Memang, jika membuat judul seperti diatas, menarik perhatian, menggemparkan, membuat simpati dan sedih, termasuk saya, sedih mendengar bayi sakit ditolak. Sebenarnya ada masalah apa?
Apakah cukup kita bersimpati, lalu tidak akan ada lagi, kejadian seperti ini?
Cukupkah kita sampai ditahap bersedih tanpa solusi?
Quote:
Original Posted By Masalah kesehatan di Indonesia, anda punya solusi?
Bahaya Intususepsi, dan ileus pada bayi
Sebuah berita pagi yang mengejutkan banyak pihak, seorang bayi yang berusia 2 tahun meninggal karena Ileus obstruktif. Dikabarkan “ditolak” oleh rumah sakit. Apakah benar ditolak, atau memang jumlah rumah sakit Indonesia yang kurang? Wallohualam. Untuk membangun satu rumah sakit setidaknya dibutuhkan 50-100 Miliar. Sebagai modal awal dan belum mencakup operasional. Sanggupkah kita, negara kita, membangunnya, sehingga tidak akan ada lagi kasus seperti ini? Bukan kuasa saya untuk menjawabnya. Tetapi setidaknya mari kita intip, apa itu ileus, dan apa yang bisa kita lakukan.
Sekilas gambaran dari sini:
“Situasinya saat ini di Indonesia, perbandingan tempat tidur rumah sakit yang tersedia per penduduk adalah 0,9 : 1000. Artinya, setiap 1000 orang penduduk, rumah sakit hanya bisa menampung tidak sampai 0.1%. Angka ini lebih buruk daripada di negara berkembang lain seperti Brasil dan Vietnam”
Ileus pada anak
Ileus pada anak, sangat kuat dugaan karena intususepsi. Intususepsi atau invaginasi adalah masuknya usus kecil ke usus besar, sehingga terjadi penyumbatan. Karena terjadi penyumbatan, maka udara dan feses (kotoran) terhenti, terjadi dehidrasi dan infeksi. Anak usia 2 tahun, perkiraan berat badan hanya 15-20 kg, mengalami infeksi dan dehidrasi, tentu merupakan beban yang berat.
Intususepsi sendiri biasanya terjadi dengan spontan, mengingat struktur usus bayi antara usus kecil dengan usus besar. Penyebab pasti tidak diketahui, sehingga layaklah kita sebagai orangtua lebih waspada gejala dini intususepsi. Setelah operasi biasanya baru diketahui, apa yang menyebabkan.
Diluar negeri ada terapi intervensi non bedah, dengan di “tiup”. Tetapi risikonya juga sama, jika sudah terjadi lama, ditiup menyebabkan luka dan peritonitis (infeksi luas pada perut dan usus). Mengingat kondisi yang sudah ileus, jelas tidak bisa ditiup. Memang operasi sebagai jalan keluar. Operasi ileus adalah operasi besar, sampai kadang melibatkan pemotongan usus.
Jadi, pasca operasi pun masih banyak tantangan yang akan dihadapi si anak. Yaitu penyembuhan luka usus yang bisa memakan waktu lama, dan penyembuhan infeksi yang sulit di handle dengan anak sekecil 15-20 kg.
Yang bisa dilakukan?
Jika masih belum parah, baru sumbatan atau intususepsi, belum sampai ileus maka peluang sembuh lebih besar. Jika sudah ileus, dapat fatal akibatnya. Intususepsi sering terjadi setelah infeksi semacam flu. Tanda tanda pada balita adalah:
1. Muntah. Karena sumbatan usus
2. Nyeri perut, sampai rewel dan menangis.
3. BAB atau Pup lengket jelly dan ada darah.
4. Lemas. Gelaja lemas, ini bisa menjadi satu-satunya gejala yang muncul, tanpa disertai gejala lainnya, hal ini menjadikan sulit untuk mengetahui sejak awal.
5. Teraba perut yang membesar.
Mengingat fatalnya komplikasi jika terjadi ileus pada bayi dan balita, kedepannya dapat kita perhatikan tanda-tanda agar kita dapat lebih awal mengetahuinya. Sementara jumlah rumah sakit yang kurang, memang menjadi dilema problematik kita bersama.
Sumber:
http://mumstuf.com/mencoba-mencari-s...i-yang-begini/