ANEH dan BINGUNG !!? (Apa yang muslim lakukan ketika shalat ?) - Non Muslim Masuk ! -
TS
ghazlan.ulum
ANEH dan BINGUNG !!? (Apa yang muslim lakukan ketika shalat ?) - Non Muslim Masuk ! -
Mungkin merupakan sesuatu hal yang aneh bagi para non-muslim jika melihat orang muslim sedang melakukan shalat ?
Berikut adalah beberapa pertanyaan umum yang sering dilontarkan oleh umat non-Muslim ketika melihat umat Muslim sedang melakukan shalat :
1. Kenapa mereka komat kamit pake bahasa Arab ? Kenapa harus pake bahasa Arab sih ? Bukannya Tuhan Maha Mendengar dan Maha Mengetahui ? Hari gini kok berdoa pake bahasa asing
Spoiler for JAWAB ::
Apakah bijak memaksa orang untuk shalat dalam bahasa asing, yaitu bahasa Arab ?Mengapa tidak lebih baik melakukan shalat dalam bahasa ibu/bahasa sehari-hari ? Apakah bahasa Arab lebih baik dipakai dalam shalat dari pada bahasa Indonesia, Jawa, Sunda, Khe'k dan lain sebagainya ?
Tahukan anda bahwa kalimat-kalimat shalat yang biasa kami ucapkan yang sepertinya terdiri dari banyak kalimat wajib yang harus dibacakan itu tenyata hanya terdiri dari +/- 20 kalimat saja (dengan menghapus kalimat-kalimat diulang-ulang tentunya). Hal ini bukan merupakan suatu hal sulit bagi kami yang memang bertekad untuk mendekatkan diri pada Tuhan.
Islam merupakan agama global dan universal dimana ia menempatkan seluruh kaum Muslimin pada barisan dan jajararan yang satu. Dan tentunya untuk membentuk masyarakat yang "satu" tidak mungkin dapat tercapai tanpa bahasa yang "satu" juga (seperti salah satu lirik lagu wajib kita : satu nusa, satu bangsa, satu bahasa kita), Nah, bahasa Arab ini merupakan media kami untuk berkomunikasi dan saling memahami dalam satu kesatuan.
Karena apabila para umat mengerjakan shalat dengan bahasa ibu/daerahnya, dimungkinkan akan terjadi penambahan dan pengurangan lafaz (pengucapan bahasa Arab aslinya), distorsi atau tercampurnya dengan berbagai kaidah dan masalah-masalah yang tak-berdasar pada tuntunan shalat yang murni. Dimana Islam sangat menjaga kemurnian dari suatu Ilmu.
Salah satu efek yang ditimbulkan adalah setiap umat Muslim di seluruh belahan dunia ini punya kontribusi terhadap penjagaan akan kemurnian Al-Quran yang berlandaskan atas bahasa Arab itu sendiri.
Contoh sederhana :
Jika pemimpin shalat sedang membaca salah satu surat dari Al-Quran sebut saja "Al-Fatihah" yang salah satu ayatnya berbunyi "Alhamdulillahirabbil aaallamiiinn" lalu tiba-tiba si pemimpin shalat ini mengantuk atau melamun sehingga Ia membaca akhir ayat tersebut dengan "Aaallamuuunnn..." maka penulis jamin pasti para pengikut shalat yang berdiri di belakangnya langsung dengan serentak membenarkan bacaan si pemimpin shalat yang mengantuk atau melamun tersebut
Hal ini tentu terjadi karena adanya kaidah penjagaan yang telah diutarakan sebelumnya. Jadi setiap orang punya kontribusi terhadap penjagaan kemurnian atas setiap kata yang terkandung dalam Al-Quran itu sendiri. Inilah salah satu alasan mengapa Al-Quran tidak pernah mengalami perubahan sejak pertama kali diturunkan
Dan masih banyak lagi hal lainnya atas jawaban dari pertanyaan ini namun ini adalah salah satu esesensi yang paling mudah untuk dipahami bagi para non Muslim.
Dibawah ini ada video singkat yang berdurasi 2:41 detik dari salah satu Penceramah favorit penulis yaitu Shaikh Khalid Yasin dari Amerika (yang gaya ceramahnya seperti para penyayi "Rap" ) tentang keajaiban penjagaan kandungan Kitab Al-Qur'an sesuai janji Allah Tuhan kami. Atau klik tulisan ini !
2. Apa sih artinya bahasa Arab yang mereka baca saat shalat ? Kok setiap gerakan shalat beda-beda komat-kamit baca'annya ?
Spoiler for JAWAB ::
Untuk memudahkan pengertian umat lain maka Penulis hanya menterjemahkan kata-kata yang wajib saja dari bacaan shalat, berikut uraiannya :
(1.)Ketika berdiri kami membaca surat "Al-Fathihah" yang artinya pembukaan, maka jika diterjemahkan kedalam bahasa indonesia kurang lebih seperti inilah artinya :
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji bagi Engkau wahai Tuhan semesta alam.
Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Yang menguasai "Hari Pembalasan".
Hanya kepada-Mu-lah kami menyembah dan hanya kepada-Mu-lah kami memohon pertolongan.
(maka) Tunjukanlah kami jalan yang lurus,
(yaitu) Jalan yang telah Engkau beri nikmat; bukan (jalan) yang Engkau murkai dan bukan pula (jalan) mereka (orang-orang) yang tersesat.
Lalu kami membaca satu buah surat pendek, berikut ini adalah salah satu surat pendek yang diambil dari salah satu surat yang ada di Al-Qur'an, yaitu surat "Al-Iklhas" dimana hampir semua umat muslim di dunia ini hafal diluar kepala (kelewatan kalau ada yang ngak hafal, bagi non muslim yang mengetahui ada umat muslim yang tidak hafal surat ini silahkan tegur saja)
Berikut adalah tejemahannya : Katakanlah bahwa Allah itu "Satu", Tuhan Yang Maha "Esa".
Dialah Tuhan tempat kita "Bergantung".
Ia tidak beranak dan tidak pula diper-anak-kan.
Dan tidak akan pernah ada yang me-nyamai-Nya, walau Satupun.
(2.) Posisi diatas adalah posisi rukuk, dimana umat muslim mengucapkan :
"Mahasuci Engkau Tuhanku yang Maha Agung"
Rukuk adalah gerakan menunduk dimana sebelum kita benar-benar bersujud di hadapan Tuhan, kita menundukkan jiwa dan raga kepada Sang Maha Pencipta serta "menghinakan" (merendahkan diri) kepada-Nya. Sehingga sempurnalah ketundukan seorang hamba terhadap Tuhannya.
(3.) Dalam posisi sujud seperti diatas kami mengucapkan :
"Mahasuci Engkau Tuhanku yang Maha Tinggi"
Posisi ini benar-benar mununjukkan kerendahan seorang hamba di hadapan Tuhannya. Bagaimana tidak, kepala yang menjadi bagian paling istimewa dalam tubuh manusia dan tempat bersemayamnya pancaindera utama serta anggota tubuh yang paling dimuliakan oleh manusia, tiba-tiba diposisikan begitu rendahnya hingga rata dengan tanah, tempat dimana kaki berpijak.
(4.) Dalam shalat ada tiga jenis gerakan duduk, disini penulis, tidak akan menjabarkan uraian lengkapnya, penulis hanya akan menjelaskan arti baca'annya saja, berikut adalah uraiannya :
a). Duduk diantara kedua dua sujud didalam shalat. (kami mengucapkan kalimat ini 2x) "Ya Tuhan Kami Maafkanlah segala dosa-dosa yang telah kami perbuat"
Dalam posisi ini kami duduk bersimpuh kepada Tuhan kami untuk memohon ampun atas segala dosa yang telah kami perbuat
b). Duduk tasyahud awal + akhir (kami membaca) Segala kehormatan, hanya bagi-Mu ya Allah, termasuk segala kebahagiaan dan kebaikan.
Semoga keselamatan dan kesejahteraan selalu dilimpahkan kepada Nabi (Muhammad SAW) dengan rahmat beserta segala berkah-Nya.
Semoga keselamatan dan kesejahteraan juga selalu dilimpahkan kepada kami beserta para hamba Allah yang suci dan beriman.
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau Ya Allah, dan Nabi Muhammad (SAW) adalah utusan-Mu ya Allah.
Ya Allah, sampaikanlah shalawat (doa keselamatan, keberkahan dan kesejahtera'an) serta salam kepada (Nabi) Muhammad (SAW) beserta keluarganya.
Sebagaimana engkau menyampaikannya kepada (Nabi) Ibrahim (AS) dan keluarganya.
Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji, lagi Maha Mulia.
Ya Allah, limpahkanlah berkah-Mu kepada (Nabi) Muhammad (SAW) beserta keluarganya.
Sebagaimana Engkau melimpahkannya kepada (Nabi) Ibrahim (AS) dan keluarganya.
Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji, lagi Maha Mulia.
Diakhiri dengan baca'an salam (Assalamualaikum warah matullahi wa barakatuh...) sambil menengok ke kanan dan ke kiri yang artinya :
Semoga keselamatan, kesejahteraan serta rahmat Allah selalu menyertaimu
3. Nyembah apaan sih Mereka, kenapa mesti menghadap ke Barat (Ka'bah di Kota Mekkah Arab) sono ? Padahal Tuhan kan Maha Agung, dia ada dimana-mana setiap saat dan setiap waktu
Spoiler for JAWAB ::
Jika Islam menentang penyembahan berhala, kenapa umat Islam menyembah dan sujud kepada Ka'bah ?
Ka'bah adalah kiblat, yaitu arah kaum muslimin menghadap dalam shalat mereka. Perlu dicatat bahwa walaupun kaum muslimin menghadap Ka'bah dalam salat, mereka tidak menyembah Ka'bah. Kaum muslimin hanya menyembah dan bersujud kepada Allah. Itu semua dilakukan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah. Allah-lah yang memerintahkan mereka untuk menyembah-Nya dengan cara seperti itu. Disebutkan dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 144 :
'Sungguh Kami (sering) melihat wajahmu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram (Ka'bah) dan di mana saja kamu berada, palingkanlah wajahmu ke arahnya....'
Pada zaman Nabi, orang bahkan berdiri di atas Ka'bah dan mengumandangkan adzan. Coba kita tanyakan kepada mereka yang menuduh kaum muslimin menyembah Ka'bah; Penyembah "berhala" mana yang berani berdiri di atas berhala sesembahannya ? Tentu saja tidak ada ! Bahkan pada saat ini orang-orang dapat berdiri diatas ka'bah ketika sedang membersihkannya. Ini kembali menunjukkan bahwa Ka'bah bukanlah sesembahan umat Muslim melainkan sebagai simbol persatuan dalam pelaksanaan peribadatan.
Islam adalah agama yang menghendaki persatuan. Ketika kaum muslimin hendak menunaikan salat, bisa jadi ada sebagian orang yang ingin menghadap ke utara, sedangkan yang lainnya ingin menghadap ke selatan. Untuk mempersatukan umat dalam beribadah kepada Allah (seperti yang telah dijelaskan pada pertanyaan mengenai bahasa Arab pada poin nomor 1) maka kaum muslimin di mana pun mereka berada diperintahkan hanya menghadap ke satu arah, yaitu Ka'bah. Kaum muslimin yang tinggal di sebelah barat Ka'bah, mereka salat menghadap timur. Begitu pula yang tinggal di sebelah timur Ka'bah, mereka menghadap barat. Islam adalah satu satunya agama di dunia ini yang memiliki Kiblat.
4. Kenapa panggilan shalat (Adzan) mesti keras-keras ? Itu kan ngeganggu umat lainnya !!! Apalagi kalau subuh !!! Kita kan masih pada tidur
Spoiler for JAWAB ::
Pengeras suara tidak ada dimasa Nabi, maka semua yang tidak ada/ belum ada dimasa Nabi boleh digunakan jika bermanfaat dan tidak bertentangan dengan syariah, dan haram digunakan jika membawa kerugian/keburukan dan atau hal yang tampaknya baik namun bertentangan dengan syariah.
Mengenai pengeras suara, ia hanya alat syiar, dan adzan (panggilan shalat) yang terdengar dari pengeras suara tidak wajib dijawab, karena ia bukan suara manusia, tapi suara alat yang memperbesar suara, sebagaimana siaran langsung di Masjidil Haram (Mekkah) dalam shalat tarawih kita tak bisa bermakmum (mengikuti imam yang ada) pada televisi, karena ia hanya alat penyampai dari siaran tersebut.
Pengeras suara banyak ditentang oleh ulama kita masa lalu, sebabnya menggganggu.Namun dimasa itu belum banyak suara yang ribut, seperti suara televisi didalam rumah, motor, mobil dll. dimana itu semua membuat suara adzan yang tanpa pengeras suara tak akan terdengar walau hanya beberapa rumah dari masjid.
Saat ini pengeras suara untuk adzan diakui oleh Jumhur (mayoitas seluruh madzhab, dan para ulama). Hal ini juga sudah ditetapkan berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia yaitu : Lampiran Instruksi Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor KEP/D/101/1978 tentang Tuntunan Penggunaan Pengeras Suara di Masjid, Langgar, dan Mushalla (“Instruksi Direktur Jenderal Bimas 101/1978”).
Sedangkan mengenai acara lainnya yang diumumkan di Mesjid-mesjid, maka jika bermanfaat bagi masyarakat banyak maka boleh, jika justru masyarakat banyak terganggu (selain adzan) maka hendaknya tak digunakan.
Begitupun kata salah seorang mantan Wakil Presiden kita Bapak Budiono saat melangsungkan Sambutan Wakil Presiden RI pada Pembukaan Muktamar Dewan Masjid Indonesia (DMI) ke-6 di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, 27 April 2012 yang berisi :
"Kita semua sangat memahami bahwa adzan adalah panggilan suci bagi umat Islam untuk melaksanakan kewajiban sholatnya.
Namun demikian, apa yang saya rasakan barangkali juga dirasakan oleh orang lain, yaitu bahwa suara adzan yang terdengar sayup-sayup dari jauh terasa lebih merasuk ke sanubari kita dibanding suara yang terlalu keras, menyentak, dan terlalu dekat ke telinga kita.
Al-Quran pun mengajarkan kepada kita untuk merendahkan suara dan merendahkan hati ketika berdoa memohon bimbingan dan petunjuk-Nya."
Cholil Ridwan, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) berkata :
“Mungkin kita bisa membiarkan mereka menggunakan pengeras suara untuk pembacaan Al-Qur’an selama 15 menit, tetapi semua masjid seharusnya tidak keterlaluan dengan menyiarkannya selama berjam-jam setiap malam. Warga perlu tidur, mereka harus bekerja. Islam tidak suka hal apapun yang berlebihan,” katanya.
Pada saat sebelum pembangunan mesjid harus ada ijin tertulis, dari RT, RW, Kec., Kel. dll. termasuk persetujuan dari warga setempat akan konsekuensi yang terjadi dari pembangunan mesjid tersebut. Tentu hal ini sudah menjadi hal yang wajib ditempuh sebagai syarat perijinan pembangunan rumah peribadatan. Seperti yang dikatakan Said Agil Siradj ketua Nahdatul Ulama (organisasi Muslim terbesar di Indonesia yang beranggotakan lebih dari 40 juta anggota) : "Di wilayah di mana banyak penduduk yang bukan Muslim, tentu saja janganlah kita menyiarkan pembacaan Al-Qur’an secara keras, namun di tempat seperti Kudus, Jawa Tengah, yang merupakan pusat pelajaran Islam, warga akan mengeluh jika pembacaan Al-Qur’an terlalu kecil suaranya. Mereka suka pembacaan secara nyaring.”
Jadi sebaiknya umat non-Muslim tidak menyalahkan Agama Islam (don't judge the book by its cover) karena jika masih ada saja oknum-oknum Mesjid yang berlomba-lomba dalam mengeraskan suara Adzan ataupun yang lainnya hingga mengganggu umat non-muslim, sudah tentu ini diluar dari pandangan Islam itu sendiri. Para Ulama bahkan Ketua MUI dan NU-pun berbicara demikian tanpa terkecuali mantan Wakil Presiden kita Bpk. Boediono.
Islam adalah agama yang sangat toleran bahkan Cholil Ketua MUI menyebutkan : “Ketika umat Hindu di Bali merayakan Nyepi (hari sunyi yang merayakan Tahun Baru menurut kalender orang Hindu Bali), kami melarang suara apapun dari masjid termasuk Adzan”.
5. Kenapa harus ada shalat 5 waktu sih dalam sehari ? Apa ngak kebanyakan dan buang-buang waktu kita untuk bekerja dan berusaha ?
Spoiler for JAWAB ::
Selain atas dasar ketetapan kewajiban yang ditetapkan Allah Tuhan kami, shalat itu sendiri dapat menjauhkan diri dari perbuatan buruk / jahat (dosa). Berikut adalah salah satu riwayat :
"Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Jadi apabila ada seorang muslim yang masih tetap melakukan perbuatan buruk setelah shalat, maka sesungguhnya ia belum shalat (bisa jadi shalatnya tidak sah atau shalatnya tidak khusyuk/dimaknai)."
Berikut ini adalah pendapat pribadi penulis perihal pelaksanaan shalat 5 waktu :
Saat kita shalat Subuh, kita mengingat Tuhan sebelum kita memulai aktivitas, kita meminta ijin kepada Yang Maha Memiliki (Jiwa-Raga dan Dunia beserta seisinya) ini untuk memulai hari-hari kita. Kita sebagai manusia saja meminta ijin kepada orang lain sebelum memulai sesuatu yang penting, mengapa kita tidak pernah meminta ijin kepada Tuhan yang Maha Penting dan Maha Memiliki ?(jika hari ini anda anggap tidak penting, lalu bagaimana jika ternyata hari ini adalah hari terakhir bagi anda ?)
Di siang hari (sekitar pukul 12 waktu Dzuhur) adalah waktu untuk beristirahat dari sela-sela kesibukan kita, kita mengingat-Nya kembali untuk bersyukur atas nikmat dan karunia yang telah Ia berikan sejak waktu subuh tadi hingga siang ini
Berhubung manusia adalah tempatnya salah dan dosa maka waktu sore hari adalah waktu yang sangat kritis bagi umat manusia untuk selalu berbuat dosa Pada sore hari inilah (sekitar pukul 03 waktu Ashar) kita bersujud kembali kepada-Nya untuk mengembalikan kita ke jalan yang lurus dan meminta penjagaan dari perbuatan-perbuatan buruk yang kemungkinan akan kita lakukan
Pada waktu Maghrib atau sekitar jam 6 sore kita kembali mengingatnya, baik itu sudah berada di rumah ataupun masih dalam perjalanan, kita kembali bersujud syukur kepada-Nya agar selalu dapat diberikan keselamatan dan keberkahan atas segala Nikmat dan Rizki yang telah kita "tuai" pada hari itu.
Di waktu malam atau Isya (sekitar pukul 7) kita melakukan shalat untuk merenung atas segala hal yang telah kita perbuat agar kita dapat merefleksikan diri untuk menjadi lebih baik di ke'esokan harinya. Meminta ijin untuk beristirahat sejenak kepada-Nya serta berdo'a agar hari esok dapat menjadi diri yang lebih baik. Amiin...
Sepucuk pesan dari penulis :
Silahkan memberikan komentar yang bijak atas tulisan ini, dimohon untuk tidak menghujat ataupun memancing keributan yang berbau "SARA" (Suku, Agama, Ras dan Antargolongan) karena ini adalah thread yang bertujuan untuk saling mengenal dan memahami antar prinsip dan kaidah-kaidah "keberagaman".
Tidak ada satupun umat manusia di dunia ini yang senang apabila "kepercayaan"nya dihujat, karena biar bagaimanapun setiap "kepercayaan" pasti akan mengajarkan kebaikan.
Perbedaan itu adalah suatu keindahan atas karunia Tuhan Yang Maha Kuasa, karena jika semua sama maka hanyalah jenuh yang ada !
Bagi para kaskuser yang terhormat, silahkan abaikan kometar-komentar yang isinya diluar dari topik pembicaraan ini, perlu ditekankan sekali lagi bahwa thread ini tidak salah kamar karena thread ini tidak khusus semata-mata membahas urusan "kepercayaan".
Adapun yang diutamakan disini adalah informasi mengenai pengenalan serta pemahaman antar prinsip yang terkait dengan kaidah-kaidah "keberagaman" demi terciptanya "kerukunan" di Negara "Kesatuan" Republik Indonesia ini.