Kaskus

Food & Travel

mcnugrahaAvatar border
TS
mcnugraha
[CatPer] 2 bersaudara Backpackeran dari Surabaya ke Bali 16 – 20 Oktober 2013
Quote:



Mari kita mulai Cerita Perjalanan 2 orang bersaudara menuju Bali


Ba’da Maghrib, Surabaya, 16 Oktober 2013


Setelah menunaikan ibadah shalat maghrib berjamaah di Mushalla dekat kosan, ane menyuruh Alwan, adik ane yang paling kecil untuk menyiapkan semua barangnya, “wan, siapin semua kita berangkat ke Bali malam ini, dan tolong rapikan baju – baju abang ya, abang mau menyiapkan semua berkas”. Berkas yang kumaksud adalah susunan itinerary yang kudapat dari blog – blog orang lain yang sudah pernah ke Bali dengan cara backpacker

18.30, kami mulai melangkahkan kaki keluar dari kosan menuju tepi jalan Arif Rahman Hakim, kami menunggu angkot atau yang di Surabaya disebut Lin, tujuan Terminal Bratang. Ongkos Lin S Keputih – Terminal Bratang adalah 3 ribu/orang.

19.00 kami sampai di Terminal Bratang, sudah ada bus tujuan Terminal Purabaya namun masih kosong isinya, artinya bus akan berangkat sekitar 20 menit lagi. Waktu tersebut kami gunakan untuk shalat Isya terlebih dahulu. Setelah shalat kami menuju bus tersebut, petugas terminal mengatakan bahwa itu adalah bus yang terakhir yang menuju Terminal Purabaya, beruntunglah kami karna masih mendapatkan bus kesana. Tarif untuk bus Terminal Bratang – Terminal Purabaya ialah 4 ribu/orang. Ketika di bus ane mencoba menghubungi mas Bayu, sebelumnya ane tidak tahu nama sebenarnya, di akun BPI mas bayu menggunakan nama M150aja, dan biasanya mas ini nongol disetiap topik yang membahas mengenai Bali, dan dari penjelasan kontak yang ada di akunnya bahwa ia bersedia menolong teman – teman BPI yang ke Bali. Ane SMS mas Bayu, mengatakan bahwa kami akan ke Bali malam ini Start dari Terminal Purabaya, dan tak lama kemudian Mas Bayu membalas, bahwa ia bersedia menolong ketika kami sudah sampai di Bali, namun ia juga memberikan saran mengapa tidak pergi esok hari saja karna bus malam yang ke Bali sudah tidak ada atau jikapun ada maka tarifnya mahal, “yang ada kamu nantinya bukannya hemat malah tambah banyak ongkosnya”, namun ane yakinkan diri bahwa kami harus berangkat malam itu juga supaya Kamis siang kami sudah berada di Bali dan mempunyai waktu yang lebih banyak di Bali.

19.30, sampailah kami di Terminal Purabaya, ane mondar mandir melihat papan yang berisikan trayek bus beserta tarifnya. ”nah, ini yang cocok, Surabaya – Probolinggo – Situbondo – Banyuwangi, tarif 50 ribu/orang” . Ya, memang dari Surabaya menuju Banyuwangi terdapat 2 pilihan yaitu bus yang melewati Utara (Surabaya – Probolinggo – Situbondo – Banyuwangi) dan melewati selatan (Surabaya – Probolinggo – Jember – Banyuwangi) berhubung yang kami tuju ialah Pelabuhan Ketapang maka pilihan yang tepat bis yang ke arah Utara

Kami makan terlebih dahulu di warung yang menjual Soto, sebenarnya kami berdua masih Kenyang, rupanya makan siang tadi berupa KFC Super Besar 2 masih mampu membuat kami kenyang hingga jam segini. Namun, dengan pertimbangan kami akan melakukan perjalanan yang jauh maka kami harus makan dulu.

Jam 20.30, ada bus tujuan Banyuwangi di kaca depannya, nah ini bus yang kami tunggu. AC Ekonomi, lumayan, dengan tarif Ekonomi tapi sudah bisa merasakan ademnya AC, kami masuk mengambil 2 bangku. Heemm.. rupaya Alwan bergumam, “banyak kecoa nih bang busnya” . Ane melihat sekeliling, ya memang busnya banyak kecoa berukuran kecil dipinggiran, berkeliaran kesana kemari. Dan hidung ku yang sensitif ini juga mencium bau aroma kecoa, tidak mengenakkan. Sungguh.

Jam 21.00, bus mulai berangkat keluar dari Terminal Purabaya, di depan tempat ane duduk ada Pak Yakin, seorang bapak asal Sumenep yang ingin pergi ke Bali juga namun tujuannya bukanlah Denpasar melainkan Singaraja. ”ah, lumayan lah, ada orang yang tujuan sama dengan kami” gumam ku dalam hati.

Ketika bus dalam perjalanan ada beberapa orang yang dengan tidak tau diri merokok dalam bus, jelas – jelas itu adalah bus AC (walau banyak kecoanya) dilarang untuk merokok, kondektur bus dengan sigap melarang bapak tersebut untuk merokok. “pak, dilarang merokok, bus iki AC” dan bapak itu mematikan rokoknya dengan wajah penuh kesewotan.


Quote:



Bus ternyata tidak sampai Banyuwangi, bus hanya mengantarkan kami hingga terminal Bayuangga, Probolinggo. Jadi kami harus menyambung lagi. Kami dan pak Yakin masuk ke dalam terminal, ternyata belum ada bus yang menuju Banyuwangi ataupun Situbondo. Pak Yakin menanyakan kepada petugas terminal dan pertugas terminal mengatakan bahwa bus tujuan Situbondo akan datang pada pukul 01.00, itu artinya kami harus menunggu selama 1 jam dalam terminal tersebut.


01.00, bus Restu tujuan Situbondo akhirnya datang. Kami segera naik bus tersebut. Alhamdulillah ane dan Alwan masih mendapatkan tempat duduk, ada beberapa penumpang tidak kebagian. Kondektur berusaha agar penumpang yang berdiri bisa duduk, ia melihat – lihat penumpang ibu – ibu yang membawa anak namun hanya membayar 1 tempat duduk, membujuk ibu tersebut supaya memangku anaknya, namun ibu itu nampaknya egois, ia tidak mau memberikan tempat duduk kepada penumpang lainnya, walau ia hanya membayar 1 saja.

Karna bus ini Non AC maka para penumpang yang sudah kecanduan rokok bisa merokok dengan leluasanya. Ya, begitulah keadaan di bus ekonomi, ane hanya menerimanya saja walau ane sangat sensitif terhadap bau asap rokok yang bisa bikin ane pusing – pusing.

Menjelang jam 4an, kami sampai di Terminal Situbondo bertepatan dengan adzan shubuh yang berkumandang di sekitar terminal tersebut. Kami melanjutkan perjalanan menuju Terminal Ketapang, Banyuwangi, kebetulan sekali sudah ada bus tersebut, kami lansung menaikinya. Alhamdulillah, bangku deret 3 bisa kami duduki berdua itu artinya kami mendapatkan tempat yang lega hingga sampai Terminal Ketapang nanti, dan kami pun terlelap tidur hingga terbangung di suatu jalan dimana pemandangan sekitarnya berupa pepohonan yang sedang meranggas dedaunannya serta ada sebuah gunung yang tidak begitu tinggi. Dalam hati ane sepertinya ini sudah dekat dengan suatu tempat yang bernama Baluran, ane hanya menerka - nerka saja. Tanpa tahu jawaban sebenarnya.

Bus ini memiliki hiburan berupa TV + DVD, disepanjang perjalanan sang Sopir memberikan hiburan kepada penumpangnya dengan menyetel sebuah video lawakan yang kadang disertai dengan dangdut, lawakan dibawakan oleh 2 orang yang membawakan lawaknya dengan bahasa Madura, bahasa yang jelas ane tidak mengerti. Beberapa penumpang nampak tertawa karna lawakan pelawak tersebut. Ane hanya terdiam saja, tidak mengerti. Sedangkan disebelah ku, Alwan terus berada di alam mimpinya.

Karna lawakan yang tidak ane mengerti itu, akhirnya ane putuskan menyusul Alwan ke alam mimpi. Hingga ane dibangunkan oleh kondektur bus, karena bus sudah sampai di Terminal Ketapang. Kami dan Pak Yakin keluar dari bus dan tujuan kami selanjutnya adalah Toilet! Ya, karna kami sudah menahan sejak Terminal Situbondo. Selesai sudah panggilan alam, kami hendak keluar terminal untuk mencari ojek namun kami dicegat oleh sopir angkot, sepertinya ia sudah paham bahwa kami akan ke Pelabuhan Ketapang, langsung saja kami digiring ke angkotnya. Kata Pak Yakin paling 5 ribuan lah, namun ketika sampai ane membayar 10 ribu untuk 2 orang, tapi si sopir masih meminta lagi 10 ribu, jadi 1 orang 10 ribu, sontak Pak Yakin ngomel – ngomel sendiri, ia tidak terima untuk jarak sedekat itu ditagih 10 ribu/orang. “ah sialan, mending naik ojek aja tadi 5 ribu, ah saya juga gag nanya dulu sih, sialan itu sopir angkot”

Kami berjalan menuju loket pembelian tiket ferry, 1 orang dikenai Rp 6500, ane membeli untuk 2 orang. Dan segera menuju kapal, Pak Yakin mengingatkan ku apakah ane membawa KTP yang masih aktif? Sontak, ane memeriksa dompet. “Masya Allah, gag ada!” ane periksa lagi ke kantung di jaket, tidak ada juga, celana, dan semua isi tas ane keluarkan, tidak ada. “Ya Allah, kemana KTP ane?” sepertinya KTP ane terjatuh pada saat perjalanan Jakarta – Surabaya di kereta Kertajaya. “oh, tidak, apakah ane harus kembali ke Surabaya?” Karna yang ane ketahui bahwa pada saat hendak keluar dari Pelabuhan Gilimanuk akan ada pemeriksaan KTP jika tidak bawa maka kita tidak diizinkan memasuki Bali. “ya Allah, bagaimana ini?”. Ane cemas bukan main, “haruskah rencana liburan ane yang sudah disiapkan dari bulan Juli ini batal hanya karna ane tidak membawa KTP?”

sudahlah, kamu tenang saja , kita naik kapal saja dulu, nanti kamu periksa lagi” Pak Yakin berusaha menenangkan. Kami berjalan bersama menuju Kapal, pada saat itu penumpang tidak penuh. Banyak bangku yang kosong. Tepat jam 08.00 kapal lepas sandar menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali. Untuk menghilangkan rasa cemas, ane keluar, menghirup udara laut, menatap birunya laut, dan memandang sejauh mata ini bisa memandang. Dan beberapa kali ane mengabadikan gambar disekitar. Setidaknya dengan begitu rasa cemas ane bisa berkurang.

Spoiler for suasana Pelabuhan Ketapang kala itu:


gimana, bang? Ketemu gag KTPnya?” Alwan bertanya kepada ane, nampaknya ia paham dengan kecemasan ane. “gag ketemu, sudahlah kita lihat saja nanti di Gilimanuk, apa kita bisa masuk atau harus balik lagi ke Surabaya” ane jawab sekenanya saja. Mendapat kan jawaban yang demikian raut wajah Alwan menjadi berubah tidak enak, kayaknya rasa cemas ku tertular kini ke dia.
Diubah oleh mcnugraha 07-10-2014 07:29
0
6.4K
25
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan