Meski DJ adalah profesi yang cukup menjanjikan, namun tidak bisa dipungkiri bahwa ada stigma yang melekat. Pasalnya dunia malam identik dengan lifestyle yang negatif. Stigma tersebut kian melekat pada DJ wanita.
Beberapa DJ yang kami wawancarai mengakui anggapan tersebut. “Susah memang, tapi saya berusaha menjaga etika yang baik dan kontrol diri biar tidak dipandang negatif. Jadi DJ itu juga harus punya atittude,” jelas DJ Schatje.
Menurut DJ Yasmin, tiap orang berbeda – beda dan tergantung niat datang ke klub. Bagi eksekutif muda ataupun sosialita, pergi ke klub menjadi sebuah hiburan ketika lepas berutinitas. “I do it for the music because I love the music, and I can not live without the music,” ujar wanita yang tidak minum alkohol dan merokok itu.
Keusilan para partygoers sudah menjadi makanan sehari – hari. Untungnya, belakangan ini sudah mulai jarang terjadi. Menurut DJ Yasmin sekarang sudah lebih sopan dan lebih bisa melihat ke penampilan sang DJ. Etika yang baik didukung dengan kontrol diri sangat mempengaruhi agar tidak diberikan kesan yang negatif. “Aku bukan tipe DJ cewek yang seksi. Jadi lebih menunjukkan keahlian aku dalam memainkan sebuah lagu,” tuturnya.
Sementara DJ Shinta memilih untuk tidak terlalu mempedulikan stigma yang berkembang di masyarakat. Baginya, jika berhubungan dengan profesionalitas, Ia harus melakukan pekerjaan itu dengan baik. Skill dalam bermusik pun selalu diasah untuk menunjukkan kemampuan yang dimiliki. “Baik DJ pria dan wanita memiliki tanggung jawab profesi yang setara,” tegas dara asli kelahiran Bogor itu.
---------------------- source here
----------------------
Spoiler for Penampakan DJ yasmin, DJ Shinta, DJ Schatje: