- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
9 Jalan Kematian Tragis para Pemimpin


TS
redfox.qr
9 Jalan Kematian Tragis para Pemimpin
9 Jalan Kematian Tragis para Pemimpin





Sejarah adalah cermin paling jernih. Para calon pemimpin seharusnya bercermin pada sejarah, bahwa kekuasaan adalah salah satu hal yang paling sulit dikelola. Sejarah mencatat, tak sedikit penguasa yang bernasib naas di akhir kekuasaannya.
Di sejumlah peradaban, terdapat penguasa-penguasa yang menemui akhir hidup yang tragis. Mulai dari Julius Caesar yang tewas di ujung belati anggota senat Marcus Junius Brutus, hingga Ratu Mary dari Skotlandia yang dieksekusi penggal kepala. Bahkan pemimpin agama, seperti, Joseph Smith pun meninggal dieksekusi.

Ada revolusi yang berjalan damai namun ada yang berlangsung berdarah-darah. Ada yang terjadi secara alami, tetapi tak sedikit revolusi di sebuah negara, didukung, diintervensi, bahkan ditunggangi oleh kekuatan negara-negara adidaya untuk kepentingan tertentu.
Terlepas dari itu, revolusi sosial politik selalu meminta korban jiwa, dan tak sedikit di antaranya adalah para pemimpin setingkat presiden dan perdana menteri yang sebelumnya berkuasa mutlak. Benito Amilcare Andrea Mussolini, atau lebih populer dengan nama Benito Mussolini adalah contoh gamblang seorang pemimpin yang menapak puncak kekuasaan mutlak melalui revolusi, namun kemudian hidupnya berakhir tragis juga di ujung revolusi.
Mussolini dikenal sebagai seorang sosialis pemuja Karl Marx, namun kemudian membentuk dan menyebarkan gerakan fasisme. Paham ini lahir di saat perekonomian Italia memburuk akibat perang dan pengangguran. Pada Maret 1919, fasisme menjadi suatu gerakan politik ketika ia membentuk Kelompok untuk Bertempur yang dikenal sebagai baju hitam, yakni kumpulan penjahat, kriminal, dan preman yang bertindak sebagai tukang pukul para cukong. Kaum fasis menolak parlemen dan mengedepankan kekerasan fisik. Anarki pecah di mana-mana tanpa mampu dikendalikan oleh pemerintah liberal, hingga akhirnya Raja Italia, Vittorio Emanuele III, memberikan kekuasaan untuk membentuk pemerintahan baru, Republik Sosialis Italia, pada 1943.
Di bawah kendalinya, Italia menjelma menjadi negara yang sangat ditakuti. Terlebih karena Mussolini juga bersahabat dengan Adolf Hitler. Mereka beraliansi dan terjun ke Perang Dunia II pada 1940. Setelah Jerman dan Italia kalah di Perang Dunia II, Mussolini diturunkan dari jabatannya oleh raja Victor Emmanuel III dan ditahan di Campo Imperatore, sebuah resor pegunungan terpencil di Abruzzo. Pasukan khusus Jerman berhasil membebaskan dan mengembalikannya berkuasa di Italia Utara.
Tetapi, pada praktiknya ia memerintah sebagai pemimpin boneka, karena yang sebenarnya berkuasa adalah orang-orang Nazi Jerman. kontroversi di Italia saat itu. Setelah berhasil ditemukan, kerangka itu disimpan selama 10 tahun sebelum dikuburkan di Predappio, Emilia-Romagna, tempat kelahirannya.
Tewas mengenaskan dan mayatnya dipertontonkan di depan umum, juga dialami oleh Mohammad Najibullah Ahmadzai. Mantan presiden Afghanistan dari 1987-1992, ini, tewas ditangan kaum Taliban yang berhasil menguasai negeri itu lewat jalan revolusi. Najibullah dijemput paksa oleh tentara Taliban saat berlindung di markas PBB di Afghanistan, pada 27 September 1996. Ia lantas dikebiri sebelum diseret dengan truk di jalan raya hingga tewas. Mayatnya lalu digantung di tiang lampu pengatur lalu lintas sebagai pertanda bahwa era baru Afghanistan sudah dimulai.
Saddam Hussein di Irak dan Moammar dengan tuduhan Saddam mengembangkan senjata biologi. Setelah berhasil ditangkap, Saddam dinyatakan bersalah atas kejahatan kemanusiaan, dan dijatuhi hukuman gantung pada 30 Desember 2006. Nasib lebih tragis dialami Khaddafi di Libya, Afrika. Muammar Muhammad Abu Minyar al-Gaddafi, nama lengkapnya, naik ke puncak kekuasaan lewat jalan revolusi, tepatnya kudeta militer menyingkirkan Raja Idris pada 1969. Sahabat karib diktator Uganda, Idi Amin, ini, pada 2008 dinobatkan sebagai “Raja Segala Raja Afrika” oleh 200 raja dan pemimpin tradisional di Afrika.
Berbeda dengan Idi Amin yang melarikan diri setelah terdesak, Khaddafi tetap bertahan dalam suasana perang saudara yang memakan korban ribuan rakyat Libya hanya dalam tempo kurang dari setahun. Khaddafi berkuasa dengan tangan besi Ketika fasisme akhirnya runtuh pada 1945, Mussolini bersama istri dan tiga orang pendukung setianya ditangkap dan ditembak mati oleh kelompok perlawanan Italia dari kelompok komunis di sebuah desa bernama Giulino di Mezzegra. Mayat mereka digantung terbalik dan dipertontonkan kepada publik di pompa bensin di Piazza Loreto, Milan. Sebelum digantung, mayat mereka ditembaki berkalikali, diludahi, dilempari batu, dan ditendangi oleh rakyat yang marah terhadap sepak terjang Mussolini dan partai fasisnya.
Mayat Mussolini dikuburkan di makam tak bertanda di Mussoco. Setahun kemudian, sisa-sisa pendukungnya menggali kuburnya dan menyembunyikan kerangkanya di suatu tempat bernama Certosa de Pavia, dekat Milan. Kerangka Mussolini sempat menjadi Khaddafi di Libya adalah contoh pemimpin bernasib tragis lainnya menyusul sebuah revolusi. Hanya saja, keduanya berbeda dari Mussolini dan Najibullah. Saddam dan Khaddafi tewas mengenaskan dalam sebuah revolusi yang dimotori dan ditunggangi oleh kekuataan adidaya, terutama AS.
Saddam yang sangat berkuasa akhirnya kalah dalam perang melawan kekuatan multinasional yang dipimpin AS. Setelah berminggu minggu dikejar-kejar oleh rakyatnya sendiri, ia tertangkap dalam sebuah lubang persembunyian. Saddam Abd al-Majid al-Tikriti, yang memimpin Irak sejak tahun 1979 dengan tangan besi, akhirnya harus berhadapan dengan AS dan sekutunya dalam dua kali perang.
Pada Perang Teluk kedua tahun 2003, AS dan sekutunya menyerang Irak selama hampir 42 tahun, dan sangat represif terhadap lawan-lawan politiknya. Ia juga sekaligus menjadi salah satu ikon perlawanan terhadap negara-negara Barat yang dipimpin AS. Namun tentara revolusioner yang didukung NATO, akhirnya berhasil menggulingkan pemerintahan Khaddafi. Pada 20 Oktober 2011, hidupnya berakhir sangat tragis di tangan tentara revolusioner.
Stasiun televisi Al Jazeera menayangkan rekaman Khadafi yang terkulai di tanah, terluka, dan diinjak-injak. Setelah disiksa sedemikian rupa, ia ditembak tepat di kepala. Mayatnya kemudian diseret ke sebuah masjid di Misrata dalam keadaan bertelanjang dada dengan bagian muka yang berlumuran darah, serta dipertontonkan dan dicemooh oleh rakyatnya sendiri.
Pemimpin negara yang tewas mengenaskan dengan jalan kudeta memiliki daftar panjang. Salah satu yang paling diingat dalam sejarah adalah Zulfikar Ali Bhutto, Presiden Pakistan periode 1971 - 1973, dan Perdana Menteri Pakistan 1973-1977, yang digulingkan dalam sebuah kudeta militer oleh Jenderal Muhammad Zia-ul-Haq, kemudian dihukum gantung pada 4 April 1979.
Hukuman itu dikeluarkan oleh Mahkamah Agung di bawah undang-undang darurat atas tuduhan memberikan wewenang atas pembunuhan terhadap seorang lawan politik tahun 1974. Tuduhan ini memang tak terungkap jelas hingga kini. Selain itu, Zulfikar juga dijatuhi hukuman atas lima tuduhan kriminal lainnya. Penangkapan Zulfikar terbilang tragis. Di pagi buta tanggal 17 September 1977, kediamannya diserbu oleh sejumlah tentara.
Dia diseret keluar rumah dan dijebloskan ke dalam penjara yang sempit. Sang pemimpin itu meringkuk tak berdaya di sel, padahal dua bulan sebelumnya ia masih memimpin Pakistan sebelum didongkel oleh kelompok militer pimpinan Jendral Zia-ul-Haq pada 5 Juli 1977. Zia-ul-Haq menggulingkan Zulfikar karena menganggapnya gagal menyelamatkan negara dari krisis.
Menurut Zia-ul-Haq dalam pidatonya setelah peristiwa kudeta tersebut, “Adalah suatu dosa besar apabila angkatan bersenjata diam saja seperti penonton ketika melihat para pemimpin politik gagal menyelamatkan negara dari krisis.” Bagi mereka yang percaya akan karma, nasib tragis Samuel Kanyon Doe dari Liberia bisa menjadi pembenar. Berhasil berkuasa melalui jalan kudeta, dengan membunuh Presiden William Richard Tolbert, Jr. pada 12 April 1980, Doe mengalami nasib sama setelah memerintah selama 10 tahun.
Pada 9 September 1990, Doe ditangkap di Monrovia oleh pemimpin fraksi pemberontak, Prince Johnson, dan tak lama kemudian dieksekusi. Eksekusinya yang brutal difilmkan dan rekaman videonya beredar secara luas. Presiden William Tolbert, Jr. sendiri tewas dieksekusi di istananya dalam sebuah serbuan militer yang dipimpin langsung oleh Samuel Kanyon Doe. Mayat Tolbert ditumpuk bersama 27 pengikutnya di sebuah liang kubur. Sebelum kuburan massal itu ditutup tanah, kerumunan massa mencaci maki sembari melempari mayat-mayat itu dengan batu.

Boutros Ghali
Daftar pemimpin yang tewas melalui pembunuhan politik tak kalah panjangnya. Mulai dari Boutros Ghali di Mesir, Laurent Kabila di Republik Kongo, Zia Ulhaq dan Benazir Bhutto di Pakistan, keluarga Gandhi (Indira dan Rajiv Gandhi) di India, hingga John F. Kennedy dan saudaranya Robert F. Kennedy di AS. Boutros Ghali adalah kakek dari mantan Sekjen PBB Boutros Boutros-Ghali. Boutros- Ghali sendiri adalah Perdana Menteri Mesir dalam periode singkat, yakni antara 1908 hingga 1910.
Ia membuat marah kaum nasionalis karena terlalu dekat dengan pemerintah Inggris. Ia tewas dibunuh oleh seorang nasionalis bernama Ibrahim Nassif al-Wardani, sarjana farmasi yang baru saja menamatkan kuliahnya di Inggris. Masih di Afrika, Laurent-Désiré Kabila menjabat Presiden Republik Demokratik Kongo sejak Mei 1997 dan mengganti nama negara itu dari sebelumnya bernama Zaire. Kabila tewas di tangan seorang tentara remaja yang pernah menjadi pengawal pribadinya.
Pemerintahannya mulai hancur ketika ia mengambil langkah aneh dengan meninggalkan mitra-mitra ADFL-nya dan menyokong musuh Hutu mereka. Hal ini memancing perang saudara yang melibatkan pasukan Zimbabwe, Angola, dan Namibia, hingga akhirnya menyebabkan kematiannya sendiri pada Januari 2001. Salah satu anggota tim pembunuhan berencana itu, Abdoul, dulunya adalah anggota kepercayaan Kabila dalam kudeta yang dilancarkan Kabila pada 1997. Abdoul tak pernah menyatakan penyesalannya. Ia berujar, “Dulu Saya mendukung Kabila, tapi dia adalah seorang pengkhianat yang pantas mati!”
Di Pakistan, Jenderal Muhammad Ziaul- Haq yang berkuasa melalui kudeta dan mengeksekusi Presiden Zulfikar Ali Bhutto, juga disebut-sebut tewas melalui aksi pembunuhan politik. Resminya, sang jenderal tewas dalam sebuah kecelakaan pesawat Hercules pada 17 Agustus 1988, berikut sejumlah pejabat, politisi, dan petinggi militer pendukungnya. Turut tewas dalam kecelakaan dekat Bhawalpur itu adalah Duta Besar Amerika Serikat untuk Pakistan. Penyelidikan menyebutkan, penyebab jatuhnya pesawat merupakan akibat tindakan sabotase. Yakni gas beracun yang menyebar di dalam pesawat sehingga menyebabkan para awak kapal dan penumpangnya tewas tercekik, termasuk sang presiden.
Rumor merebak bahwa meskipun sang jenderal sudah meninggal, para pendukungnya tetap bergerak di bawah tanah dan terus melakukan pembunuhan politik. Setelah sukses mengeksekusi Zulfikar Ali Bhutto, anggota keluarga Bhutto lainnya tewas dalam pembunuhan politik. Meskipun tidak ada bukti, tak sedikti orang yang meyakini bahwa pembunuhan keluarga Bhutto didalangi oleh pendukung Zia-Ul-Haq. Sejak Zulfikar tewas di tiang gantungan pada 3 April 1979, kematian demi kematian memilukan dan mengejutkan memang menimpa keturunan Bhutto. Benazir Bhutto, putri sulung Ali Bhutto yang sempat menjabat PM, dan berpeluang kembali berkuasa, akhirnya tewas ditembak pada 27 Desember 2007.
Dua adik lelakinya, Shahnawaz dan Murtaza Bhutto, juga tewas secara tragis. Shahnawaz ditemukan tewas diracun di apartemennya di Riviera, Perancis pada 1985, sementara Murtaza tewas ditembak pada tahun 1996. Para pemimpin dalam daftar berikutnya juga mengisahkan nasib anggota keluarga yang berakhir tragis, yakni keluarga Gandhi di India, dan keluarga Kennedy di AS. Perdana Menteri Indira Gandhi, tewas ditembak pada 31 Oktober 1984 oleh dua pengawalnya yang menganut agama Sikh.
Aksi pembunuhan itu dipicu oleh perintah Indira kepada tentara India untuk menyerang Kuil Emas di Punjab. Di kuil tersebut para pengikut Sikh memusatkan aktivitas politik mereka untuk memerdekakan Punjab, lepas dari India. Bernasib sama dengan ibunya, Rajiv Gandhi, putra tertua Indira, tewas pada 21 Mei 1991 di tangan Thenmuli Rajaratnam, perempuan anggota Macan Tamil yang mengalungkan bunga berisi bom ke leher Rajiv.
Di negeri Paman Sam, AS, pembunuhan Presiden John F. Kennedy (JFK), dan adiknya, senator Robert F. Kennedy (RFK), juga menjadi kisah paling mencengangkan di abad ke-20. Terlebih karena anggota keluarga Kennedy lainnya juga tewas mencurigakan. Presiden JFK tewas pada 22 November 1963, saat berkonvoi di mobil kepresidenan bersama istrinya Jacqueline Bouvier Kennedy di Dallas. Investigasi 10 bulan oleh Komisi Warren tahun 1963–1964, United States House Select Committee on Assassinations (HSCA) tahun 1976–1979, dan investigasi pemerintahan lainnya, menyimpulkan bahwa Kennedy dibunuh oleh Lee Harvey Oswald. Kesimpulan ini didukung oleh publik tahun 1964–66, namun pemilihan diadakan setelah 1966 dan menunjukan 80% warga Amerika tidak mempercayainya.
Pembunuhan ini masih diperdebatkan dan menimbulkan beberapa teori konspirasi. Pada Agustus 2011 lalu, sebuah rekaman rahasia mengenai pembunuhan JFK terungkap. Isinya mengenai kecurigaan sang istri, Jackie Onasiss, yang meyakini pembunuhan suaminya didalangi oleh wapresnya, Lyndon B Johnson, yang langsung diangkat sebagai presiden. Johnson dikatakan bekerjasama dengan seorang taipan asal Texas. Bukan hanya JFK dan RFK (tewas dibunuh pada 1968) yang jadi korban dari sesuatu yang populer dinamakan ”kutukan Kennedy.” Sebab anggota keluarga lainnya juga mengalami nasib tragis. Dua kecelakaan pesawat, misalnya, menewaskan Kathleen Kennedy dan John F. Kennedy Jr, sementara kecelakaan ski fatal menewaskan Michael LeMoyne Kennedy, putra RFK.
Kematian seorang pemimpin berkuasa bisa juga terjadi melalui jalan hukum, khususnya hukum perang. Mantan PM Jepang Hideki Tojo dan juga mantan Presiden Serbia Slobodan Milosevic adalah dua contoh pemimpin kejam yang tewas atas nama hukum perang.
Hideki Tojo adalah seorang jenderal Jepang dan PM ke-40 Jepang yang berkuasa antara 18 Oktober 1941 hingga 22 Juli 1944. Ia adalah anggota klik militer yang mendorong Jepang dalam perang di akhir 1930-an. Sebagai Menteri Perang pada 1940, Tojo tokoh Poros Jepang dengan Nazi Jerman dan Italia.
Di antara keputusannya adalah izin percobaan biologis terhadap para tawanan perang. Menyusul serentetan kekalahan tentara Jepang dalam perang, Tojo berusaha bunuh diri dan menembak dadanya namun gagal. Ia kemudian diadili oleh Pengadilan Militer Internasional untuk Timur Jauh sebagai penjahat perang. Ia dinyatakan bersalah atas berbagai tuduhan. Antara lain, peperangan agresi, dan perang dalam pelanggaran terhadap hukum internasional, perang tak beralasan terhadap China, perang agresif melawan AS, Inggris, Belanda, Perancis, dan memerintahkan perlakuan tak berperikemanusiaan terhadap tawanan perang. Tojo divonis mati pada 12 November 1948, dan menerima hukuman gantung pada 23 Desember 1948.
Karena perbuatan kriminal di bawah otoritasnya, Tojo dianggap bertanggung jawab atas tewasnya hampir 4 juta rakyat China. Namun kejahatan Tojo masih kalah dengan apa yang dilakukan Slobodon Milosevic. Nama Milosevic akan selalu diingat dalam sejarah peradaban manusia karena kejahatannya dalam perang Serbia-Bosnia Dalam perang antara 1992-1995, itu, Milosevic dan pasukan Serbia membantai ribuan penduduk Muslim Bosnia.
Dia kemudian diadili sebagai penjahat perang. Sebelum aksekusi dilaksanakan, Milosevic meninggal dalam selnya pada 2006. Mahkamah militer internasional hingga kini masih memburu sisa-sisa pengikut Milosevic yang terlibat aksi genosida pada perang Bosnia.
lanjut dibawah gan!





Sejarah adalah cermin paling jernih. Para calon pemimpin seharusnya bercermin pada sejarah, bahwa kekuasaan adalah salah satu hal yang paling sulit dikelola. Sejarah mencatat, tak sedikit penguasa yang bernasib naas di akhir kekuasaannya.
Di sejumlah peradaban, terdapat penguasa-penguasa yang menemui akhir hidup yang tragis. Mulai dari Julius Caesar yang tewas di ujung belati anggota senat Marcus Junius Brutus, hingga Ratu Mary dari Skotlandia yang dieksekusi penggal kepala. Bahkan pemimpin agama, seperti, Joseph Smith pun meninggal dieksekusi.
Spoiler for 1. Revolusi Sosial:

Ada revolusi yang berjalan damai namun ada yang berlangsung berdarah-darah. Ada yang terjadi secara alami, tetapi tak sedikit revolusi di sebuah negara, didukung, diintervensi, bahkan ditunggangi oleh kekuatan negara-negara adidaya untuk kepentingan tertentu.
Terlepas dari itu, revolusi sosial politik selalu meminta korban jiwa, dan tak sedikit di antaranya adalah para pemimpin setingkat presiden dan perdana menteri yang sebelumnya berkuasa mutlak. Benito Amilcare Andrea Mussolini, atau lebih populer dengan nama Benito Mussolini adalah contoh gamblang seorang pemimpin yang menapak puncak kekuasaan mutlak melalui revolusi, namun kemudian hidupnya berakhir tragis juga di ujung revolusi.
Mussolini dikenal sebagai seorang sosialis pemuja Karl Marx, namun kemudian membentuk dan menyebarkan gerakan fasisme. Paham ini lahir di saat perekonomian Italia memburuk akibat perang dan pengangguran. Pada Maret 1919, fasisme menjadi suatu gerakan politik ketika ia membentuk Kelompok untuk Bertempur yang dikenal sebagai baju hitam, yakni kumpulan penjahat, kriminal, dan preman yang bertindak sebagai tukang pukul para cukong. Kaum fasis menolak parlemen dan mengedepankan kekerasan fisik. Anarki pecah di mana-mana tanpa mampu dikendalikan oleh pemerintah liberal, hingga akhirnya Raja Italia, Vittorio Emanuele III, memberikan kekuasaan untuk membentuk pemerintahan baru, Republik Sosialis Italia, pada 1943.
Di bawah kendalinya, Italia menjelma menjadi negara yang sangat ditakuti. Terlebih karena Mussolini juga bersahabat dengan Adolf Hitler. Mereka beraliansi dan terjun ke Perang Dunia II pada 1940. Setelah Jerman dan Italia kalah di Perang Dunia II, Mussolini diturunkan dari jabatannya oleh raja Victor Emmanuel III dan ditahan di Campo Imperatore, sebuah resor pegunungan terpencil di Abruzzo. Pasukan khusus Jerman berhasil membebaskan dan mengembalikannya berkuasa di Italia Utara.
Tetapi, pada praktiknya ia memerintah sebagai pemimpin boneka, karena yang sebenarnya berkuasa adalah orang-orang Nazi Jerman. kontroversi di Italia saat itu. Setelah berhasil ditemukan, kerangka itu disimpan selama 10 tahun sebelum dikuburkan di Predappio, Emilia-Romagna, tempat kelahirannya.
Tewas mengenaskan dan mayatnya dipertontonkan di depan umum, juga dialami oleh Mohammad Najibullah Ahmadzai. Mantan presiden Afghanistan dari 1987-1992, ini, tewas ditangan kaum Taliban yang berhasil menguasai negeri itu lewat jalan revolusi. Najibullah dijemput paksa oleh tentara Taliban saat berlindung di markas PBB di Afghanistan, pada 27 September 1996. Ia lantas dikebiri sebelum diseret dengan truk di jalan raya hingga tewas. Mayatnya lalu digantung di tiang lampu pengatur lalu lintas sebagai pertanda bahwa era baru Afghanistan sudah dimulai.
Saddam Hussein di Irak dan Moammar dengan tuduhan Saddam mengembangkan senjata biologi. Setelah berhasil ditangkap, Saddam dinyatakan bersalah atas kejahatan kemanusiaan, dan dijatuhi hukuman gantung pada 30 Desember 2006. Nasib lebih tragis dialami Khaddafi di Libya, Afrika. Muammar Muhammad Abu Minyar al-Gaddafi, nama lengkapnya, naik ke puncak kekuasaan lewat jalan revolusi, tepatnya kudeta militer menyingkirkan Raja Idris pada 1969. Sahabat karib diktator Uganda, Idi Amin, ini, pada 2008 dinobatkan sebagai “Raja Segala Raja Afrika” oleh 200 raja dan pemimpin tradisional di Afrika.
Berbeda dengan Idi Amin yang melarikan diri setelah terdesak, Khaddafi tetap bertahan dalam suasana perang saudara yang memakan korban ribuan rakyat Libya hanya dalam tempo kurang dari setahun. Khaddafi berkuasa dengan tangan besi Ketika fasisme akhirnya runtuh pada 1945, Mussolini bersama istri dan tiga orang pendukung setianya ditangkap dan ditembak mati oleh kelompok perlawanan Italia dari kelompok komunis di sebuah desa bernama Giulino di Mezzegra. Mayat mereka digantung terbalik dan dipertontonkan kepada publik di pompa bensin di Piazza Loreto, Milan. Sebelum digantung, mayat mereka ditembaki berkalikali, diludahi, dilempari batu, dan ditendangi oleh rakyat yang marah terhadap sepak terjang Mussolini dan partai fasisnya.
Mayat Mussolini dikuburkan di makam tak bertanda di Mussoco. Setahun kemudian, sisa-sisa pendukungnya menggali kuburnya dan menyembunyikan kerangkanya di suatu tempat bernama Certosa de Pavia, dekat Milan. Kerangka Mussolini sempat menjadi Khaddafi di Libya adalah contoh pemimpin bernasib tragis lainnya menyusul sebuah revolusi. Hanya saja, keduanya berbeda dari Mussolini dan Najibullah. Saddam dan Khaddafi tewas mengenaskan dalam sebuah revolusi yang dimotori dan ditunggangi oleh kekuataan adidaya, terutama AS.
Saddam yang sangat berkuasa akhirnya kalah dalam perang melawan kekuatan multinasional yang dipimpin AS. Setelah berminggu minggu dikejar-kejar oleh rakyatnya sendiri, ia tertangkap dalam sebuah lubang persembunyian. Saddam Abd al-Majid al-Tikriti, yang memimpin Irak sejak tahun 1979 dengan tangan besi, akhirnya harus berhadapan dengan AS dan sekutunya dalam dua kali perang.
Pada Perang Teluk kedua tahun 2003, AS dan sekutunya menyerang Irak selama hampir 42 tahun, dan sangat represif terhadap lawan-lawan politiknya. Ia juga sekaligus menjadi salah satu ikon perlawanan terhadap negara-negara Barat yang dipimpin AS. Namun tentara revolusioner yang didukung NATO, akhirnya berhasil menggulingkan pemerintahan Khaddafi. Pada 20 Oktober 2011, hidupnya berakhir sangat tragis di tangan tentara revolusioner.
Stasiun televisi Al Jazeera menayangkan rekaman Khadafi yang terkulai di tanah, terluka, dan diinjak-injak. Setelah disiksa sedemikian rupa, ia ditembak tepat di kepala. Mayatnya kemudian diseret ke sebuah masjid di Misrata dalam keadaan bertelanjang dada dengan bagian muka yang berlumuran darah, serta dipertontonkan dan dicemooh oleh rakyatnya sendiri.
Spoiler for 2. Kudeta:
Pemimpin negara yang tewas mengenaskan dengan jalan kudeta memiliki daftar panjang. Salah satu yang paling diingat dalam sejarah adalah Zulfikar Ali Bhutto, Presiden Pakistan periode 1971 - 1973, dan Perdana Menteri Pakistan 1973-1977, yang digulingkan dalam sebuah kudeta militer oleh Jenderal Muhammad Zia-ul-Haq, kemudian dihukum gantung pada 4 April 1979.
Hukuman itu dikeluarkan oleh Mahkamah Agung di bawah undang-undang darurat atas tuduhan memberikan wewenang atas pembunuhan terhadap seorang lawan politik tahun 1974. Tuduhan ini memang tak terungkap jelas hingga kini. Selain itu, Zulfikar juga dijatuhi hukuman atas lima tuduhan kriminal lainnya. Penangkapan Zulfikar terbilang tragis. Di pagi buta tanggal 17 September 1977, kediamannya diserbu oleh sejumlah tentara.
Dia diseret keluar rumah dan dijebloskan ke dalam penjara yang sempit. Sang pemimpin itu meringkuk tak berdaya di sel, padahal dua bulan sebelumnya ia masih memimpin Pakistan sebelum didongkel oleh kelompok militer pimpinan Jendral Zia-ul-Haq pada 5 Juli 1977. Zia-ul-Haq menggulingkan Zulfikar karena menganggapnya gagal menyelamatkan negara dari krisis.
Menurut Zia-ul-Haq dalam pidatonya setelah peristiwa kudeta tersebut, “Adalah suatu dosa besar apabila angkatan bersenjata diam saja seperti penonton ketika melihat para pemimpin politik gagal menyelamatkan negara dari krisis.” Bagi mereka yang percaya akan karma, nasib tragis Samuel Kanyon Doe dari Liberia bisa menjadi pembenar. Berhasil berkuasa melalui jalan kudeta, dengan membunuh Presiden William Richard Tolbert, Jr. pada 12 April 1980, Doe mengalami nasib sama setelah memerintah selama 10 tahun.
Pada 9 September 1990, Doe ditangkap di Monrovia oleh pemimpin fraksi pemberontak, Prince Johnson, dan tak lama kemudian dieksekusi. Eksekusinya yang brutal difilmkan dan rekaman videonya beredar secara luas. Presiden William Tolbert, Jr. sendiri tewas dieksekusi di istananya dalam sebuah serbuan militer yang dipimpin langsung oleh Samuel Kanyon Doe. Mayat Tolbert ditumpuk bersama 27 pengikutnya di sebuah liang kubur. Sebelum kuburan massal itu ditutup tanah, kerumunan massa mencaci maki sembari melempari mayat-mayat itu dengan batu.
Spoiler for 3. Pembunuhan Politik:

Boutros Ghali
Daftar pemimpin yang tewas melalui pembunuhan politik tak kalah panjangnya. Mulai dari Boutros Ghali di Mesir, Laurent Kabila di Republik Kongo, Zia Ulhaq dan Benazir Bhutto di Pakistan, keluarga Gandhi (Indira dan Rajiv Gandhi) di India, hingga John F. Kennedy dan saudaranya Robert F. Kennedy di AS. Boutros Ghali adalah kakek dari mantan Sekjen PBB Boutros Boutros-Ghali. Boutros- Ghali sendiri adalah Perdana Menteri Mesir dalam periode singkat, yakni antara 1908 hingga 1910.
Ia membuat marah kaum nasionalis karena terlalu dekat dengan pemerintah Inggris. Ia tewas dibunuh oleh seorang nasionalis bernama Ibrahim Nassif al-Wardani, sarjana farmasi yang baru saja menamatkan kuliahnya di Inggris. Masih di Afrika, Laurent-Désiré Kabila menjabat Presiden Republik Demokratik Kongo sejak Mei 1997 dan mengganti nama negara itu dari sebelumnya bernama Zaire. Kabila tewas di tangan seorang tentara remaja yang pernah menjadi pengawal pribadinya.
Pemerintahannya mulai hancur ketika ia mengambil langkah aneh dengan meninggalkan mitra-mitra ADFL-nya dan menyokong musuh Hutu mereka. Hal ini memancing perang saudara yang melibatkan pasukan Zimbabwe, Angola, dan Namibia, hingga akhirnya menyebabkan kematiannya sendiri pada Januari 2001. Salah satu anggota tim pembunuhan berencana itu, Abdoul, dulunya adalah anggota kepercayaan Kabila dalam kudeta yang dilancarkan Kabila pada 1997. Abdoul tak pernah menyatakan penyesalannya. Ia berujar, “Dulu Saya mendukung Kabila, tapi dia adalah seorang pengkhianat yang pantas mati!”
Di Pakistan, Jenderal Muhammad Ziaul- Haq yang berkuasa melalui kudeta dan mengeksekusi Presiden Zulfikar Ali Bhutto, juga disebut-sebut tewas melalui aksi pembunuhan politik. Resminya, sang jenderal tewas dalam sebuah kecelakaan pesawat Hercules pada 17 Agustus 1988, berikut sejumlah pejabat, politisi, dan petinggi militer pendukungnya. Turut tewas dalam kecelakaan dekat Bhawalpur itu adalah Duta Besar Amerika Serikat untuk Pakistan. Penyelidikan menyebutkan, penyebab jatuhnya pesawat merupakan akibat tindakan sabotase. Yakni gas beracun yang menyebar di dalam pesawat sehingga menyebabkan para awak kapal dan penumpangnya tewas tercekik, termasuk sang presiden.
Rumor merebak bahwa meskipun sang jenderal sudah meninggal, para pendukungnya tetap bergerak di bawah tanah dan terus melakukan pembunuhan politik. Setelah sukses mengeksekusi Zulfikar Ali Bhutto, anggota keluarga Bhutto lainnya tewas dalam pembunuhan politik. Meskipun tidak ada bukti, tak sedikti orang yang meyakini bahwa pembunuhan keluarga Bhutto didalangi oleh pendukung Zia-Ul-Haq. Sejak Zulfikar tewas di tiang gantungan pada 3 April 1979, kematian demi kematian memilukan dan mengejutkan memang menimpa keturunan Bhutto. Benazir Bhutto, putri sulung Ali Bhutto yang sempat menjabat PM, dan berpeluang kembali berkuasa, akhirnya tewas ditembak pada 27 Desember 2007.
Dua adik lelakinya, Shahnawaz dan Murtaza Bhutto, juga tewas secara tragis. Shahnawaz ditemukan tewas diracun di apartemennya di Riviera, Perancis pada 1985, sementara Murtaza tewas ditembak pada tahun 1996. Para pemimpin dalam daftar berikutnya juga mengisahkan nasib anggota keluarga yang berakhir tragis, yakni keluarga Gandhi di India, dan keluarga Kennedy di AS. Perdana Menteri Indira Gandhi, tewas ditembak pada 31 Oktober 1984 oleh dua pengawalnya yang menganut agama Sikh.
Aksi pembunuhan itu dipicu oleh perintah Indira kepada tentara India untuk menyerang Kuil Emas di Punjab. Di kuil tersebut para pengikut Sikh memusatkan aktivitas politik mereka untuk memerdekakan Punjab, lepas dari India. Bernasib sama dengan ibunya, Rajiv Gandhi, putra tertua Indira, tewas pada 21 Mei 1991 di tangan Thenmuli Rajaratnam, perempuan anggota Macan Tamil yang mengalungkan bunga berisi bom ke leher Rajiv.
Di negeri Paman Sam, AS, pembunuhan Presiden John F. Kennedy (JFK), dan adiknya, senator Robert F. Kennedy (RFK), juga menjadi kisah paling mencengangkan di abad ke-20. Terlebih karena anggota keluarga Kennedy lainnya juga tewas mencurigakan. Presiden JFK tewas pada 22 November 1963, saat berkonvoi di mobil kepresidenan bersama istrinya Jacqueline Bouvier Kennedy di Dallas. Investigasi 10 bulan oleh Komisi Warren tahun 1963–1964, United States House Select Committee on Assassinations (HSCA) tahun 1976–1979, dan investigasi pemerintahan lainnya, menyimpulkan bahwa Kennedy dibunuh oleh Lee Harvey Oswald. Kesimpulan ini didukung oleh publik tahun 1964–66, namun pemilihan diadakan setelah 1966 dan menunjukan 80% warga Amerika tidak mempercayainya.
Pembunuhan ini masih diperdebatkan dan menimbulkan beberapa teori konspirasi. Pada Agustus 2011 lalu, sebuah rekaman rahasia mengenai pembunuhan JFK terungkap. Isinya mengenai kecurigaan sang istri, Jackie Onasiss, yang meyakini pembunuhan suaminya didalangi oleh wapresnya, Lyndon B Johnson, yang langsung diangkat sebagai presiden. Johnson dikatakan bekerjasama dengan seorang taipan asal Texas. Bukan hanya JFK dan RFK (tewas dibunuh pada 1968) yang jadi korban dari sesuatu yang populer dinamakan ”kutukan Kennedy.” Sebab anggota keluarga lainnya juga mengalami nasib tragis. Dua kecelakaan pesawat, misalnya, menewaskan Kathleen Kennedy dan John F. Kennedy Jr, sementara kecelakaan ski fatal menewaskan Michael LeMoyne Kennedy, putra RFK.
Spoiler for 4. Pengadilan Perang:
Kematian seorang pemimpin berkuasa bisa juga terjadi melalui jalan hukum, khususnya hukum perang. Mantan PM Jepang Hideki Tojo dan juga mantan Presiden Serbia Slobodan Milosevic adalah dua contoh pemimpin kejam yang tewas atas nama hukum perang.
Hideki Tojo adalah seorang jenderal Jepang dan PM ke-40 Jepang yang berkuasa antara 18 Oktober 1941 hingga 22 Juli 1944. Ia adalah anggota klik militer yang mendorong Jepang dalam perang di akhir 1930-an. Sebagai Menteri Perang pada 1940, Tojo tokoh Poros Jepang dengan Nazi Jerman dan Italia.
Di antara keputusannya adalah izin percobaan biologis terhadap para tawanan perang. Menyusul serentetan kekalahan tentara Jepang dalam perang, Tojo berusaha bunuh diri dan menembak dadanya namun gagal. Ia kemudian diadili oleh Pengadilan Militer Internasional untuk Timur Jauh sebagai penjahat perang. Ia dinyatakan bersalah atas berbagai tuduhan. Antara lain, peperangan agresi, dan perang dalam pelanggaran terhadap hukum internasional, perang tak beralasan terhadap China, perang agresif melawan AS, Inggris, Belanda, Perancis, dan memerintahkan perlakuan tak berperikemanusiaan terhadap tawanan perang. Tojo divonis mati pada 12 November 1948, dan menerima hukuman gantung pada 23 Desember 1948.
Karena perbuatan kriminal di bawah otoritasnya, Tojo dianggap bertanggung jawab atas tewasnya hampir 4 juta rakyat China. Namun kejahatan Tojo masih kalah dengan apa yang dilakukan Slobodon Milosevic. Nama Milosevic akan selalu diingat dalam sejarah peradaban manusia karena kejahatannya dalam perang Serbia-Bosnia Dalam perang antara 1992-1995, itu, Milosevic dan pasukan Serbia membantai ribuan penduduk Muslim Bosnia.
Dia kemudian diadili sebagai penjahat perang. Sebelum aksekusi dilaksanakan, Milosevic meninggal dalam selnya pada 2006. Mahkamah militer internasional hingga kini masih memburu sisa-sisa pengikut Milosevic yang terlibat aksi genosida pada perang Bosnia.
lanjut dibawah gan!
Diubah oleh redfox.qr 13-11-2014 10:59


tien212700 memberi reputasi
1
5.2K
Kutip
24
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan