- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kenaikan BBM, Kita Harus Punya Sikap


TS
fakhiskancil
Kenaikan BBM, Kita Harus Punya Sikap
Selayang Pandang tentang Kenaikan Harga BBM

Quote:
Bukan saatnya lagi negara sebesar Indonesia menggunakan bahan bakar fosil seperti halnya BBM dalam jumlah besar. Secara jangka panjang, pemerintah tentu memiliki road map dalam menggunakan energi.Pada tahun 2013, bauran penggunaan energi di Indonesia masih didominasi oleh BBM sebesar 49,7%, batubara 24,5%, gas 20,1%, dan energi terbarukan 5,7%. Dalam road map yang dimiliki pemerintah RI, pada tahun 2050 energi terbarukan diharapkan mendominasi bauran penggunaan energi sebesar 31%, gas 24%, batubara 25%, dan minyak bumi 20%. Road map ini tentunya harus terus dikawal agar tetap berjalan sesuai dengan jalurnya. Hadirnya pesimisme terhadap perencanaan tersebut harus dieskepresikan dengan kritik yang membangun dan dorongan semangat untuk merealisasikan hal tersebut.
Disaat harga minyak sedang rendah, banyak negara-negara yang berencana menurunkan harga bahan bakar minyak. Sebut saja Malaysia dan Vietnam. Hal ini tentu dilatarbelakangi oleh harga minyak dipasar dunia yang sedang turun hingga $ 70-80 per barel. Namun, sejarah baru dilakukan oleh pemerintahan Jokowi-JK, yakni dengan menaikan harga BBM untuk konsumsi dalam negeri ketika harga minyak dunia sedang turun. Premium seharga Rp 8.500 per liter hari ini adalah harga jual termahal dalam sejarah pemerintahan di Indonesia. Kenaikan ini dalam perpektif bisnis, akan lebih mendekatkan pada pasar persaingan sempurna di sektor hilir BBM. Pada Bulan November Shell Indonesia menurunkan harga BBM jenis Shell Super dari Rp 10.600 menjadi 10.500 , sementara TOTAL asal Prancis tidak menaikan harga BBM dan masih tetap seharga Rp 10.975 perliter untuk jenis performence 92. Tentu, selisih ini akan menjadi semakin dekat. Jika masyarakat kelas mengah ke atas Indonesia memiliki prestige yang tinggi serta mempertimbangkan kualitas oktan yang lebih baik, ada kemungkinan akan berpindah ke operator asing seperti halnya TOTAL dan Shell karena selisih harga yang semakin sedikit.
Memang, setiap negera memiliki kebijakannya masing-masing dalam mengatur warga negaranya. Namun sebagai orang yang memerintah dalam sebuah negera, seorang pemimpin negera harus tahu dan mengerti bahwa tugas negara paling vital adalah melindungi hak-hak setiap warga negara. Untuk itu, kebijakan tidak populer seperti menaikan harga BBM harus dibayar mahal oleh pemerintah dengan memberikan “kompensasi” program kesejahteraan sosial. Kompensasi ini tentu tidak hanya sekedar mencegah masyarakat masuk dalam jalur kemiskinan atau mempertahankan masyarakat dari status sosialnya. Tidak hanya sekedar survive saja, namun program “kompensasi” tersebut harusnya memperjuangkan masyarakat untuk bangkit menjadi masayakat kelas menengah atas. Untuk itu, alokasi pengalihan dana kenaikan BBM yang kurang lebih sebesar 100 Triliun, harus digunakan untuk membangun masyarakat. Tidak hanya sekedar membangun pelabuhan, bandara, atau proyek strategis lainnya, tapi saluran irigasi sawah di pedesaan juga harus diprioritaskan, nelayan pesisir kecil harus diperhatikan, dan tentu pemerataan pembangunan harus dilakukan.
Sikap Kita

Quote:
Kita tentu akan kaget jika tiba-tiba saja kendaraan yang ada di depan kita belok mendadak tanpa memberikan sign. Mungkin saja kita akan memberikan umpatan, berteriak dengan kemarahan atau mungkin saja hanya sekedar tersenyum pasrah kepada kondisi yang kita hadapi. Itulah adalah salah satu analogi yang mampu menggambarkan fakta yang kita hadapi beberapa hari ini, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang disampaikan presiden terpilih pada tanggal 17 November yang lalu, tergolong mendadak.
Apa anda marah ? geram ? atau hanya tersenyum menghadapi kondisi itu?. Tentu, setiap orang memiliki ekpresinya masing-masing menghadapi hal tersebut. Misalkan saja, beberapa jam setelah pengumuman itu, tiba-tiba banyak pom bensin di pusat kota mendadak crowded, banyak mahasiswa dan elemen masyarakat lainnya turun ke jalan untuk menyuarakan penolakan terhadap kenaikan harga BBM. Tentu, setiap orang bebas mengeluarka ekspresinya, bukan suatu hal buruk, melanggar hukum, atau melakukan dosa besar untuk sekedar menyuarakan pendapatnya. Namun tentunya, ekspresi itu tetaplah dalam batasan-batasan wajar.
Sebagai seorang mahasiswa, turun ke jalan dan melakukan aksi demonstrasi adalah bentuk penolakan dan ekpresi membela kepentingan rakyat. Mungkin saja banyak hujatan dan cercaan yang akan mereka hadapi, termasuk dari teman satu kampusnya sendiri. Demonstrasi memang salah satu aksi membela kepentingan rakyat, yang tentu bukanlah aksi satu-satunya. Orang lain bisa saja melakukan aksi yang lain dengan mengadakan diskusi, menulis, atau memberikan edukasi kepada elemen masyarakat secara langsung terkait kenaikan harga BBM. Namun, yang harus digarisbawahi adalah dari sekian banyak cara yang mereka lakukan ada sikap “pejuang”, karena disetiap tindakan yang dilakukan ada sikap “membela” masyarakat yang dipresepsikan sebagai kaum yang tertindas. Tentu, daripada menghina, mencerca, dan mendeskreditkan mereka yang berkepresi lebih baik diam. Atau selangkah lebih maju, ikut turun tangan dalam gerakan membela kepada mereka yang patut di bela.
Kita tentu ingat bahwa presiden terpilih menginginkan Indonesia menjadi negera maritim. Jika mengacul hal ini, laut adalah masa depan Indonesia. Dan presiden adalah kapten kapal kita. Seorang kapten harus memiliki kopetensi yang baik dalam memimpin awak kapalnya. Jika tidak, maka kapal akan karam diterjang ombak. Kompetensi itu akan langsung diuji oleh alam. Alam akan menguji kompetensi yang dimiliki dengan badai, angin kencang, ombak tinggi, dan anomali-anomali cuaca yang lain di lautan. Untuk itu, pemimpin negara maritim sudah tak punya waktu lagi untuk menggunakan kosmetik agar terlihat berwibawah dan dicintai rakyatnya. Karena sebenarnya, kewibawahan itu diukur oleh kompetensinya, bukan pencitraan di media.
Seorang kapten juga dituntut mengambil keputusan yang cepat dalam setiap situasi. Tidak mungkin bermusyawarah selama berjam-jam untuk menghadapi badai yang datang menerjang. Cepat dan tepat adalah hal penting, dan sekali lagi, kompetensi pemimpin akan terlihat disitu. Jika kenaikan BBM adalah wujud tindakan “melewati badai” maka awak kapal harus saling bahu membahu menghadapi itu. Kita harus siap menerima setiap keputusan kapten kapal dalam menghadapi rintangan. Namun terkadang kita harus ingatkan sang kapten agar kapal tetap melaju di jalur pulau impian, agar kapal tak tenggelam menabrak karang.
Apa anda marah ? geram ? atau hanya tersenyum menghadapi kondisi itu?. Tentu, setiap orang memiliki ekpresinya masing-masing menghadapi hal tersebut. Misalkan saja, beberapa jam setelah pengumuman itu, tiba-tiba banyak pom bensin di pusat kota mendadak crowded, banyak mahasiswa dan elemen masyarakat lainnya turun ke jalan untuk menyuarakan penolakan terhadap kenaikan harga BBM. Tentu, setiap orang bebas mengeluarka ekspresinya, bukan suatu hal buruk, melanggar hukum, atau melakukan dosa besar untuk sekedar menyuarakan pendapatnya. Namun tentunya, ekspresi itu tetaplah dalam batasan-batasan wajar.
Sebagai seorang mahasiswa, turun ke jalan dan melakukan aksi demonstrasi adalah bentuk penolakan dan ekpresi membela kepentingan rakyat. Mungkin saja banyak hujatan dan cercaan yang akan mereka hadapi, termasuk dari teman satu kampusnya sendiri. Demonstrasi memang salah satu aksi membela kepentingan rakyat, yang tentu bukanlah aksi satu-satunya. Orang lain bisa saja melakukan aksi yang lain dengan mengadakan diskusi, menulis, atau memberikan edukasi kepada elemen masyarakat secara langsung terkait kenaikan harga BBM. Namun, yang harus digarisbawahi adalah dari sekian banyak cara yang mereka lakukan ada sikap “pejuang”, karena disetiap tindakan yang dilakukan ada sikap “membela” masyarakat yang dipresepsikan sebagai kaum yang tertindas. Tentu, daripada menghina, mencerca, dan mendeskreditkan mereka yang berkepresi lebih baik diam. Atau selangkah lebih maju, ikut turun tangan dalam gerakan membela kepada mereka yang patut di bela.
Kita tentu ingat bahwa presiden terpilih menginginkan Indonesia menjadi negera maritim. Jika mengacul hal ini, laut adalah masa depan Indonesia. Dan presiden adalah kapten kapal kita. Seorang kapten harus memiliki kopetensi yang baik dalam memimpin awak kapalnya. Jika tidak, maka kapal akan karam diterjang ombak. Kompetensi itu akan langsung diuji oleh alam. Alam akan menguji kompetensi yang dimiliki dengan badai, angin kencang, ombak tinggi, dan anomali-anomali cuaca yang lain di lautan. Untuk itu, pemimpin negara maritim sudah tak punya waktu lagi untuk menggunakan kosmetik agar terlihat berwibawah dan dicintai rakyatnya. Karena sebenarnya, kewibawahan itu diukur oleh kompetensinya, bukan pencitraan di media.
Seorang kapten juga dituntut mengambil keputusan yang cepat dalam setiap situasi. Tidak mungkin bermusyawarah selama berjam-jam untuk menghadapi badai yang datang menerjang. Cepat dan tepat adalah hal penting, dan sekali lagi, kompetensi pemimpin akan terlihat disitu. Jika kenaikan BBM adalah wujud tindakan “melewati badai” maka awak kapal harus saling bahu membahu menghadapi itu. Kita harus siap menerima setiap keputusan kapten kapal dalam menghadapi rintangan. Namun terkadang kita harus ingatkan sang kapten agar kapal tetap melaju di jalur pulau impian, agar kapal tak tenggelam menabrak karang.
sekian sebagian ungkapan dan gambaran dari sikap TS terhadap kenaikan BBM. gimana nih sikap warga penghuni kaskus?
ane tunggu komen dan diskusinya.
Spoiler for jangan lupa:
Diubah oleh fakhiskancil 20-11-2014 12:40
0
1.4K
Kutip
14
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan