- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Sebuah pelajaran dari bocah penjual koran


TS
KukuhKurniawan
Sebuah pelajaran dari bocah penjual koran
Selamat pagi gan, ane mau bagi bagi cerita nih. Mudah mudahan agan agan yang baca bisa ikut terinspirasi dari bocah ini. Semoga suka gan 


gambar: infosumbar.net
Sumbernya dari blog sendiri gan, kalau misalnya agan agan suka boleh dong dikasih
,
, bantu
atau kunjungin blog ane di ww.kukuh.my.id hehehe


Spoiler for Ilustrasi:

gambar: infosumbar.net
Quote:
Aku bersama Himpunan mahasiswa ilmu komunikasi (HIMAKSI) sudah berada di perpustakaan daerah Kalimantan Timur. Genangan air sore hari itu membuat kami berjalan dengan hati hati. Udaranya cukup dingin sampai aku enggan melepas sweaterku. Dengan membawa kotak dus Indomie bertuliskan "Bakti sosial untuk korban bencana kebakaran", Kami sudah siap.
Jadi hari ini kami akan mengadakan bakti sosial untuk korban bencana kebakaran yang terjadi di Jalan antasari. Sebagai mahasiswa baru yang polos, imut dan menggemaskan, kegiatan ini adalah acara bakti sosial pertamaku sepanjang sejarah.
Setelah dibuat berkelompok sama ketua himaksi, aku dapat bagian lampu merah jalan Juanda sama sama dengan Monika. Kebetulan dia blogger dari Jakarta yang kuliah di sini. Agak aneh juga sih, kalau biasanya orang Kalimantan yang kuliah ke Jakarta, Monika berfikir sebaliknya. Mungkin karena sekarang Universitas Mulawarman sudah nggak kalah dengan Universitas Indonesia, atau bisa juga dia cuman salah masuk kampus karena almamaternya sama sama warna kuning. Biarlah, hanya dia yang tau. Coba aja blogwalking ke blognya. Kamu akan dipaksa ngeliat wajahnya versi hitam putih. Buat kamu yang baru pertama kali ngunjungin ngeri juga sih. Tapi nggak papa, nanti juga terbiasa kok.
Penggalangan dana dimulai sekitar jam 4 sore. Karena kami berdua sama sama belum pernah menggalang dana, kami sempat kefikiran minta dengan skenario yang kayak gini
"Bapak tau nggak? nyumbang untuk korban kebakaran efeknya sama kayak bakar lemak di perut loh"
"Terima kasih bu sudah mau nyumbang. Eh Ibu cantik juga ya, pipinya chubby chubby empuk gitu. Pasti kebanyakan makan boneka beruang."
"Ngeliat wajah kakak, hati saya juga ikutan membara seperti api. Gimana kalau kakak bantuin padamkan. Mau ya jadi pacar saya?"
Lah, malah modus.
Kayaknya cara itu terlalu ekstrem. Dari yang aku tau, Kehidupan di jalanan itu keras. Kami nggak mau acara bakti sosial ini berakhir dengan bentrokan. Makanya lebih baik main aman aja dengan minta kayak gini
"Bapak, sumbangan kebakaran pak." Iya, kami 2 blogger yang gagal kreatif.
Satu per satu pengendara memberikan sedikit donasinya untuk korban kebakaran. Nominalnya juga beragam. Rp.1.000, Rp. 2.000, Rp.5.000 sampai ada yang memberikan Rp. 50.000. Ini semua hasil dari sumbangan mobil bapak PNS, karyawan swasta, ibu ibu sosialita, pelajar yang belum punya SIM sampai anak SMA yang mukanya sudah tua banget. Aku memberikan senyuman terbaik untuk mereka mereka yang menyumbang maupun yang memilih lain kali. Menurutku, senyum adalah suatu yang gratis tapi punya banyak manfaat. Menakut nakuti orang misalnya.
"Mon, kayaknya kita harus lebih kreatif!" aku langsung mengeluarkan binder dan mengambil kertas untuk ku tulis.
"MENYUMBANG = PAHALA"
Walaupun kayaknya semua orang sudah tau, setidaknya sudah lebih kreatif dari sebelumnya.
"Ayo Mon, kita gantian pegang kertas ini. Biar orang sadar kalau menyumbang sekarang akan membawa dampak di akhirat" Aku berusaha meyakinkan dia supaya mau aja pegang kertas yang sebenarnya nggak ngefek juga, namanya juga sudah terlanjur ditulis.
Saat lampu lalu lintas berubah menjadi hijau, kami berdua duduk istirahat di zebracross. Kami sudah cukup bangga bisa dipercaya untuk menyalurkan uang orang lain untuk membantu saudara kita. Walaupun secara fisik sudah capek, kondisi mental tetap semangat dengan acara ini. Saat isyarat lampu kembali berwarna merah, kami kembali jalan dari mobil ke mobil. Sampai ada seorang bocah penjual koran yang tingginya cuman sepinggang menghentikan langkah kami, dia bertanya.
"Kak, itu apa?" Sebenarnya di kotak itu sudah bisa terbaca jelas. Mungkin aja dia masih belum bisa membaca.
"Ini sumbangan kebakaran dek, di Jalan Antasari"
Tanpa kembali bertanya, anak itu langsung memasukan uang seribu rupiah. Dia langsung berbalik dan kembali berjualan.
"Makasih, dek" nada bicaraku bergetar.
Dia pasti tau, belum tentu koran yang dipegangnya itu akan habis, tapi dia sudah berani menyumbangkan uangnya untuk membantu orang lain. Aku terharu. Seribu rupiah mungkin dengan gampang dibelanjakan dengan sosis so nice. Tapi aku yakin, anak itu pasti harus bersusah payah untuk mendapatkannya. Ngeliat anak itu tetap optimis menawarkan korannya di sore ini, aku jadi yakin, ada saatnya anak berhati mulia itu menjadi inspirasi buat banyak orang.
Kami kembali melanjutkan penggalangan dana ini. Sudah nggak terhitung lagi berapa kata terima kasih yang kami ucapkan untuk mereka mereka yang melintasi jalan juanda ini. Ada perasaan yang jarang sekali aku dapatkan sore ini. Perasaan yang damai.
"kak, kami duluan ya
" Sebuah teriakan dan senyuman dari bocah bocah penjual koran tadi. Mereka pulang dengan nebeng mobil pick up. Ngeliat senyuman mereka membuat hati ini remuk. Pecah berantakan. Hari ini aku terinspirasi dari anak itu.
Mereka yang setiap hari panas panasan, hujan hujanan di jalan demi membeli koran tetap bisa tersenyum ceria. Mereka pulang bekerja dengan membawa uang yang bagi sebagaian orang nggak sebanding dengan cara mendapatkannya. Mereka terlihat sangat bersyukur. Dari anak kecil itu aku belajar, sesulit apapun kondisinya, selalu ada cara untuk bersyukur.
Nggak beberapa lama, acara penggalangan dana berakhir. Aku dan Monika kembali ke perpusda dimana motor diparkir. Uang hasil penggalangan dana dikumpulkan ke satu kotak untuk dihitung di sekretariat himaksi. Singkat cerita, uang yang berhasil kami kumpulkan sore hari itu sebesar Rp. 1.406.500.
Sebuah hari yang bener bener berkesan. Buat kamu yang baca, acara semacam ini adalah event yang nggak boleh dilewatkan. Setidaknya, sekali seumur hidup. Supaya bisa merasakan gimana belajar bersyukur dan berterima kasih kepada orang yang nggak dikenal selain ke mba mba kasir Indomaret.
Jadi hari ini kami akan mengadakan bakti sosial untuk korban bencana kebakaran yang terjadi di Jalan antasari. Sebagai mahasiswa baru yang polos, imut dan menggemaskan, kegiatan ini adalah acara bakti sosial pertamaku sepanjang sejarah.
Setelah dibuat berkelompok sama ketua himaksi, aku dapat bagian lampu merah jalan Juanda sama sama dengan Monika. Kebetulan dia blogger dari Jakarta yang kuliah di sini. Agak aneh juga sih, kalau biasanya orang Kalimantan yang kuliah ke Jakarta, Monika berfikir sebaliknya. Mungkin karena sekarang Universitas Mulawarman sudah nggak kalah dengan Universitas Indonesia, atau bisa juga dia cuman salah masuk kampus karena almamaternya sama sama warna kuning. Biarlah, hanya dia yang tau. Coba aja blogwalking ke blognya. Kamu akan dipaksa ngeliat wajahnya versi hitam putih. Buat kamu yang baru pertama kali ngunjungin ngeri juga sih. Tapi nggak papa, nanti juga terbiasa kok.
Penggalangan dana dimulai sekitar jam 4 sore. Karena kami berdua sama sama belum pernah menggalang dana, kami sempat kefikiran minta dengan skenario yang kayak gini
"Bapak tau nggak? nyumbang untuk korban kebakaran efeknya sama kayak bakar lemak di perut loh"
"Terima kasih bu sudah mau nyumbang. Eh Ibu cantik juga ya, pipinya chubby chubby empuk gitu. Pasti kebanyakan makan boneka beruang."
"Ngeliat wajah kakak, hati saya juga ikutan membara seperti api. Gimana kalau kakak bantuin padamkan. Mau ya jadi pacar saya?"
Lah, malah modus.
Kayaknya cara itu terlalu ekstrem. Dari yang aku tau, Kehidupan di jalanan itu keras. Kami nggak mau acara bakti sosial ini berakhir dengan bentrokan. Makanya lebih baik main aman aja dengan minta kayak gini
"Bapak, sumbangan kebakaran pak." Iya, kami 2 blogger yang gagal kreatif.
Satu per satu pengendara memberikan sedikit donasinya untuk korban kebakaran. Nominalnya juga beragam. Rp.1.000, Rp. 2.000, Rp.5.000 sampai ada yang memberikan Rp. 50.000. Ini semua hasil dari sumbangan mobil bapak PNS, karyawan swasta, ibu ibu sosialita, pelajar yang belum punya SIM sampai anak SMA yang mukanya sudah tua banget. Aku memberikan senyuman terbaik untuk mereka mereka yang menyumbang maupun yang memilih lain kali. Menurutku, senyum adalah suatu yang gratis tapi punya banyak manfaat. Menakut nakuti orang misalnya.
"Mon, kayaknya kita harus lebih kreatif!" aku langsung mengeluarkan binder dan mengambil kertas untuk ku tulis.
"MENYUMBANG = PAHALA"
Walaupun kayaknya semua orang sudah tau, setidaknya sudah lebih kreatif dari sebelumnya.
"Ayo Mon, kita gantian pegang kertas ini. Biar orang sadar kalau menyumbang sekarang akan membawa dampak di akhirat" Aku berusaha meyakinkan dia supaya mau aja pegang kertas yang sebenarnya nggak ngefek juga, namanya juga sudah terlanjur ditulis.
Saat lampu lalu lintas berubah menjadi hijau, kami berdua duduk istirahat di zebracross. Kami sudah cukup bangga bisa dipercaya untuk menyalurkan uang orang lain untuk membantu saudara kita. Walaupun secara fisik sudah capek, kondisi mental tetap semangat dengan acara ini. Saat isyarat lampu kembali berwarna merah, kami kembali jalan dari mobil ke mobil. Sampai ada seorang bocah penjual koran yang tingginya cuman sepinggang menghentikan langkah kami, dia bertanya.
"Kak, itu apa?" Sebenarnya di kotak itu sudah bisa terbaca jelas. Mungkin aja dia masih belum bisa membaca.
"Ini sumbangan kebakaran dek, di Jalan Antasari"
Tanpa kembali bertanya, anak itu langsung memasukan uang seribu rupiah. Dia langsung berbalik dan kembali berjualan.
"Makasih, dek" nada bicaraku bergetar.
Dia pasti tau, belum tentu koran yang dipegangnya itu akan habis, tapi dia sudah berani menyumbangkan uangnya untuk membantu orang lain. Aku terharu. Seribu rupiah mungkin dengan gampang dibelanjakan dengan sosis so nice. Tapi aku yakin, anak itu pasti harus bersusah payah untuk mendapatkannya. Ngeliat anak itu tetap optimis menawarkan korannya di sore ini, aku jadi yakin, ada saatnya anak berhati mulia itu menjadi inspirasi buat banyak orang.
Kami kembali melanjutkan penggalangan dana ini. Sudah nggak terhitung lagi berapa kata terima kasih yang kami ucapkan untuk mereka mereka yang melintasi jalan juanda ini. Ada perasaan yang jarang sekali aku dapatkan sore ini. Perasaan yang damai.
"kak, kami duluan ya

Mereka yang setiap hari panas panasan, hujan hujanan di jalan demi membeli koran tetap bisa tersenyum ceria. Mereka pulang bekerja dengan membawa uang yang bagi sebagaian orang nggak sebanding dengan cara mendapatkannya. Mereka terlihat sangat bersyukur. Dari anak kecil itu aku belajar, sesulit apapun kondisinya, selalu ada cara untuk bersyukur.
Nggak beberapa lama, acara penggalangan dana berakhir. Aku dan Monika kembali ke perpusda dimana motor diparkir. Uang hasil penggalangan dana dikumpulkan ke satu kotak untuk dihitung di sekretariat himaksi. Singkat cerita, uang yang berhasil kami kumpulkan sore hari itu sebesar Rp. 1.406.500.
Sebuah hari yang bener bener berkesan. Buat kamu yang baca, acara semacam ini adalah event yang nggak boleh dilewatkan. Setidaknya, sekali seumur hidup. Supaya bisa merasakan gimana belajar bersyukur dan berterima kasih kepada orang yang nggak dikenal selain ke mba mba kasir Indomaret.
Sumbernya dari blog sendiri gan, kalau misalnya agan agan suka boleh dong dikasih



Spoiler for Berita tentang kebakarannya gan:
Quote:
Kunjungi juga thread ane yang lain
Agan Haters? baca ini gan!
Tutorial menyelundupkan makanan di bioskop
Pesan buat agan agan yang perokok
Agan Haters? baca ini gan!
Tutorial menyelundupkan makanan di bioskop
Pesan buat agan agan yang perokok
0
2.2K
Kutip
10
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan