- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
anak siapa.....? makanya nikah sama kaskuser kagak bakalan ditinggal....


TS
indra_wijaya
anak siapa.....? makanya nikah sama kaskuser kagak bakalan ditinggal....
Anak Berdarah Campuran Yang Telantar
Selasa, 28 Oktober 2014 07:50 WIB
Istimewa
Akte kelahiran
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Terpaksa memiliki akte lahir bukan atas nama ibu kandungnya. Itulah nasib
FN, bocah laki-laki berusia 8 tahun di Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Di akte kelahiran, ia terpaksa
dicatatkan sebagai anak dari kakak ibunya Yuliana (31). Sebabnya, FN lahir dari dari perkimpoian siri Yuliana
dengan pengungsi asal Afghanistan.
Yuliana tak mau anaknya tercatat sebagai anak yang lahir di luar nikah. Maka, FN dimasukkan sebagai anak
sang kakak yang menikah resmi. "Saya ditinggal pergi suami siri saya sejak FN masih berusia dua bulan
dalam kandungan," kata Yuliana kepada Warta Kota, ketika ditemui di rumahnya, Rabu (22/10/2014).
Rumah itu berada di gang sempit. Sinar matahari sulit menembus rapatnya atap di gang itu. Permohonan
suaka ayah kandung FN disetujui Pemerintah Kanada pada tahun 2005. Sang ayah pun pergi meninggalkan
Indonesia dan meninggal FN.
Saat pergi, ayah FN berjanji akan kembali. Tapi itu tak terjadi sampai tahun 2014 ini. Dia hanya rutin
mengirim uang bulanan. Tapi amat sedikit. Bahkan kadang kirimannya terlambat. Yuliana sampai malu
menyebutkan angka kiriman itu.
Di usianya yang ke-8 FN begitu tampan. Ukuran tubuhnya lebih tinggi dari sepupunya yang sudah duduk di
kelas V SD. Hidungnya mancung, matanya bulat, dan alisnya tebal. Nyaris tak tersisa wajah Yuliana di situ.
"Ini mukanya mirip sekali dengan muka ayahnya," kata Yuliana.
Saat ini, banyak anak seperti FN. Anak-anak berwajah campuran seperti itu mulai bertebaran di kawasan
Puncak, seperti di Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Mereka berdarah Afghanistan, Kurdi, Pakistan, Sri
Lanka, dan Somalia. Mereka keturunan pengungsi yang hanya mampir. Tapi di belakang mereka ada banyak
masalah.
Sania (26) mengalami hal serupa dengan Yuliana. Lima tahun lalu dia menikah siri dengan pengungsi asal
Pakistan. Lalu memiliki seorang anak laki-laki. Tapi begitu permohonan suakanya diterima Australia, lelaki
Pakistan itu menceraikan Sania pada tahun 2012.
Dia pergi begitu saja meninggalkan Sania dan anaknya yang saat itu masih berusia dua tahun. Setelah itu
Sania bingung hidup sendiri. Dia terpaksa pindah ke Jakarta dan bekerja di sebuah konter ponsel. (Warta
Kota)
Salah Perempuannya, Kenapa Mau Nikah Sama Pengungsi Asing
Selasa, 28 Oktober 2014 10:45 WIB
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Sampai saat ini belum ada data pasti mengenai keberadaan keluarga kimpoi
campur dan anak-anaknya di Cisarua, Bogor. Dinas Sosial Kabupaten Bogor, Kantor Imigrasi Bogor, dan
UNHCR tak memiliki data soal anak campuran ini.
Padahal keluarga-keluarga ini rentan konflik. Pada akhirnya yang jadi korban adalah wanita Bangsa
Indonesia dan anak campurannya. Mereka banyak ditelantarkan.
"Itu salah perempuannya, kok mau dikimpoii pengungsi," kata Kepala Imigrasi Kelas I Bogor, Didik Heru
kepada Warta Kota, ketika dihubungi.
Kepala Bidang Kesejahteraan Sosial Dinas Sosial Kabupaten Bogor, Lenny Rachmawati juga belum punya
solusi jitu untuk itu. "Kami masih terus mendatanya," kata Lenny ketika ditemui di ruang kerjanya.
Lenny mengaku baru akan bertindak setelah menerima data itu. Dia meminta Pekerja Sosial Masyarakat
Kecamatan Cisarua untuk mendatanya.
Namun Pekerja Sosial Masyarakat Kecamatan Cisarua, Hasan Bandoeng juga belum memiliki data itu. Dia
sekaligus Koordinator Paguyuban Masyarakat Cisarua. Hasan mengaku belum pernah benar-benar mendata
soal anak campuran ini.
"Saya hanya menemuinya secara tidak sengaja saat mendata soal jumlah imigran di Kecamatan Cisarua
pada Agustus -September 2013 lalu," ujarnya. (Warta Kota)
Selasa, 28 Oktober 2014 07:50 WIB
Istimewa
Akte kelahiran
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Terpaksa memiliki akte lahir bukan atas nama ibu kandungnya. Itulah nasib
FN, bocah laki-laki berusia 8 tahun di Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Di akte kelahiran, ia terpaksa
dicatatkan sebagai anak dari kakak ibunya Yuliana (31). Sebabnya, FN lahir dari dari perkimpoian siri Yuliana
dengan pengungsi asal Afghanistan.
Yuliana tak mau anaknya tercatat sebagai anak yang lahir di luar nikah. Maka, FN dimasukkan sebagai anak
sang kakak yang menikah resmi. "Saya ditinggal pergi suami siri saya sejak FN masih berusia dua bulan
dalam kandungan," kata Yuliana kepada Warta Kota, ketika ditemui di rumahnya, Rabu (22/10/2014).
Rumah itu berada di gang sempit. Sinar matahari sulit menembus rapatnya atap di gang itu. Permohonan
suaka ayah kandung FN disetujui Pemerintah Kanada pada tahun 2005. Sang ayah pun pergi meninggalkan
Indonesia dan meninggal FN.
Saat pergi, ayah FN berjanji akan kembali. Tapi itu tak terjadi sampai tahun 2014 ini. Dia hanya rutin
mengirim uang bulanan. Tapi amat sedikit. Bahkan kadang kirimannya terlambat. Yuliana sampai malu
menyebutkan angka kiriman itu.
Di usianya yang ke-8 FN begitu tampan. Ukuran tubuhnya lebih tinggi dari sepupunya yang sudah duduk di
kelas V SD. Hidungnya mancung, matanya bulat, dan alisnya tebal. Nyaris tak tersisa wajah Yuliana di situ.
"Ini mukanya mirip sekali dengan muka ayahnya," kata Yuliana.
Saat ini, banyak anak seperti FN. Anak-anak berwajah campuran seperti itu mulai bertebaran di kawasan
Puncak, seperti di Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Mereka berdarah Afghanistan, Kurdi, Pakistan, Sri
Lanka, dan Somalia. Mereka keturunan pengungsi yang hanya mampir. Tapi di belakang mereka ada banyak
masalah.
Sania (26) mengalami hal serupa dengan Yuliana. Lima tahun lalu dia menikah siri dengan pengungsi asal
Pakistan. Lalu memiliki seorang anak laki-laki. Tapi begitu permohonan suakanya diterima Australia, lelaki
Pakistan itu menceraikan Sania pada tahun 2012.
Dia pergi begitu saja meninggalkan Sania dan anaknya yang saat itu masih berusia dua tahun. Setelah itu
Sania bingung hidup sendiri. Dia terpaksa pindah ke Jakarta dan bekerja di sebuah konter ponsel. (Warta
Kota)
Salah Perempuannya, Kenapa Mau Nikah Sama Pengungsi Asing
Selasa, 28 Oktober 2014 10:45 WIB
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Sampai saat ini belum ada data pasti mengenai keberadaan keluarga kimpoi
campur dan anak-anaknya di Cisarua, Bogor. Dinas Sosial Kabupaten Bogor, Kantor Imigrasi Bogor, dan
UNHCR tak memiliki data soal anak campuran ini.
Padahal keluarga-keluarga ini rentan konflik. Pada akhirnya yang jadi korban adalah wanita Bangsa
Indonesia dan anak campurannya. Mereka banyak ditelantarkan.
"Itu salah perempuannya, kok mau dikimpoii pengungsi," kata Kepala Imigrasi Kelas I Bogor, Didik Heru
kepada Warta Kota, ketika dihubungi.
Kepala Bidang Kesejahteraan Sosial Dinas Sosial Kabupaten Bogor, Lenny Rachmawati juga belum punya
solusi jitu untuk itu. "Kami masih terus mendatanya," kata Lenny ketika ditemui di ruang kerjanya.
Lenny mengaku baru akan bertindak setelah menerima data itu. Dia meminta Pekerja Sosial Masyarakat
Kecamatan Cisarua untuk mendatanya.
Namun Pekerja Sosial Masyarakat Kecamatan Cisarua, Hasan Bandoeng juga belum memiliki data itu. Dia
sekaligus Koordinator Paguyuban Masyarakat Cisarua. Hasan mengaku belum pernah benar-benar mendata
soal anak campuran ini.
"Saya hanya menemuinya secara tidak sengaja saat mendata soal jumlah imigran di Kecamatan Cisarua
pada Agustus -September 2013 lalu," ujarnya. (Warta Kota)
0
3.4K
17


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan