PSSI, angkat ane jadi KONSULTAN MANAJEMEN TIMNAS....!!
TS
sancimelekete
PSSI, angkat ane jadi KONSULTAN MANAJEMEN TIMNAS....!!
Tulisan ini berawal dari : Indonesia 0- 4 Filippina
Introduction :
Selalu menyimak perkembangan Sepakbola Indonesia sejak akhir dekade 90-an, ane tahu benar bagaimana Sepakbola Indonesia lumayan disegani. Walaupun bukan nama besar, tapi dianggap cukup berpotensi merepotkan tim-tim besar di Asia Barat dan Timur. Di Asia tenggara kita adalah RAKSASA-nya (walau tidak pernah juara dikejuaraan regional.).
Spoiler for Squad Indonesia di akhir 2000-an:
Lalu menyaksikan AKSI heroik para punggawa timnas di ajang AFF 2014 vs Filippina kemarin, dimana kita kalah 0 - 4. Hal gila macam apa ini yang telah ane saksikan?
Haha, curhat dikit ya agan2 semua.
Ane membisu sepanjang pertandingan vs Filippina.
Mata ane berkaca-kaca.
Hati ane jemu disertai tarikan nafas berat. ANE Mengumpat dalam keheningan.
ANE SEDIH, SANGAT SEDIH menyaksikan kekalahan tersebut. Ane tau benar bagaimana Filippina ini menjadi lumbung gol Indonesia selama 2 dekade belakangan, kita pernah menang 13 - 1, menang setengah lusin juga pernah, skor telak 3-0 sering banget.
Tapi sekarang?
Ahh Indonesia, pesepakbolaanmu mempunyai permasalahan yg TERAMAT KOMPLEKS. Mari kita identifikasi secara spesifik.
1. Perkembangan Sepakbola yang dibantu Naturalisasi.
Spoiler for Satu:
Jawaban sederhana atas kekalahan Timnas Indonesia Adalah : karena Filippina memang udah berkembang pesat
Baik ane jawab, yah memang Filippina sudah berkembang , tapi mungkin belum sampai ke level Pesat mengingat MEREKA CUMA MAIN INSTANdlm menggapai prestasi, yaitu DENGAN NATURALISASI RAME-RAME. Hal ini sama aja membeli pemain luar negeri utk menjadi pemain nasional mereka. Ane hanya melihat 2-3 orang di line-up mereka yg BERWAJAH MELAYU MONGOLOID. Bahkan dibangku cadangan juga didominasi wajah2 Indo Eropa.
Tapi kita juga melakukan Naturalisasi bukan?
Iya benar, tapi hanya 2-3 orang dalam Line up, ini kebalikan dari apa yg dilakukan Filippina.
Dan pembeda Naturalisasinya Indonesia dan Filippina adalah : KUALITAS PEMAIN!
Ane salut sama Sergio Van Dijk dan Cr.Gonzalez, mereka adalah pemain yang diatas skill rata2 org Indonesia. Tetapi dengan yg lainnya macam RAPHAEL MAITIMO? Haha, bermain sebagai defensive midfielder (Gelandang Bertahan), ini pemain visi bermainnya dibawah standar, skill juga gak menonjol. Ane lebih memilih Manahati Lestussen diduetkan dengan Firman Utina / Evan Dimas dilini ketimbang dia.
Keadaannya kontras dengan Filippina, skill pemain Naturalisasi mereka sangat bagus.
Spoiler for Kesimpulan 1:
Kesimpulan dipoin ini : Beberapa pemain Naturalisasi tidak begitu bagus.
2. PENEMPATAN PEMAIN NATURALISASI DI LINI-LINI VITAL.
Spoiler for Dua:
Ane mencatat bahwa Ada lini-lini sangat vital diformasi sepakbola modern, posisi dimaksud adalah Centre Back. Gelandang Bertahan, Gelandang Serang dan Winger. untuk 2x line up pertama, Indonesia memasok pemain Naturalisasi utk AFF kali ini hanya di lini Penyerang dan gelandang bertahan. Dan yang lucunya, gelandang bertahan malah diisi oleh Maitimo yg jelas2 permainannya dibawah standar.
Spoiler for Skill Biasa Biasa Saja:
Ini berbeda dengan Filippina yg mengisi Centre back, Gelandang Bertahan, Gelandang Serang, dan Winger mereka dengan pemain Naturalisasi Berkualitas. Ingat, apabila posisi ini aman, maka penyerang akan dimanjakan, dan lini attacker bisa lebih tenang menunggu bola ketimbang turut membantu pertahanan(kalo lini menyerang turun kelini pertahanan, berarti didepan kosong kan?). Dan ini teraplikasi dengan sangat baik dipertandingan vs Indonesia kemarin.
Spoiler for Pemain Naturalisasi Philippina yg Luar biasa :
Spoiler for Kesimpulan 2:
Kesimpulan : Lini-lini vital dalam pengembangan permainan tidak diisi oleh pemain bagus..
3. Stamina dan Lemahnya nyali untuk melakukan pressing + Body-Charge
Spoiler for Tiga:
Dalam sepakbola, strategi Pressing (menekan lawan secara individual maupun tim) adalah salah satu cara untuk merusak permainan lawan. Disini, kerap terjadi Body-Charge (benturan fisik).
Boleh ane katakan kalau pemain Indonesia itu LEMAH dalam menekan pemain lawan (melakukan Pressing)...?? Apa sebab? Apalagi kalau bukan masalah Mental. Yap, mental pemain Indonesia itu PENAKUT. Entah itu penakut dalam artian ego, atau penakut karena takut cedera saat melakukan Pressing. Padahal totalitas bermain itu juga dinilai dari Seberapa berani kita DUEL (Body-charge, bukan berantem) dengan pemain lawan.
Spoiler for Body Charge:
Ahh, untuk bermain Pressing Ketat inikan kita harus mempunyai Power dan Stamina yg cukup.Yap benar sekali, permainan body-charge akan menguras tenaga, kalau tidak pintar menyikapi : stamina akan habis di menit 60-an. Makanya, pemain harus memperhatikan staminanya. Menjaga stamina seorang pemain bisa dilakukan dengan dua hal : Berlatih secara fisik dan Istirahat yang cukup. Dan istirahat ini sendiri dipengaruhi 2 hal, yaitu skedul tim dan JUGA KESADARAN PEMAIN ITU sendiri untuk beristirahat total. Jangan sampe tim udah diistirahatkan, tapi pemain malah keluyuran keluar asrama.
Spoiler for Kesimpulan 3:
Dalam konteks ini, kita simpulkan bahwa permasalahannya : Stamina yg buruk merembet pada Mental + Power for Body Charge yg Rendah.
4. Tata kelola lawan-lawan persahabatan sebelum pertandingan resmi.
Spoiler for Empat:
Ane rasa, dari konteks PSIKOLOGIS, faktor ini harus benar2 dipertimbangkan. Kenapa?
Ane beri contoh : Entah itu Timnas U19 maupun timnas Senior, lawan-lawan persahabatannyamakin mendekati hari-H kok malah makin berat? Tau kan efeknya, bila kita menghadapi tim besar : resiko menderita kekalahan itu BESAR! Dan menelan kekalahan (apalagi kalo kalah telak) itu sangat mempengaruhi psikologis bertanding pemain kedepannya (dalam hal ini : saat pertandingan resmi).
Masih ingat bagaimana laga persahabatan Timnas U19 itu kronologisnya Tur Nusantara yg mana tingkat kesulitannya dikategorikan EASY. Lalu Tour Timur Tengah yg mana tingkat kesulitannya dikategorikan MEDIUM. Lalu Balik lagi Tour Nusantara 2 yg EASY, trus dikirim ke HassanahBolkiah yang ane kategorikan MEDIUM. Lalu ending-nya sangat mengerikan : Berhadapan dengan Tim-Tim SUPER HARD! Kita dibantai Barca U19 0 – 5, lalu Real Madrid U19 dengan skor 0 – 6….!! Setelah mencicipi kelalahan telak, 10 hari Timnas U19 kemudian langsung bertanding di AFC U19.
Dan apa masih ingat dengan rentetan uji coba Timnas Senior 2 bulan terakhir dgn data berikut?
Spoiler for Kronologis:
Indonesia vs Yaman (Medium) = 0 : 0
Indonesia vs Cambodja (Very EASY) = 1 – 0
Indonesia vs Timor Leste (EASY) = 4 – 0
Indonesia vs Syria (Hard) = 0 – 2
10 hari kemudian, pasca kekalahan dari Syria, Indonesia bertanding di ajang AFF.
Dari sini kelihatan bahwa Timnasmembawa DERITA PSIKOLOGI sebelum bertanding di ajang Resmi. Ya, mereka KALAH, mereka merasakan situasi psikologi yang kurang nyaman karena kekalahan pertandingan ujicoba terakhir. Terlepas kekalahan itu didapat dari tim Kuat atau Medium, yang namanya KALAH YA KALAH! Dan siapapun yg mengalami kekalahan PASTI AKAN MERASAKAN keguncangan psikologi.
Seharusnya, sebelum bertanding, para pemain disuapi rasa NYAMAN dulu, biarkan mereka bahagia karena merasakan menang (terserah itu melawan tim manapun). Tapi dengan pengelompokkan tingkat SUPER EASY, EASY, MEDIUM, HARD, dan VERY HARD. Maka kemenangan akan lebih mungkin didapatkan dari tim-tim yang berlabel SUPER EASY dan EASY. Maka akan lebih bijak jika di dua pertandingan sebelum ajang resmi, Indonesia menghadapi tim yg tingkat kesulitannya seperti yg ane sebutkan diatas. Akan lebih baik jika Syria (atau tim sekelasnya = HARD) ditaruh di 3 pertandingan akhir, bukan sebagai laga pamungkas sebelum bertanding di ajang resmi.
Anggaplah sebuah timnas membutuhkan 7 laga uji coba sebelum terjun ke kejuaraan resmi. Maka Kronologis terbaik itu seperti ini gan.:
Spoiler for Sebaiknya begini gan:
1. Tim Super Easy (Kamboja, Brunei Darussalam, Papua Nugini, Makau, Nepal, dll). Kemungkinan = MENANG. Psikologi Moril = High
2. Tim EASY (Timor Leste, Laos, Maldives, Srilanka, Palestina, dll). Kemungkinan = Menang. Psikologi Moril = Higher.
3. Tim Medium (Vietnam, Singapura, Malaysia, Filippina, Yaman, Andorra, Kuba, dll). Kemungkinan Menang / Seri / Kalah. Psikologi Moril = High
4. Tim Hard (Thailand, Syria, China, Selandia Baru, Tahiti, dll). Kemungkinan Seri atau Kalah. Psikologi Moril = relative High
5. Tim Hard. Kemungkinan = Seri atau Kalah. Psikologi Moril = Sedikit Menurun.
6. Tim Medium. Kemungkinan = Menang / Seri / Kalah. Psikologi Moril = Up.
7. Tim Easy / Super Easy. Kemungkinan = MENANG. Psikologi Moril = High!
Begitulah, dalam tata kelola pertandingan sebelum kejuaraan resmi,kita harus memperhatikan RASA NYAMAN diujung program dengan tujuan : Moril dan Tingkat Kepercayaan Diri pemain terjaga dilevel Tinggi (high). Sepertihalnya bermain game Sepakbola, boleh saja kita meningkatkan tingkat kesulitan lawan tanding, berawal dari Very Easy, naik ke Easy, lalu ke Medium, trus naik ke level Hard, tapi sebelum game dimatikan : bertanding di level Easy bisa memberi kemenangan dan rasa Nyaman. Ini memberi Mood yang baik sebelum kita berhadapan dengan Ujian yang sebenarnya.
5. Tidak bisa membaca kekurangan diri.
Spoiler for Lima:
Pelatih Alfred Riedl sepertinya agak kolot (kalau tidak saya bilang Kuno) dan kaku dalam menerapkan strategi. Menghadapi Filippina yang 75% pemainnya adalah pemain IMPOR EROPA yang didukung oleh Fisik tinggi (diatas 180 cm) dan besar (beratnya proporsional dengan badan yang lebar + berotot), Timnas kita masih saja doyan memainkan bola-bola panjang. Hampir disepanjang pertandingan : Indonesia mengirim bola langsung kedepan, entah itu di centre ataupun di winger. Hal ini tentu menjadi santapan lezat bagi bek2 Filippina. Apa beliau lupa bahwa disana ada Luis Guirado, bek Filippina yg bertinggi badan 190 cm? Dan juga Pemain-pemain seperti Simone Rotta (179 cm), secara fisik, bakal mematikan geliat Samsul Arif yang hanya bertinggi badan 169 cm dengan postur sedang (tidak terlalu lebar dan berotot). Pertahanan Filippina diperkuat oleh gelandang Jerry Lucena (180 cm), pemain yg bermain di Liga Denmark ini sangat tangguh saat mengcover transisi Filippina dari menyerang ke Bertahan. Dan kita sama-sama melihat bahwa Winger Indonesia yg lain (M. Ridwan - 173 cm postur sedang) Mati kutu.
Spoiler for Guirado : Bek Filippina yg berbadan Tinggi + Besar:
Dalam hal ini, ane menitikberatkan bahwa sebelum bertanding, harusnya ada kesadaran dari tim pelatih bahwa : memaksakan bola2 panjang bukanlah ide yang baik. Riedl seharusnya sadar bahwa postur Indonesia kalah dibandingkan Filippina. Mengharapkan Sergio Van Dijk seorang(185 cm postur sedang) utk membongkar pertahanan FIlippina tentu terlalu berisiko.
Agaknya Riedl dan jajaran pelatih sedikit terbuai dgn hasil yg didapat dari Vietnam, saat itu kita berhasil membongkar pertahanan mereka via Winger. Tapi data ane mengatakan : Full Back Vietnam Nguyen Van Bien hanya bertinggi 173 cm dgn postur agak kurus dan juga Xuan Tan (172 cm postur sedang). Fisik mereka yg tidak jauh beda dgn Winger kita membuat ADU POWER antara WInger Indonesia dan Full Back Vietnam relatif seimbang. Skema long-ball ke centre forwarder dan winger bisa diterapkan. Tetapi jika ini diaplikasikan vs Filippina, haha kita sudah mengetahui hasilnya bukan?
Kesimpulan : Lawan yg berpostur Tinggi dan Besar mempunyai Power. Maka hati-hati dalam menerapkan skema Long Ball (bola2 panjang). Indonesia lebih cocok menerapkan permainan bola-bola pendek yg divariasikan dgn Long Ball. Dalam hal ini, long ball tidak dominan dalam mengisi skema permainan.
Demikianlah pandangan ane atas kekalahan Filippina, Dan sebenarnya masih banyak sih faktor nonteknis lain yg bisa ane jabarkan secara spesifik, mulai dari manajemen Liga, mentalitas Lokal vs Mentalitas Internasional, dll. Tapi sudah dulu ya gan, ane capek ngetik. Nanti di trid2 selanjutnya akan ane bahas. Akhir kata, Semoga ada pembesar PSSI yang membaca tulisan ini, sekaligus mengambil hikmah, lalu bertindak mengevaluasi segala kekurangan timnas tercinta kita ini. Syukur2 ane diangkat jadi Konsultan manajemen Timnas oleh PSSI.