- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Sosok Wanita Dibalik Kewibawaan Seorang Presiden-Presiden Indonesia


TS
zakky24
Sosok Wanita Dibalik Kewibawaan Seorang Presiden-Presiden Indonesia

[RIGHT][img]


daripada capek-capek scroll up
,mending rate 5 dulu



Quote:
Kita telah memiliki 7 presiden
dan juga semuanya pasti memiliki pasangan hidup yang membantu kerja mereka baik secara fisik maupun rohani
skarang kita bakalan ngebahas 6 isteri presiden yang telah membantunya dalam menatar negara ini
knapa 6 gan? bukannya presiden kita 7?
yaiyalah 6 gan,satu lagi gan cewe


skarang kita bakalan ngebahas 6 isteri presiden yang telah membantunya dalam menatar negara ini

knapa 6 gan? bukannya presiden kita 7?
yaiyalah 6 gan,satu lagi gan cewe

gk usah banyak cincong kek bencong langsung aja ke TKP





Quote:
Quote:
1.Fatmawati soekarno putri

Nama Lengkap : Fatmawati Soekarno
Profesi : -
Agama : Islam
Tempat Lahir : Bengkulu
Tanggal Lahir : Senin, 5 Februari 1923
Zodiac : Aquarius
Warga Negara : Indonesia
Fatmawati, wanita asli pribumi ini lahir di Bengkulu pada tanggal 5 Februari 1923 dengan nama asli Fatimah. Nama Fatimah merupakan pemberian dari kedua orang tuanya. Fatmawati merupakan keturunan dari pasangan Hassan Din dan Siti Chadijah yang mana kedua orangtuanya adalah keturunan Puti Indrapura atau biasa disebut seorang keluarga raja dari kesultanan Indrapura, Pesisir Selatan, Sumatra Barat. Ayah Fatmawati juga terkenal sebagai salah satu tokoh Muhammadiyah di Bengkulu. Fatmawati dididik dan dibesarkan kedua orangtuanya di Bengkulu.
Ketika beranjak dewasa, Fatmawati menikah dengan Presiden Indonesia Pertama Soekarno pada tanggal 01 Juni 1943, saat itu Fatmawati berusia 20 tahun. Dari pernikahan tersebut, secara otomatis Fatmawati menjadi Ibu Negara Indonesia pertama dari tahun 1945 hingga tahun 1967.
Fatmawati merupakan istri yang ketiga dari Presiden Pertama Indonesia, Soekarno. Pasangan Pemimpin Negara Indonesia tersebut dikaruniai lima orang putra dan putri, di antaranya adalah Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, dan yang terakhir Guruh Soekarnoputra.
Ibu Negara Indonesia Pertama ini terkenal sebagai wanita yang berjasa dalam menjahit bendera Sang Saka Merah Putih yang dengan tegas dikibarkan pada upacara pertama Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jakarta tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945.
Fatmawati meninggal pada tanggal 14 Mei 1980 pada usia 57 tahun di Kuala Lumpur, Malaysia karena serangan jantung ketika dalam perjalanan pulang umroh dari Mekkah. Fatmawati dimakamkan di Karet Bivak, Jakarta. Saat ini nama Fatmawati dijadikan sebuah nama Rumah Sakit di Jakarta, nama Fatmawati Soekarno juga dijadikan sebuah nama Bandara Udara di Indonesia tepatnya di Bengkulu, kota kelahiran Fatmawati.
Ketiga putri pasangan Presiden pertama Soekarno dan Fatmawati ini pernah meraih penghargaan MURI di Indonesia, dan salah satu putrinya Megawati Soekarnoputri juga pernah mengikuti jejak ayahnya dalam menduduki kursi kepresidenan yang sekaligus merupakan Presiden Wanita Pertama di Indonesia.

Nama Lengkap : Fatmawati Soekarno
Profesi : -
Agama : Islam
Tempat Lahir : Bengkulu
Tanggal Lahir : Senin, 5 Februari 1923
Zodiac : Aquarius
Warga Negara : Indonesia
Fatmawati, wanita asli pribumi ini lahir di Bengkulu pada tanggal 5 Februari 1923 dengan nama asli Fatimah. Nama Fatimah merupakan pemberian dari kedua orang tuanya. Fatmawati merupakan keturunan dari pasangan Hassan Din dan Siti Chadijah yang mana kedua orangtuanya adalah keturunan Puti Indrapura atau biasa disebut seorang keluarga raja dari kesultanan Indrapura, Pesisir Selatan, Sumatra Barat. Ayah Fatmawati juga terkenal sebagai salah satu tokoh Muhammadiyah di Bengkulu. Fatmawati dididik dan dibesarkan kedua orangtuanya di Bengkulu.
Ketika beranjak dewasa, Fatmawati menikah dengan Presiden Indonesia Pertama Soekarno pada tanggal 01 Juni 1943, saat itu Fatmawati berusia 20 tahun. Dari pernikahan tersebut, secara otomatis Fatmawati menjadi Ibu Negara Indonesia pertama dari tahun 1945 hingga tahun 1967.
Fatmawati merupakan istri yang ketiga dari Presiden Pertama Indonesia, Soekarno. Pasangan Pemimpin Negara Indonesia tersebut dikaruniai lima orang putra dan putri, di antaranya adalah Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, dan yang terakhir Guruh Soekarnoputra.
Ibu Negara Indonesia Pertama ini terkenal sebagai wanita yang berjasa dalam menjahit bendera Sang Saka Merah Putih yang dengan tegas dikibarkan pada upacara pertama Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jakarta tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945.
Fatmawati meninggal pada tanggal 14 Mei 1980 pada usia 57 tahun di Kuala Lumpur, Malaysia karena serangan jantung ketika dalam perjalanan pulang umroh dari Mekkah. Fatmawati dimakamkan di Karet Bivak, Jakarta. Saat ini nama Fatmawati dijadikan sebuah nama Rumah Sakit di Jakarta, nama Fatmawati Soekarno juga dijadikan sebuah nama Bandara Udara di Indonesia tepatnya di Bengkulu, kota kelahiran Fatmawati.
Ketiga putri pasangan Presiden pertama Soekarno dan Fatmawati ini pernah meraih penghargaan MURI di Indonesia, dan salah satu putrinya Megawati Soekarnoputri juga pernah mengikuti jejak ayahnya dalam menduduki kursi kepresidenan yang sekaligus merupakan Presiden Wanita Pertama di Indonesia.
Quote:
2.Tien soeharto

Nama Lengkap : Fatimah Siti Hartinah Soeharto
Profesi : -
Agama : Islam
Tempat Lahir : Desa Jaten, Surakarta, Jawa Tengah
Tanggal Lahir : Kamis, 23 Agustus 1923
Zodiac : Leo
Warga Negara : Indonesia
Hj. RA Fatimah Siti Hartinah adalah istri Presiden Indonesia kedua, Jenderal Purnawirawan Soeharto. Fatimah Siti Hartinah atau yang lebih dikenal dengan nama Tien Soeharto lahir di Desa Jaten, Surakarta, Jawa Tengah pada tanggal 23 Agustus 1923. Tien merupakan anak kedua dari 10 bersaudara pasangan KPH Soemoharjomo dan Raden Ayu Hatmanti Hatmohoedojo.
Sejak kecil, Tien harus berpindah-pindah tempat tinggal mengikuti orang tuanya yang ditugaskan ke berbagai daerah. Untuk pertama kalinya di tahun 1925, pada saat usianya baru tiga tahun, Tien ikut ayahnya, RM. Ng. Soemoharjomo yang menempati jabatan baru sebagai Panewu Pangreh Praja (setingkat Camat) ditugaskan ke Jumapolo, sebuah kota Kecamatan di Karanganyar, Solo. Di kota ini, Tien hampir saja meninggal dunia karena terserang disentri yang memang sedang mewabah saat itu.
Dua tahun kemudian, Tien kembali pindah. Kali ini bersama keluarganya dia pindah ke Matesih, Kabupaten Karanganyar di kaki Gunung Lawu. Di desa tersebut, Tien sempat mengenyam pendidikan dasarnya. Tidak berapa lama Tien beserta keluarganya kembali pindah ke Solo. Di Solo, Tien kemudian masuk salah satu sekolah elit, HIS (Holland Indlanche School). Baru setahun berada di Solo, dia terpaksa harus kembali ke desanya dan meninggalkan HIS.
Hal ini terjadi karena ia terserang penyakit cacar yang sangat mengkhawatirkan. Tien pun menyusul kedua orangtuanya ke Kerjo. Di tempat baru ini, setelah sembuh, Tien kembali masuk sekolah. Tentu saja tidak di HIS, melainkan di sekolah Ongko Loro yang ada di desa itu. Sebenarnya setelah tamat dari sekolah Ongko Loro, Tien ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi karena dia ingin menjadi seorang dokter. Namun sayangnya keinginannya ini tidak bisa terwujud. Tien akhirnya mengisi hari-harinya dengan kegiatan seperti membatik, belajar menari, menyanyi tembang Jawa serta menulis syair.
Setelah Jepang memasuki kota Solo, kegiatan yang dilakukan Tien semakin bertambah. Dia mengikuti kursus bahasa Jepang pada orang Jepang yang sudah lama menetap di Solo sejak zaman kolonial Belanda. Tien juga kemudian bergabung dengan Laskar Putri Indonesia, organisasi wanita yang bertujuan untuk membentuk pasukan bantuan untuk melayani kepentingan pasukan garis depan dan garis belakang demi suksesnya perjuangan. Di LPI, Tien ditugaskan untuk menjadi staf yang mengendalikan urusan perlengkapan atau logistik. Selama menjadi anggota LPI, Tien pernah ditempatkan di dapur umum Salatiga untuk membantu kekurangan tenaga di sana. Secara umum, LPI benar-benar menjadi penunjang kesuksesan perjuangan melawan musuh.
Hingga mencapai umur 24 tahun, Tien sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda ketertarikan terhadap lawan jenis. Hingga pada suatu saat, utusan keluarga Prawirowihardjo yang merupakan orang tua angkat mantan presiden Soeharto datang ke rumah Tien dengan maksud untuk melamarnya. Walaupun belum pernah bertemu sebelumnya, ternyata Tien langsung menerima lamaran tersebut padahal sebelumnya dia selalu menolak lamaran yang datang padanya.
Keduanya pun akhirnya menikah pada tanggal 26 Desember 1947 secara sederhana karena memang kondisi saat itu sedang tegang setelah kependudukan penjajah. Tiga hari setelah perkimpoian, Tien diboyong suaminya ke Yogyakarta yang merupakan seorang perwira militer dan bertugas mempertahankan kedaulatan bangsa dari ancaman Belanda. Kini Siti Hartinah telah mendapat tugas baru yaitu sebagai istri komandan resimen. Setelah tinggal selama 9 bulan, Tien hamil. Namun sayangnya, pada saat itu suaminya justru harus sering meninggalkannya. Aksi militer Belanda yang semakin hebat membuat tugas suaminya menjadi lebih berat. Bahkan untuk sekedar bertemu suaminya saja, Tien harus melakukannya secara sembunyi-sembunyi agar tidak ketahuan Belanda.
Pada tanggal 23 Januari 1949 di rumah pengungsiannya, Tien melahirkan putri pertamanya yang kemudian dia beri nama Siti Hardiyanti Hastuti. Waktu demi waktu, membuat Tien menjadi sosok yang sabar, tegar dan setia mendampingi suaminya yang sedang bertugas sebagai prajurit di medan perang. Dia tidak pernah mengeluh meskipun dia jarang bertemu suaminya.
Begitu juga saat terjadi pemberontakan PKI, di mana suaminya menjadi tokoh sentral dalam usaha pembubaran organisasi tersebut. Tien tampil sebagai pendorong dan pendamping suami yang paling kokoh. Dia juga memperhatikan langkah-langkah dan tindakan yang diambil suaminya dalam mencermati keadaan yang bergerak cepat.
Pada tahun 1967, alur kehidupan Tien merubah drastis. Melalui Sidang Istimewa MPRS, Soeharto secara aklamasi diangkat menjadi Presiden menggantikan presiden Soekarno. Ini berarti, Tien yang tadinya adalah istri prajurit kini menjadi istri presiden. Sewaktu suaminya ditunjuk untuk menjadi presiden, Tien berpikir kalau jabatan itu tidak akan berlangsung lama.
Namun apa yang dia pikirkan itu ternyata salah. Soeharto sendiri nantinya akan memimpin Indonesia hingga kurang lebih hingga 30 tahun mendatang. Sebagai first lady di Indonesia, tentu saja Tien mengemban banyak tugas yang tidak ringan. Hal pertama yang dia lakukan adalah membenahi istana negara. Dia menyulap istana negara yang Bangunan istana yang merupakan peninggalan zaman Belanda rata-rata sangat kokoh menjadi bangunan yang lebih “lembut”.
Tien menambahkan berbagai perangkat yang menonjolkan ciri khas Indonesia. Mulai dari menambahkan perabot dengan ukiran jati dari Jepara, mengganti lukisan-lukisan dengan lukisan karya pelukis Indonesia hingga memilih warna-warna yang lebih cerah untuk lebih menghidupkan suasana istana kala itu. Salah satu kontribusi terbesar yang pernah diberikan oleh bu Tien dan akan selalu diingat adalah gagasannya untuk membangun Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Nama Lengkap : Fatimah Siti Hartinah Soeharto
Profesi : -
Agama : Islam
Tempat Lahir : Desa Jaten, Surakarta, Jawa Tengah
Tanggal Lahir : Kamis, 23 Agustus 1923
Zodiac : Leo
Warga Negara : Indonesia
Hj. RA Fatimah Siti Hartinah adalah istri Presiden Indonesia kedua, Jenderal Purnawirawan Soeharto. Fatimah Siti Hartinah atau yang lebih dikenal dengan nama Tien Soeharto lahir di Desa Jaten, Surakarta, Jawa Tengah pada tanggal 23 Agustus 1923. Tien merupakan anak kedua dari 10 bersaudara pasangan KPH Soemoharjomo dan Raden Ayu Hatmanti Hatmohoedojo.
Sejak kecil, Tien harus berpindah-pindah tempat tinggal mengikuti orang tuanya yang ditugaskan ke berbagai daerah. Untuk pertama kalinya di tahun 1925, pada saat usianya baru tiga tahun, Tien ikut ayahnya, RM. Ng. Soemoharjomo yang menempati jabatan baru sebagai Panewu Pangreh Praja (setingkat Camat) ditugaskan ke Jumapolo, sebuah kota Kecamatan di Karanganyar, Solo. Di kota ini, Tien hampir saja meninggal dunia karena terserang disentri yang memang sedang mewabah saat itu.
Dua tahun kemudian, Tien kembali pindah. Kali ini bersama keluarganya dia pindah ke Matesih, Kabupaten Karanganyar di kaki Gunung Lawu. Di desa tersebut, Tien sempat mengenyam pendidikan dasarnya. Tidak berapa lama Tien beserta keluarganya kembali pindah ke Solo. Di Solo, Tien kemudian masuk salah satu sekolah elit, HIS (Holland Indlanche School). Baru setahun berada di Solo, dia terpaksa harus kembali ke desanya dan meninggalkan HIS.
Hal ini terjadi karena ia terserang penyakit cacar yang sangat mengkhawatirkan. Tien pun menyusul kedua orangtuanya ke Kerjo. Di tempat baru ini, setelah sembuh, Tien kembali masuk sekolah. Tentu saja tidak di HIS, melainkan di sekolah Ongko Loro yang ada di desa itu. Sebenarnya setelah tamat dari sekolah Ongko Loro, Tien ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi karena dia ingin menjadi seorang dokter. Namun sayangnya keinginannya ini tidak bisa terwujud. Tien akhirnya mengisi hari-harinya dengan kegiatan seperti membatik, belajar menari, menyanyi tembang Jawa serta menulis syair.
Setelah Jepang memasuki kota Solo, kegiatan yang dilakukan Tien semakin bertambah. Dia mengikuti kursus bahasa Jepang pada orang Jepang yang sudah lama menetap di Solo sejak zaman kolonial Belanda. Tien juga kemudian bergabung dengan Laskar Putri Indonesia, organisasi wanita yang bertujuan untuk membentuk pasukan bantuan untuk melayani kepentingan pasukan garis depan dan garis belakang demi suksesnya perjuangan. Di LPI, Tien ditugaskan untuk menjadi staf yang mengendalikan urusan perlengkapan atau logistik. Selama menjadi anggota LPI, Tien pernah ditempatkan di dapur umum Salatiga untuk membantu kekurangan tenaga di sana. Secara umum, LPI benar-benar menjadi penunjang kesuksesan perjuangan melawan musuh.
Hingga mencapai umur 24 tahun, Tien sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda ketertarikan terhadap lawan jenis. Hingga pada suatu saat, utusan keluarga Prawirowihardjo yang merupakan orang tua angkat mantan presiden Soeharto datang ke rumah Tien dengan maksud untuk melamarnya. Walaupun belum pernah bertemu sebelumnya, ternyata Tien langsung menerima lamaran tersebut padahal sebelumnya dia selalu menolak lamaran yang datang padanya.
Keduanya pun akhirnya menikah pada tanggal 26 Desember 1947 secara sederhana karena memang kondisi saat itu sedang tegang setelah kependudukan penjajah. Tiga hari setelah perkimpoian, Tien diboyong suaminya ke Yogyakarta yang merupakan seorang perwira militer dan bertugas mempertahankan kedaulatan bangsa dari ancaman Belanda. Kini Siti Hartinah telah mendapat tugas baru yaitu sebagai istri komandan resimen. Setelah tinggal selama 9 bulan, Tien hamil. Namun sayangnya, pada saat itu suaminya justru harus sering meninggalkannya. Aksi militer Belanda yang semakin hebat membuat tugas suaminya menjadi lebih berat. Bahkan untuk sekedar bertemu suaminya saja, Tien harus melakukannya secara sembunyi-sembunyi agar tidak ketahuan Belanda.
Pada tanggal 23 Januari 1949 di rumah pengungsiannya, Tien melahirkan putri pertamanya yang kemudian dia beri nama Siti Hardiyanti Hastuti. Waktu demi waktu, membuat Tien menjadi sosok yang sabar, tegar dan setia mendampingi suaminya yang sedang bertugas sebagai prajurit di medan perang. Dia tidak pernah mengeluh meskipun dia jarang bertemu suaminya.
Begitu juga saat terjadi pemberontakan PKI, di mana suaminya menjadi tokoh sentral dalam usaha pembubaran organisasi tersebut. Tien tampil sebagai pendorong dan pendamping suami yang paling kokoh. Dia juga memperhatikan langkah-langkah dan tindakan yang diambil suaminya dalam mencermati keadaan yang bergerak cepat.
Pada tahun 1967, alur kehidupan Tien merubah drastis. Melalui Sidang Istimewa MPRS, Soeharto secara aklamasi diangkat menjadi Presiden menggantikan presiden Soekarno. Ini berarti, Tien yang tadinya adalah istri prajurit kini menjadi istri presiden. Sewaktu suaminya ditunjuk untuk menjadi presiden, Tien berpikir kalau jabatan itu tidak akan berlangsung lama.
Namun apa yang dia pikirkan itu ternyata salah. Soeharto sendiri nantinya akan memimpin Indonesia hingga kurang lebih hingga 30 tahun mendatang. Sebagai first lady di Indonesia, tentu saja Tien mengemban banyak tugas yang tidak ringan. Hal pertama yang dia lakukan adalah membenahi istana negara. Dia menyulap istana negara yang Bangunan istana yang merupakan peninggalan zaman Belanda rata-rata sangat kokoh menjadi bangunan yang lebih “lembut”.
Tien menambahkan berbagai perangkat yang menonjolkan ciri khas Indonesia. Mulai dari menambahkan perabot dengan ukiran jati dari Jepara, mengganti lukisan-lukisan dengan lukisan karya pelukis Indonesia hingga memilih warna-warna yang lebih cerah untuk lebih menghidupkan suasana istana kala itu. Salah satu kontribusi terbesar yang pernah diberikan oleh bu Tien dan akan selalu diingat adalah gagasannya untuk membangun Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Quote:
3.Siti Hardiyanti Rukmana

Nama Lengkap : Siti Hardiyanti Rukmana
Profesi : -
Agama : Islam
Tempat Lahir : Jakarta
Tanggal Lahir : Minggu, 23 Januari 1949
Zodiac : Aquarius
Warga Negara : Indonesia
Semua warga negara Indonesia hampir pasti mengenal sosok Siti Hardiyanti Rukmana, atau lebih populer sebagai Mbak Tutut. Putri mantan presiden Soeharto ini termasuk yang paling aktif berkecimpung di dunia politik dan bisnis, dibandingkan dengan saudara-saudarinya.
Pernah menjabat sebagai Menteri Sosial saat Indonesia mengalami masa-masa sulit, Mbak Tutut kala itu aktif turun ke bawah menyaksikan langsung bagaimana dampak krisis moneter menimpa seluruh rakyat kalangan bawah. Beliau lalu membagi-bagikan sembako, kupon makan murah di warung tegal, mempopulerkan gerakan cinta rupiah, dan berbagai kegiatan lain yang diharapkan bisa menahan kelaparan besar yang sedang menimpa bangsa.
Menjelang dekade 1990-an, MbakTutut mulai dipersiapkan oleh sang ayah untuk tampil menghadapi publik. Tetapi beliau tidak sepenuhnya menurut saja pada mantan Presiden Soeharto, karena selain sebagai publik figur Tutut juga memiliki 3 orang anak yang kala itu masih usia sekolah dan harus mendapat perhatian penuh.
Memang di luar dunia perpolitikan, wanita kelahiran tahun 1949 ini dikenal sangat tekun mengurus keluarganya. Tutut mendidik anak-anaknya sama persis dengan bagaimana dahulu Pak Harto dan Ibu Tien Soeharto mendidik Tutut dan adik-adiknya, terutama jika menyangkut urusan keluarga, hingga dapat tercipta suasana rukun dan harmonis. Demikian pula ajaran ayahnya tentang kepemimpinan, Tutut merasa sangat beruntung dapat belajar dari ayahnya sendiri yang notabene adalah presiden terlama yang pernah memimpin negeri ini.
Sepeninggal sang ayah, Siti Hardiyanti Rukmana lebih memilih untuk fokus di dunia bisnis dan sosial. Ia juga menjadi calon presiden dan juru kampanye Partai Karya Peduli Bangsa yang turut serta dalam Pemilu 2004. Partai ini didukung oleh mantan pejabat-pejabat Orde Baru yang dikenal sangat dekat dengan Soeharto, seperti Jenderal (Purn.) R. Hartono.
Menjelang Pemilu 2004 Tutut hadir menjadi politisi baru mewakili trah Pak Harto. Isu yang diserukan oleh Tutut dan segenap jajaran teras PKPB adalah besarnya kerinduan masyarakat untuk kembali mengalami kehidupan yang tenang, damai, sejahtera, berkecukupan, dan berketuhanan. Kehidupan seperti itu pernah disajikan oleh rezim Orde Baru yang dipimpin Pak Harto selama 32 tahun. Tutut tidak membawa sedikitpun paham ideologi Soehartoisme.
Pada bulan April 2011 beliau menggugat PT Berkat Karya Bersama (BKB) dan PT Sarana Rekatama Dinamika (SRD), dua anak usaha PT Media Nusantara Citra (MNC) senilai Rp 3,4 triliun. Tutut mengugat sebab menurutnya 75 saham miliknya di TPI direbut secara tidak sah, sehingga saham milik putri tertua anak Mantan Presiden Soeharto ini tinggal 25 persen.

Nama Lengkap : Siti Hardiyanti Rukmana
Profesi : -
Agama : Islam
Tempat Lahir : Jakarta
Tanggal Lahir : Minggu, 23 Januari 1949
Zodiac : Aquarius
Warga Negara : Indonesia
Semua warga negara Indonesia hampir pasti mengenal sosok Siti Hardiyanti Rukmana, atau lebih populer sebagai Mbak Tutut. Putri mantan presiden Soeharto ini termasuk yang paling aktif berkecimpung di dunia politik dan bisnis, dibandingkan dengan saudara-saudarinya.
Pernah menjabat sebagai Menteri Sosial saat Indonesia mengalami masa-masa sulit, Mbak Tutut kala itu aktif turun ke bawah menyaksikan langsung bagaimana dampak krisis moneter menimpa seluruh rakyat kalangan bawah. Beliau lalu membagi-bagikan sembako, kupon makan murah di warung tegal, mempopulerkan gerakan cinta rupiah, dan berbagai kegiatan lain yang diharapkan bisa menahan kelaparan besar yang sedang menimpa bangsa.
Menjelang dekade 1990-an, MbakTutut mulai dipersiapkan oleh sang ayah untuk tampil menghadapi publik. Tetapi beliau tidak sepenuhnya menurut saja pada mantan Presiden Soeharto, karena selain sebagai publik figur Tutut juga memiliki 3 orang anak yang kala itu masih usia sekolah dan harus mendapat perhatian penuh.
Memang di luar dunia perpolitikan, wanita kelahiran tahun 1949 ini dikenal sangat tekun mengurus keluarganya. Tutut mendidik anak-anaknya sama persis dengan bagaimana dahulu Pak Harto dan Ibu Tien Soeharto mendidik Tutut dan adik-adiknya, terutama jika menyangkut urusan keluarga, hingga dapat tercipta suasana rukun dan harmonis. Demikian pula ajaran ayahnya tentang kepemimpinan, Tutut merasa sangat beruntung dapat belajar dari ayahnya sendiri yang notabene adalah presiden terlama yang pernah memimpin negeri ini.
Sepeninggal sang ayah, Siti Hardiyanti Rukmana lebih memilih untuk fokus di dunia bisnis dan sosial. Ia juga menjadi calon presiden dan juru kampanye Partai Karya Peduli Bangsa yang turut serta dalam Pemilu 2004. Partai ini didukung oleh mantan pejabat-pejabat Orde Baru yang dikenal sangat dekat dengan Soeharto, seperti Jenderal (Purn.) R. Hartono.
Menjelang Pemilu 2004 Tutut hadir menjadi politisi baru mewakili trah Pak Harto. Isu yang diserukan oleh Tutut dan segenap jajaran teras PKPB adalah besarnya kerinduan masyarakat untuk kembali mengalami kehidupan yang tenang, damai, sejahtera, berkecukupan, dan berketuhanan. Kehidupan seperti itu pernah disajikan oleh rezim Orde Baru yang dipimpin Pak Harto selama 32 tahun. Tutut tidak membawa sedikitpun paham ideologi Soehartoisme.
Pada bulan April 2011 beliau menggugat PT Berkat Karya Bersama (BKB) dan PT Sarana Rekatama Dinamika (SRD), dua anak usaha PT Media Nusantara Citra (MNC) senilai Rp 3,4 triliun. Tutut mengugat sebab menurutnya 75 saham miliknya di TPI direbut secara tidak sah, sehingga saham milik putri tertua anak Mantan Presiden Soeharto ini tinggal 25 persen.
Quote:
4.Hasri ainun habibie
Dr. Ny. Hj. Hasri Ainun Besari biasa dipanggil Hasri Ainun Habibie (Lahir di Semarang, Jawa Tengah, 11 Agustus 1937, Meninggal di München, Jerman pada 22 Mei 2010) adalah Istri dari Presiden Indonesia Ketiga BJ. Habibie. Ia menjadi Ibu Negara Indonesia ketiga dari tahun 1998 hingga tahun 1999.[1]
Hasri Ainun Besari adalah anak keempat delapan bersaudara R. Mohamad Besari dan istrinya, Sadarmi. Arti nama Hasri Ainun adalah mata yang indah. Ia mendapatkan gelar dokter dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 1961 dan bekerja di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Ainun menikah dengan teman SMA nya, Rudy Habibie, pada tanggal 12 Mei 1962 dan menghabiskan bulan madu di Yogyakarta, diakhiri di Ujung Pandang. Pernikahan mereka dikaruniai 2 anak, Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie, dan 6 cucu.
Dr. Ny. Hj. Hasri Ainun Besari biasa dipanggil Hasri Ainun Habibie (Lahir di Semarang, Jawa Tengah, 11 Agustus 1937, Meninggal di München, Jerman pada 22 Mei 2010) adalah Istri dari Presiden Indonesia Ketiga BJ. Habibie. Ia menjadi Ibu Negara Indonesia ketiga dari tahun 1998 hingga tahun 1999.[1]
Hasri Ainun Besari adalah anak keempat delapan bersaudara R. Mohamad Besari dan istrinya, Sadarmi. Arti nama Hasri Ainun adalah mata yang indah. Ia mendapatkan gelar dokter dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 1961 dan bekerja di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Ainun menikah dengan teman SMA nya, Rudy Habibie, pada tanggal 12 Mei 1962 dan menghabiskan bulan madu di Yogyakarta, diakhiri di Ujung Pandang. Pernikahan mereka dikaruniai 2 anak, Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie, dan 6 cucu.
Quote:
Quote:
5.ani yudhoyono

Nama Lengkap : Kristiani Herawati
Profesi : -
Agama : Islam
Tempat Lahir : Yogyakarta
Tanggal Lahir : Minggu, 6 Juli 1952
Zodiac : Cancer
Warga Negara : Indonesia
Kristiani Herawati yang lebih sering dipanggil Ibu Ani adalah istri Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono.
Ani terlahir di Yogyakarta pada 6 Juli 1952 sebagai anak ketiga dari tujuh bersaudara dari pasangan Jend. Sarwo Edhie Wibowo dan Ny. Sunarti Sri Hidayah. Ibu Ani menikah pada tanggal 30 Juli 1976 dan dikaruniai 2 orang anak, Agus Harimurti dan Edhie Baskoro.
Ani sempat melanjutkan jenjang pendidikannya di Universitas Kristen Indonesia untuk mengejar cita-citanya menjadi dokter. Tapi, pada tahun ketiga berhenti karena ia harus mengikuti ayahnya pindah ke Korsel. Sepulang ke Indonesia, ia melanjutkan kuliahnya di Fakultas Ilmu Politik Universitas Terbuka (UT). Ani fasih berbicara, menulis, dan membaca dalam bahasa Inggris serta memahami bahasa Korea secara pasif.
Ani pernah memegang jabatan Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat. Ia juga aktif dalam kegiatan sosial di Persit Kartika Chandra Kirana (Persatuan Istri Tentara), Dharma Pertiwi dan Dharma Wanita.
Untuk membantu program pemerintah, Ani bersama-sama dengan para istri Menteri Kabinet Indonesia Bersatu membentuk suatu perkumpulan dengan nama Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB) untuk membantu masyarakat, khususnya anak-anak dan kaum perempuan yang kurang beruntung dalam rangka memberdayakan mereka melalui program "Indonesia Sejahtera" sesuai tujuan Millenium Development Goals.
Banyak program sosial yang dilakukan olehnya. Misalnya, di bidang pendidikan, melalui SIKIB, Ibu Negara keenam Republik Indonesia ini memelopori Program Indonesia Pintar, yakni penyediaan Motor Pintar, Mobil Pintar, Kapal Pintar sebagai sarana bergerak untuk menyediakan buku-buku bacaan bagi anak-anak secara gratis. Juga rumah pintar, yakni rumah di suatu daerah yang agak jauh dari kota, seperti Rumah Pintar 'Akhlaqul Karimah' yang ada di Kelurahan Cipondoh, yang menyediakan buku bacaan untuk anak-anak yang juga gratis. Dengan cara itu, anak-anak dimaksudkan akan dapat belajar sambil bermain tanpa harus berjalan jauh dari rumahnya.
Ia akan terus berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat semampu mungkin sesuai dengan kapasitasnya. Kepada semua pihak ia mengajak untuk bersama-sama membangun kepedulian sosial dan peningkatan kesejahteraan ini sesuai kapasitasnya masing-masing sehingga dapat membawa kebaikan bagi masyarakat.

Nama Lengkap : Kristiani Herawati
Profesi : -
Agama : Islam
Tempat Lahir : Yogyakarta
Tanggal Lahir : Minggu, 6 Juli 1952
Zodiac : Cancer
Warga Negara : Indonesia
Kristiani Herawati yang lebih sering dipanggil Ibu Ani adalah istri Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono.
Ani terlahir di Yogyakarta pada 6 Juli 1952 sebagai anak ketiga dari tujuh bersaudara dari pasangan Jend. Sarwo Edhie Wibowo dan Ny. Sunarti Sri Hidayah. Ibu Ani menikah pada tanggal 30 Juli 1976 dan dikaruniai 2 orang anak, Agus Harimurti dan Edhie Baskoro.
Ani sempat melanjutkan jenjang pendidikannya di Universitas Kristen Indonesia untuk mengejar cita-citanya menjadi dokter. Tapi, pada tahun ketiga berhenti karena ia harus mengikuti ayahnya pindah ke Korsel. Sepulang ke Indonesia, ia melanjutkan kuliahnya di Fakultas Ilmu Politik Universitas Terbuka (UT). Ani fasih berbicara, menulis, dan membaca dalam bahasa Inggris serta memahami bahasa Korea secara pasif.
Ani pernah memegang jabatan Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat. Ia juga aktif dalam kegiatan sosial di Persit Kartika Chandra Kirana (Persatuan Istri Tentara), Dharma Pertiwi dan Dharma Wanita.
Untuk membantu program pemerintah, Ani bersama-sama dengan para istri Menteri Kabinet Indonesia Bersatu membentuk suatu perkumpulan dengan nama Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB) untuk membantu masyarakat, khususnya anak-anak dan kaum perempuan yang kurang beruntung dalam rangka memberdayakan mereka melalui program "Indonesia Sejahtera" sesuai tujuan Millenium Development Goals.
Banyak program sosial yang dilakukan olehnya. Misalnya, di bidang pendidikan, melalui SIKIB, Ibu Negara keenam Republik Indonesia ini memelopori Program Indonesia Pintar, yakni penyediaan Motor Pintar, Mobil Pintar, Kapal Pintar sebagai sarana bergerak untuk menyediakan buku-buku bacaan bagi anak-anak secara gratis. Juga rumah pintar, yakni rumah di suatu daerah yang agak jauh dari kota, seperti Rumah Pintar 'Akhlaqul Karimah' yang ada di Kelurahan Cipondoh, yang menyediakan buku bacaan untuk anak-anak yang juga gratis. Dengan cara itu, anak-anak dimaksudkan akan dapat belajar sambil bermain tanpa harus berjalan jauh dari rumahnya.
Ia akan terus berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat semampu mungkin sesuai dengan kapasitasnya. Kepada semua pihak ia mengajak untuk bersama-sama membangun kepedulian sosial dan peningkatan kesejahteraan ini sesuai kapasitasnya masing-masing sehingga dapat membawa kebaikan bagi masyarakat.
6.iriana jokowidodo


Perkenalan Iriana dengan Joko Widodo atau akrab disapa Jokowi dapat dikatakan terjadi secara tidak sengaja.
Iriana adalah teman adik Jokowi, Iit Sriyantini. Saat masih sekolah, perempuan kelahiran 1 Oktober 1963 di Kota Solo itu sering berkunjung ke rumah Jokowi diajak Iit. Tanpa sengaja, Iriana bertemu Jokowi yang saat itu masih kuliah di Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Dari pertemuan itulah mereka berdua akhirnya menjalin hubungan asmara. Empat tahun lebih menjalin kasih, pada 1986, sehari menjelang Natal, Jokowi akhirnya menikahi Iriana. Cincin kimpoi mereka seharga Rp 24.000.
Ibunda Jokowi, Sudjiatmi Notomihardjo mengatakan, Iriana adalah cinta atau pacar pertama dan terakhir Jokowi.
Saat menikah, Jokowi sudah bekerja di PT Kertas Kraft Aceh. Jokowi akhirnya memboyong Iriana tinggal di Aceh. Keduanya kembali ke Jawa saat Iriana hendak melahirkan anak pertama mereka.
Akrab dipanggil Ana, semenjak menikah dengan Jokowi, Iriana yang menyandang gelar sarjana ekonomi, lebih banyak menghabiskan waktunya untuk merawat suami dan 3 anak mereka (Gibran Rakabuming Raka, Kahiyang Ayu, dan Kaesang Pangarep).
Ketika suaminya menjabat Walikota Solo, Ana memimpin kegiatan PKK dan banyak menjalankan kegiatan sosial yang bersinggungan langsung dengan masyarakat. Salah satunya masalah kemiskinan.
Kepeduliannya pada 'wong cilik' di Solo, karena dulu suaminya juga pernah merasakan rumah digusur tanpa ada pesangon. Ana tak mau kejadian pahit itu dialami lagi oleh warga Solo. Untuk memberdayakan warga, dia banyak membuat program-program pelatihan usaha.
Kedekatannya dengan rakyat, membuat banyak warga Solo merasa kehilangan ketika Ana hijrah ke Jakarta, menemani suaminya yang menjabat Gubernur DKI.
Penyuka yoga ini sangat mempedulikan suami dan anak-anaknya. Ana bahkan punya resep khusus untuk tetap menjaga stamina sang suami yakni jamu temulawak, campur jahe, kacang hijau dan terkadang ditambahkan madu. Resep ini sudah diberikan sejak 17 tahun lalu.
Meski menjadi istri pejabat, Ana tak mau bersikap seperti seorang ndoro. Tak jarang dia mengerjakan pekerjaan rumah sekalipun ada pembantu. Ana juga lebih senang berbelanja ke pasar tradisional, terutama Pasar Klewer Solo.
Seperti suaminya, Iriana memang dikenal sebagai perempuan sederhana dan bersahaja. Perempuan yang dikenal ramah dan selalu ceria ini tak pernah tampil glamour. Rias wajahnya tak pernah menor, dan tak penah mengenakan barang-barang mewah.


Spoiler for sumber:
Quote:
jika berkenan,mungkin boleh lempar ane
atau di
ane sangat-sangat menolak 




0
4.9K
Kutip
30
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan