

TS
littlesophie24
Udara Luas, Pesawat Sedikit
Kalau lebih ditelaah, ada hal menarik dlm insiden pendaratan paksa di Lanud Supadio, selasa (28/10). Saat itu, pswt Sukhoi bs segera dikerahkan karena kebetulan sedang latihan di Batam, baik Sukhoi maupun F-16, sehingga bs jadi pswt asing tanpa izin pun bisa berdansa di udara tanpa ada tindakan.
"memang waktu itu kebetulan," kata Panglima Kohanudnas Marsekal Muda Hadiyan Sumintaatmadja, pekan lalu.
Ia mengakui, Kohanudnas yg tugasnya khusus menangani ancaman kedaulatan negara mengalami kendala dalam jumlah pesawat buru sergap, yg bisa dipakai utk mencegat. Hal ini bisa dilihat dalam kasus Jet Gulfstream IV yg sempat menambah kecepatan menjadi 920 km/jam sehingga Sukhoi dr Makassar harus mengejar dng kecepatan 1700 km/jam. Itupun baru berhasil mencegat nyaris di perbatasan dng Australia.
Saat ini pesawat buru sergap yg mumpuni F-16 A/B dan C/D yg berjumlah 15 buah serta Sukhoi Su-27 dan Su-30. Sukhoi bermarkas di Makassar, Sulsel, sementara F-16 di Madiun, Jatim. Selain itu juga ada F-5 E/F di Madiun yg beroperasi jumlahnya kini 9 buah. Pst2 tempur milik TNI AU yg lain adalah pswt tempur taktis yg punya spesifikasi kecepatan terbang di bawah kecepatan suara sehingga tidak bisa dipakai utk mencegat.
Ini berarti, kalau ada pesawt tanpa izin di Natuna, Sorong atau diatas Sumatera, bisa dikatakan hanya bisa menonton lewat layar pusat Operasi Pertahanan Udara Nasional tanpa bisa berbuat apa2.
"Ke sorong kita butuh sekitar 2 jam, ke Medan juga sekitar 2 Jam dng Sukhoi atau F-16, yg bisa kita lakukan hanyalah sebatas memantau, lalu lapor kepada Panglima TNI, buat Nota Diplomatik," katanya.
Jakarta telanjang
Salah satu masalah Klasik lain adalah tdk adanya markas pswt tempur buru sergap di Jakarta. Dng kata lain, Jakarta dlm keadaan "telanjang" alias hanya mengandalkan meriam atau rudal yg entah berfungsi atau tdk, atau menunggu F-16 yg butuh puluhan menit utk tiba di Jakarta.
Saat ini, secara bergantian pswt2 tempur buru sergap itu menginap di Jakarta. Hadiyan jg mengakui, beberapa instalasi vital tdk dilindungi dr serangan udara.
Kepala staff TNI AU Marsekal IB Putu Dunia mengakui, jumlah pswt yg bs mencegat pswt ading masih jauh dr cukup. Pswt Hawk 100/200, misalnya, yg bermarkas di Lanud Supadio, Pontianak, penggunaanya bukan utk pengejaran apalagi kalau yg dikejar bermesin jet. Pswt F-5 jg sudah masa pakainya dan sedang dicari penggantinya.
"Ya bagaimana, uangnya nggak cukup," katanya di sela2 Indo Defence, beberapa waktu lalu.
Selain pswt sedikit, Kohanudnas pd prakteknya jg tidak memiliki pswt sendiri utk digerakkan sewaktu-waktu. Pswt berada di TNI AU, sementara Kohanudnas dibawah Mabes TNI. Secara rutin, hanya sepertiga dr jumlah pesawat TNI AU yg bisa dipakai. Sepertiga lainnya dlm pemeliharaan dan sepertiga sisanya dipakai latihan demi kemampuan pilot2.
Hadiyan mengatakan di negara2 lain, penggunaan pswt tempur dibagi duabagian yg terpisah, Komando Strategis utk serangan2 strategis sehingga yg dilatih adalah sasaran strategis di darat, spt pengeboman.
Sementara itu, Komando pertahanan udara bertugas siaga 24 jam utk menangani sasaran yg berhubungan dng wahana udara.
"Organisasi ini penting kalau kita mau diakui. Tp yg lebih penting lg jumlah pswtnya," kata Hadiyan.
Efek Gentar
Pengamat intelejen Susaningtyas Kertopati mengatakan, sebaiknya ada pangkalan udara TNI AU yg dilengkapi dng pswt buru sergap, spt di Lanud Medan, Natuna, Tarakan, Biak Timika, Kupang dan Jakarta. Tujuannya aga Indonesia memiliki efek gentar dlm pertahanan udara.
Hal senada disampaikan Hadiyan. Ia membeberkan bahwa ada beberapa wilayah penting yg hrs dijaga, spt Selat Malaka, Aceh dan Batam yg bisa menggunakan pswt dr Medan. Selain itu juga perlu pesawat di Natuna yg strategis, mengingat kondisi di Laut Tiongkok Selatan, dan pesawat di Tarakan atau Manado yg bisa menangani masalah di Ambalat.
Alternatif lain, minimal setiap Komando Sektor Koghanudnas memiliki 3 pswt tempur buru sergap. Saat ini ada 4 Kosek, yaitu Kosek 1 di Sumsel, Natuna, Jakarta, Jawa Tengah,dan Kalteng; Kosek 2 di di Makassar, Kaltim, NTT, NTB dan Sulawesi; Kosek 3 di Dumai ke arah Barat; Kosek 4 di Biak. Setiap panglima Kosek bisa mengeluarkan komando cegat pswt tempur kalau ada pswt asing masuk.
Hadiyan mengatakan dr segi kualitas. Pswt Sukhoi dan F-16 sudah cukup menggetarkan lawan. Namun selain pswt yg juga penting adalah senjatanya.
Dicontohkan, Sukhoi yg mencegat jet Gulfstream awalnya tidak dihiraukan sampai akhirnya mengeluarkan R-73 Archer, rudal dr udara ke udara.
"Memang prosedurnya force down itu dng keluarkan senjata," cerita Putu Dunia.
Putu Dunia mengatakan, menembak pswt asing bukan hal yg sederhana kalau merujuk pd kebijakan politik Indonesia. Apalagi terhadap pswt Sipildan terutama saat dalam keadaan damai. ada prosedur panjang, spt perintah Panglima TNI yg sebelumnya perintah Presiden RI
Dng Kondisi pswt tempur spt ini, realitanya, tdk semua pswt asing tanpa izin dipaksa mendarat, kemampuan radar jg jadi catatan.
Saat ini kerja sama radar sipil dan militer sudah semakin banyak. Sayangny, hanya pswt2 yg menghidupkan transponder yg bisa dideteksi radar primary. Itupun sudah menghasilkan 10-15 pswt asing tanpa izin yg masuk.
"Ada yg force down ada yg tidak," kata hadiyan (EDNA C PATTISINA)
Sumber : Kompas Cetak Minggu, 16 Nov 2014 Hal 2
=======================================================
Jadi inget beberapa tahun yg lalu ada artikel di Majalah Angkasa yg menyebutkan puluhan Black Flight di nusantara dan tanpa ada penindakan
"memang waktu itu kebetulan," kata Panglima Kohanudnas Marsekal Muda Hadiyan Sumintaatmadja, pekan lalu.
Ia mengakui, Kohanudnas yg tugasnya khusus menangani ancaman kedaulatan negara mengalami kendala dalam jumlah pesawat buru sergap, yg bisa dipakai utk mencegat. Hal ini bisa dilihat dalam kasus Jet Gulfstream IV yg sempat menambah kecepatan menjadi 920 km/jam sehingga Sukhoi dr Makassar harus mengejar dng kecepatan 1700 km/jam. Itupun baru berhasil mencegat nyaris di perbatasan dng Australia.
Saat ini pesawat buru sergap yg mumpuni F-16 A/B dan C/D yg berjumlah 15 buah serta Sukhoi Su-27 dan Su-30. Sukhoi bermarkas di Makassar, Sulsel, sementara F-16 di Madiun, Jatim. Selain itu juga ada F-5 E/F di Madiun yg beroperasi jumlahnya kini 9 buah. Pst2 tempur milik TNI AU yg lain adalah pswt tempur taktis yg punya spesifikasi kecepatan terbang di bawah kecepatan suara sehingga tidak bisa dipakai utk mencegat.
Ini berarti, kalau ada pesawt tanpa izin di Natuna, Sorong atau diatas Sumatera, bisa dikatakan hanya bisa menonton lewat layar pusat Operasi Pertahanan Udara Nasional tanpa bisa berbuat apa2.
"Ke sorong kita butuh sekitar 2 jam, ke Medan juga sekitar 2 Jam dng Sukhoi atau F-16, yg bisa kita lakukan hanyalah sebatas memantau, lalu lapor kepada Panglima TNI, buat Nota Diplomatik," katanya.
Jakarta telanjang
Salah satu masalah Klasik lain adalah tdk adanya markas pswt tempur buru sergap di Jakarta. Dng kata lain, Jakarta dlm keadaan "telanjang" alias hanya mengandalkan meriam atau rudal yg entah berfungsi atau tdk, atau menunggu F-16 yg butuh puluhan menit utk tiba di Jakarta.
Saat ini, secara bergantian pswt2 tempur buru sergap itu menginap di Jakarta. Hadiyan jg mengakui, beberapa instalasi vital tdk dilindungi dr serangan udara.
Kepala staff TNI AU Marsekal IB Putu Dunia mengakui, jumlah pswt yg bs mencegat pswt ading masih jauh dr cukup. Pswt Hawk 100/200, misalnya, yg bermarkas di Lanud Supadio, Pontianak, penggunaanya bukan utk pengejaran apalagi kalau yg dikejar bermesin jet. Pswt F-5 jg sudah masa pakainya dan sedang dicari penggantinya.
"Ya bagaimana, uangnya nggak cukup," katanya di sela2 Indo Defence, beberapa waktu lalu.
Selain pswt sedikit, Kohanudnas pd prakteknya jg tidak memiliki pswt sendiri utk digerakkan sewaktu-waktu. Pswt berada di TNI AU, sementara Kohanudnas dibawah Mabes TNI. Secara rutin, hanya sepertiga dr jumlah pesawat TNI AU yg bisa dipakai. Sepertiga lainnya dlm pemeliharaan dan sepertiga sisanya dipakai latihan demi kemampuan pilot2.
Hadiyan mengatakan di negara2 lain, penggunaan pswt tempur dibagi duabagian yg terpisah, Komando Strategis utk serangan2 strategis sehingga yg dilatih adalah sasaran strategis di darat, spt pengeboman.
Sementara itu, Komando pertahanan udara bertugas siaga 24 jam utk menangani sasaran yg berhubungan dng wahana udara.
"Organisasi ini penting kalau kita mau diakui. Tp yg lebih penting lg jumlah pswtnya," kata Hadiyan.
Efek Gentar
Pengamat intelejen Susaningtyas Kertopati mengatakan, sebaiknya ada pangkalan udara TNI AU yg dilengkapi dng pswt buru sergap, spt di Lanud Medan, Natuna, Tarakan, Biak Timika, Kupang dan Jakarta. Tujuannya aga Indonesia memiliki efek gentar dlm pertahanan udara.
Hal senada disampaikan Hadiyan. Ia membeberkan bahwa ada beberapa wilayah penting yg hrs dijaga, spt Selat Malaka, Aceh dan Batam yg bisa menggunakan pswt dr Medan. Selain itu juga perlu pesawat di Natuna yg strategis, mengingat kondisi di Laut Tiongkok Selatan, dan pesawat di Tarakan atau Manado yg bisa menangani masalah di Ambalat.
Alternatif lain, minimal setiap Komando Sektor Koghanudnas memiliki 3 pswt tempur buru sergap. Saat ini ada 4 Kosek, yaitu Kosek 1 di Sumsel, Natuna, Jakarta, Jawa Tengah,dan Kalteng; Kosek 2 di di Makassar, Kaltim, NTT, NTB dan Sulawesi; Kosek 3 di Dumai ke arah Barat; Kosek 4 di Biak. Setiap panglima Kosek bisa mengeluarkan komando cegat pswt tempur kalau ada pswt asing masuk.
Hadiyan mengatakan dr segi kualitas. Pswt Sukhoi dan F-16 sudah cukup menggetarkan lawan. Namun selain pswt yg juga penting adalah senjatanya.
Dicontohkan, Sukhoi yg mencegat jet Gulfstream awalnya tidak dihiraukan sampai akhirnya mengeluarkan R-73 Archer, rudal dr udara ke udara.
"Memang prosedurnya force down itu dng keluarkan senjata," cerita Putu Dunia.
Putu Dunia mengatakan, menembak pswt asing bukan hal yg sederhana kalau merujuk pd kebijakan politik Indonesia. Apalagi terhadap pswt Sipildan terutama saat dalam keadaan damai. ada prosedur panjang, spt perintah Panglima TNI yg sebelumnya perintah Presiden RI
Dng Kondisi pswt tempur spt ini, realitanya, tdk semua pswt asing tanpa izin dipaksa mendarat, kemampuan radar jg jadi catatan.
Saat ini kerja sama radar sipil dan militer sudah semakin banyak. Sayangny, hanya pswt2 yg menghidupkan transponder yg bisa dideteksi radar primary. Itupun sudah menghasilkan 10-15 pswt asing tanpa izin yg masuk.
"Ada yg force down ada yg tidak," kata hadiyan (EDNA C PATTISINA)
Sumber : Kompas Cetak Minggu, 16 Nov 2014 Hal 2
=======================================================
Jadi inget beberapa tahun yg lalu ada artikel di Majalah Angkasa yg menyebutkan puluhan Black Flight di nusantara dan tanpa ada penindakan
0
1.7K
5
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan