.CO, Jakarta - Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama berkukuh bakal menertibkan para polisi "cepek" atau biasa dipanggil "pak ogah" di persimpangan jalan. Meski Kepolisian Daerah Metro Jaya merestui keberadaan mereka.
"Tidak boleh itu karena melanggar ketertiban umum," ujar Ahok di Balai Kota, Kamis, 5 Juni 2014. Menurut Ahok, pak ogah melanggar Peraturan Daerah (Perda) Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum.
Bahkan dia pun mencibir soal rencana Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Metro Jaya yang bakal membina pak ogah. "Dibina? Bukan dibinasakan, kan? Nanti mau dikirim ke kampung halamannya gitu?" seloroh Ahok.
Seperti diketahui, pak ogah menjadi fenomena di jalan raya. Keberadaannya sering kali dikeluhkan pengguna kendaraan. Sebab, pak ogah memprioritaskan pengendara yang memberikan uang. Terutama saat saat jam-jam macet.
Namun begitu, Kepolisian Daerah Metro Jaya justru memuji keberadaan warga yang mengutip uang di jalan tersebut. Sebab, pak ogah membantu meringankan tugas polisi di jalan.
ERWAN HERMAWAN
sumber
Kamis, 05 Juni 2014
TEMPO.CO, Jakarta - Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama berkukuh bakal menertibkan para polisi "cepek" atau biasa dipanggil "pak ogah" di persimpangan jalan. Meski Kepolisian Daerah Metro Jaya merestui keberadaan mereka.
"Tidak boleh itu karena melanggar ketertiban umum," ujar Ahok di Balai Kota, Kamis, 5 Juni 2014. Menurut Ahok, pak ogah melanggar Peraturan Daerah (Perda) Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum.
Bahkan dia pun mencibir soal rencana Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Metro Jaya yang bakal membina pak ogah. "Dibina? Bukan dibinasakan, kan? Nanti mau dikirim ke kampung halamannya gitu?" seloroh Ahok.
Seperti diketahui, pak ogah menjadi fenomena di jalan raya. Keberadaannya sering kali dikeluhkan pengguna kendaraan. Sebab, pak ogah memprioritaskan pengendara yang memberikan uang. Terutama saat saat jam-jam macet.
Namun begitu, Kepolisian Daerah Metro Jaya justru memuji keberadaan warga yang mengutip uang di jalan tersebut. Sebab, pak ogah membantu meringankan tugas polisi di jalan.
ERWAN HERMAWAN
sumber
Quote:
Nah kita sebagai pengguna jalan tentu tidak boleh memalingkan wajah dari hal ini, secara polisi cepek itu adalah cerminan warga indonesia juga. Kalo menurut agan dan aganwati gimana? apakah setuju dengan adanya polisi cepek atau tidak setuju?
Dan agan akan sangat membantu jika ngisi kuisioner ini (ane bukan polisi cepek loh

goo.gl/forms/0kZQr3g44S
Ternyata udah ada yang menganalisa tentang polisi cepek monggo diliat
http://www.kaskus.co.id/thread/514c2...polisi-cepek/1
Polling
0 suara
Polisi cepek, mengganggu atau membantu?
Diubah oleh Stalker7 01-12-2014 18:17
0
8.9K
Kutip
77
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan