Usaha sepatu sepakbola & futsal yang saya mulai sejak awal 2011 ini menggunakan merek sendiri, LIGGA-N. Alhamdulillah diterima dengan baik oleh konsumen, tiap semester bisa terjual lebih dari tujuh kodi.

Kenapa dihitung per semester/ 6 bulan? Karena jika dilihat penjualan per bulan cenderung fluktuatif. Angka rata-rata penjualannya baru terlihat pada hitungan semester.

Awalnya usaha ini hanya penyaluran hobi saya terhadap sepakbola & futsal. Setelah melihat sekaligus menikmati potensi profitnya, sekarang ini saya berniat lebih fokus mengembangkan usaha sepatu LIGGA-N.

Berhubung terbatasnya modal, saya menghadapi beberapa kendala:
1. Sampai saat ini penjualan masih harus Pre Order, karena untuk bisa menjual by stock/ready stock bahan baku harus disediakan dalam jumlah sangat besar.
Potensi yang terbuang karena hal ini sekitar 20%. Gambarannya, 1 dari 5 calon konsumen bisa batal membeli karena tidak mau menunggu/mengikuti Pre Order.

2. Penjualan belum bisa offline/onsite/toko fisik, masih via internet (Twitter: @LIGGA_N, blog pribadi saya: ligga7n.wordpress.com, dan reseller-reseller seperti sepatufutsalori65.com).
Untuk penjualan offline/onsite/toko fisik harus siap sedia stok produk secara seri. Potensi yang terbuang tidak bisa diperkirakan. Yang jelas lebih banyak lagi calon konsumen yang bisa dijangkau oleh toko fisik/konsinyasi.

Biaya produksi: Rp.150.000,- per pasang
Profit 20%: Rp.30.000,- per pasang
Modal + profit: Rp.150.000,- + Rp.30.000,- = Rp.180.000,- per pasang

Investasi minimum 1 kodi (20 pasang)

Investasi: Rp.3.000.000,- per kodi
Profit 20%: Rp.600.000,- per kodi
Modal + profit: Rp.3.000.000,- + Rp.600.000,- = Rp.3.600.000,- per kodi

Sekali lagi, grafik penjualan di usaha ini cenderung fluktuatif jika dilihat per bulan. Angka rata-rata penjualannya baru nampak jika kita hitung per semester. Jadi jangka waktu habisnya stok milik investor tidak bisa ditentukan dalam hitungan bulan. Bisa jadi baru tiga minggu sudah terjual 2 kodi, bisa juga dalam dua bulan baru terjual 15 pasang.

Usaha ini nyata, profit dari investasi yang saya tawarkan juga nyata. Maka pola penjualan pun harus saya utarakan diawal, meskipun bisa jadi Agan/Aganwati kurang tertarik karena hal ini. Yang jelas semua pihak harus happy

Profit 20% yang saya tawarkan pun bukan hitungan sembarang. Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, potensi yang hilang karena sistem PO seperti sekarang ini sekitar 20%. Dengan adanya bantuan modal, potensi 20% yang hilang itu bisa saya berikan pada Agan/Aganwati sebagai profit.
Belum lagi hitungan harga bahan baku yang agak bisa lebih murah jika saya stok dalam jumlah besar.
Jadi InSya Allah profit 20% itu sanggup saya berikan pada investor.