- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kisah Inspiratif "MUALAF"...


TS
kecoalabil
Kisah Inspiratif "MUALAF"...

Quote:
TERIMA KASIH UDAH DATENG DI THREAD ANE GAN
Quote:
SEMOGA DAPAT MEMBERIKAN INFORMASI YANG BERMANFAAT
Quote:
CHECK THIS OUT
Quote:
Spoiler for Liburan 'Hidayah' Bawa Wanita Australia Ini Peluk Islam:

Bagi Aisha, perjalanannya menuju Islam masih belum tuntas. Meski telah menjadi mualaf, wanita kelahiran Melbourne, Australia ini merasa belum lengkap karena masih takut memakai hijab di tengah keluarga dan komunitasnya.
Aisha adalah tipe orang yang selalu ingin tahu segala hal. Setelah lulus kuliah, perempuan penyuka filosofi dan ilmu alam ini pergi berlibur ke Nepal dan India. Di sinilah dia mulai melihat bahwa manusia itu sama.
Saat kembali dari berlibur, Aisha ingin mengabdikan diri dalam dunia sosial. Maka dia mendaftar di pelatihan pekerja sosial.
Setelah lulus, dia mulai bekerja di berbagai komunitas yang berbeda. Aisha bekerja dengan orang-orang yang terpinggirkan secara sosial, orang-orang cacat dan yang berisiko terjerumus dalam kriminalitas.
Kemudian, Aisha mulai bekerja dengan komunitas Arab di Melbourne dan memiliki banyak teman muslim. Namun mereka tidak pernah menyinggung soal agama Islam.
Aisha adalah tipe orang yang selalu ingin tahu segala hal. Setelah lulus kuliah, perempuan penyuka filosofi dan ilmu alam ini pergi berlibur ke Nepal dan India. Di sinilah dia mulai melihat bahwa manusia itu sama.
Saat kembali dari berlibur, Aisha ingin mengabdikan diri dalam dunia sosial. Maka dia mendaftar di pelatihan pekerja sosial.
Setelah lulus, dia mulai bekerja di berbagai komunitas yang berbeda. Aisha bekerja dengan orang-orang yang terpinggirkan secara sosial, orang-orang cacat dan yang berisiko terjerumus dalam kriminalitas.
Kemudian, Aisha mulai bekerja dengan komunitas Arab di Melbourne dan memiliki banyak teman muslim. Namun mereka tidak pernah menyinggung soal agama Islam.
Quote:
Spoiler for Suara Adzan Ketuk Hati Hernandez Jadi Mualaf:

Selama bertahun-tahun, Aaminah tidak merasa bahagia. Ia dilecehkan, dianiaya dan hidup dalam lingkungan yang keras. Ia pun mengonsumsi narkoba, dan berpesta minuman keras.
Ada satu waktu yang membuat terkejut, adiknya yang dahulu terlibat narkoba dan telah bebas dari penjara telah menjadi pribadi yang berubah.
Adiknya lalu memberitahu Aaminah, bahwa ia kini menjadi seorang muslim. Padahal adiknya itu sebelumnya telah didiagnosis mengidap Skizofrenia, termasuk halusinasi dan depresi akut.
Namun Aaminah melihat sejak dia memeluk Islam, adiknya itu sudah tidak menunjukkan gejala dan tidak membutuhkan pengobatan lagi.
Adiknya itu kemudian menceritakan tentang pengalaman hidupnya sebagai seorang muslim kepada Aaminah. Adik Aaminah juga mengenalkan istrinya yang memakai hijab.
Awalnya, Aaminah merasa risih dengan adik iparnya itu. Namun adik iparnya itu ternyata bersikap lembut dan bahkan bersedia menjaga anak Aaminah selagi dia bekerja.
Aaminah sangat terharu melihat sikap keluarga adiknya itu. Apalagi adik iparnya itu sering berbagi tentang Islam. Dia mulai mengerti busana muslim dan hijab bukan bentuk penindasan terhadap kaum wanita. Tapi sebagai cara Allah menghormati dan menjaga martabat wanita.
Selama tinggal di rumah adiknya, Aaminah kerap mendengar adzan. "Inilah yang membuat saya yakin untuk menjadi muslim," kata dia.
Sebagai mualaf, Aaminah perlu beradaptasi dengan identitas barunya. Beruntung, ia banyak dibantu oleh adiknya. Diajari, wudhu, salat dan zikir.
Ada satu waktu yang membuat terkejut, adiknya yang dahulu terlibat narkoba dan telah bebas dari penjara telah menjadi pribadi yang berubah.
Adiknya lalu memberitahu Aaminah, bahwa ia kini menjadi seorang muslim. Padahal adiknya itu sebelumnya telah didiagnosis mengidap Skizofrenia, termasuk halusinasi dan depresi akut.
Namun Aaminah melihat sejak dia memeluk Islam, adiknya itu sudah tidak menunjukkan gejala dan tidak membutuhkan pengobatan lagi.
Adiknya itu kemudian menceritakan tentang pengalaman hidupnya sebagai seorang muslim kepada Aaminah. Adik Aaminah juga mengenalkan istrinya yang memakai hijab.
Awalnya, Aaminah merasa risih dengan adik iparnya itu. Namun adik iparnya itu ternyata bersikap lembut dan bahkan bersedia menjaga anak Aaminah selagi dia bekerja.
Aaminah sangat terharu melihat sikap keluarga adiknya itu. Apalagi adik iparnya itu sering berbagi tentang Islam. Dia mulai mengerti busana muslim dan hijab bukan bentuk penindasan terhadap kaum wanita. Tapi sebagai cara Allah menghormati dan menjaga martabat wanita.
Selama tinggal di rumah adiknya, Aaminah kerap mendengar adzan. "Inilah yang membuat saya yakin untuk menjadi muslim," kata dia.
Sebagai mualaf, Aaminah perlu beradaptasi dengan identitas barunya. Beruntung, ia banyak dibantu oleh adiknya. Diajari, wudhu, salat dan zikir.
Quote:
Spoiler for Kagumi Hijab dan Quran, Wanita Amrik Ini Jadi Mualaf:

Suatu saat, Mary bertanya kepada Aminah, salah satu mahasiswi Malaysia, tentang agama Islam. Tidak ingin Mary mendapat informasi yang salah soal Islam, Aminah minta bantuan Mahmoud dari Oman. Mahmoud hanya bisa menjawab beberapa pertanyaan karena dia harus masuk kelas writing.
Hari berikutnya, Mahmoud membawa Saif dari Yaman dan mereka berdua bergantian menjawab segala pertanyaan tentang Islam dari Mary.
Selain kedua pemuda tersebut, Mary juga dikenalkan kepada Tariq, Khalid serta Yousif. Mereka akhirnya menjadi murid Mary di kelas writing.
Selama menjadi guru writing bagi pemuda-pemudi muslim itu, Mary melihat ikatan persaudaraan yang kuat di antara mereka. Mary akhirnya minta Saif sebuah buku tentang Islam untuk dibaca-baca.
Buku tentang status wanita dalam Islam yang diberikan Saif begitu menyentuh perasaan Mary. Dia jadi tahu bahwa Islam sangat menjunjung tinggi wanita.
Mary kemudian meminta Saif Alquran dan terjemahannya dalam bahasa Inggris. Dari kitab inilah, Mary mengakui bahwa dia sedang membaca kata-kata Tuhan. Saat Mary membaca Surat Al-Noor, hatinya begitu tersentuh. Meski hanya membaca terjemahannya, kebenaran Allah dan Alquran menjadi jelas bagi Mary.
Meskipun masih merasakan sakit kepala, Mary tetap berdoa kali ini dengan menyebut kata Allah. Setelah berdoa, Mary merasa mengantuk dan tertidur. Tapi saat bangun keesokan harinya, sakit di kepalanya mendadak hilang dan Mary sangat bersyukur. Tanggal 8 November 1994, Mary akhirnya memeluk Islam dengan bimbingan Saif.
Hari berikutnya, Mahmoud membawa Saif dari Yaman dan mereka berdua bergantian menjawab segala pertanyaan tentang Islam dari Mary.
Selain kedua pemuda tersebut, Mary juga dikenalkan kepada Tariq, Khalid serta Yousif. Mereka akhirnya menjadi murid Mary di kelas writing.
Selama menjadi guru writing bagi pemuda-pemudi muslim itu, Mary melihat ikatan persaudaraan yang kuat di antara mereka. Mary akhirnya minta Saif sebuah buku tentang Islam untuk dibaca-baca.
Buku tentang status wanita dalam Islam yang diberikan Saif begitu menyentuh perasaan Mary. Dia jadi tahu bahwa Islam sangat menjunjung tinggi wanita.
Mary kemudian meminta Saif Alquran dan terjemahannya dalam bahasa Inggris. Dari kitab inilah, Mary mengakui bahwa dia sedang membaca kata-kata Tuhan. Saat Mary membaca Surat Al-Noor, hatinya begitu tersentuh. Meski hanya membaca terjemahannya, kebenaran Allah dan Alquran menjadi jelas bagi Mary.
Meskipun masih merasakan sakit kepala, Mary tetap berdoa kali ini dengan menyebut kata Allah. Setelah berdoa, Mary merasa mengantuk dan tertidur. Tapi saat bangun keesokan harinya, sakit di kepalanya mendadak hilang dan Mary sangat bersyukur. Tanggal 8 November 1994, Mary akhirnya memeluk Islam dengan bimbingan Saif.
Quote:
Spoiler for Dari Mariyuana, Akhirnya Jatuh ke Pelukan Islam:

Sejak itu, Decero memeluk berbagai agama dan keyakinan. Dia bahkan menjadi pendeta dan biksu di Philadelphia. Dia kemudian hidup berpindah-pindah. Setelah di Philadelphia, dia habiskan tiga tahun di Minnesota. Kemudian dia belajar di Roma, Spanyol, Prancis, dan terakhir di Italia.
Jiwanya kembali terguncang ketika suatu hari dia bertemu seorang imam di sebuah masjid. Imam itu mempertanyakan keyakinan yang tengah dia jalani. Sang imam bertanya tentang Tuhan yang dia imani. Decero tak bisa menjawab pertanyaan itu.
Saat itulah dia mulai penasaran dengan agama Islam yang dianut oleh imam itu. “Saya pulang setelah pembicaraan itu. Saya melewatkan semalam penuh untuk berpikir. Saya mulai membaca Alquran dan membaca dua kali berturut-turut. Saya mulai membaca biografi Muhammad, dan hadis yang saya sukai,” tutur Decero.
Dia juga mulai mencari tahu cara umat muslim beribadah. Setelah empat bulan melakukan pencarian, dia akhirnya menyimpulkan bahwa Islam adalah agama yang benar.
“Jadi untuk pertama kalinya pada bulan November saya pergi ke sebuah masjid di Philadelphia dekat rumah ibu saya dan mengatakan kepada Imam saya ingin menjadi seorang muslim. Dia bertanya apa yang saya tahu tentang Islam dan saya berkata sedikit tahu,” kata dia.
“Ketika saya menjadi seorang muslim, saya meminta Allah untuk membantu saya belajar Islam lebih dari saya pernah mengenal agama saya yang dulu dan Islam telah mengubah saya menjadi orang yang benar-benar saya inginkan,”tambah Decero.
Jiwanya kembali terguncang ketika suatu hari dia bertemu seorang imam di sebuah masjid. Imam itu mempertanyakan keyakinan yang tengah dia jalani. Sang imam bertanya tentang Tuhan yang dia imani. Decero tak bisa menjawab pertanyaan itu.
Saat itulah dia mulai penasaran dengan agama Islam yang dianut oleh imam itu. “Saya pulang setelah pembicaraan itu. Saya melewatkan semalam penuh untuk berpikir. Saya mulai membaca Alquran dan membaca dua kali berturut-turut. Saya mulai membaca biografi Muhammad, dan hadis yang saya sukai,” tutur Decero.
Dia juga mulai mencari tahu cara umat muslim beribadah. Setelah empat bulan melakukan pencarian, dia akhirnya menyimpulkan bahwa Islam adalah agama yang benar.
“Jadi untuk pertama kalinya pada bulan November saya pergi ke sebuah masjid di Philadelphia dekat rumah ibu saya dan mengatakan kepada Imam saya ingin menjadi seorang muslim. Dia bertanya apa yang saya tahu tentang Islam dan saya berkata sedikit tahu,” kata dia.
“Ketika saya menjadi seorang muslim, saya meminta Allah untuk membantu saya belajar Islam lebih dari saya pernah mengenal agama saya yang dulu dan Islam telah mengubah saya menjadi orang yang benar-benar saya inginkan,”tambah Decero.
Quote:
Spoiler for `Timah Panas` dari Irak Bikin Tentara AS Ini Jadi Mualaf:

Fares membaca Alquran. Dan ternyata semuanya menjadi masuk akal. Alquran memberinya jawaban secara langsung soal rutinitas.
Di Fallujah dan daerah lain di provinsi Al-Anbar, Fares sering bertemu dengan penduduk setempat. Fares sering menyaksikan kegiatan orang-orang Arab lainnya pada bulan Ramadan selama bertahun-tahun. "Aku telah menyaksikan bagaimana taatnya mereka kepada agama mereka."
Sayangnya Fares tertembak di Irak dan kehilangan ginjalnya. Saat kembali ke AS, Fares merasa tertekan. Dia merasa seperti tidak punya tujuan hidup yang bisa diikuti.
Namun kakek dan neneknya menganjurkan Fares belajar agama Islam, termasuk bibinya. Begitu juga dengan gadis yang ditemuinya di Kuwait menyarankan Fares untuk mempelajari Islam.
Selama Agustus 2008, Fares membaca Alquran. Dan ternyata semuanya menjadi masuk akal. Alquran memberinya jawaban secara langsung soal rutinitas.
Akhirnya Fares memutuskan kembali ke Islam. Kini dia punya alasan untuk hidup dan Islam membuat hidupnya jauh lebih baik.
Timah Panas dari Irak Bikin Tentara AS Ini Jadi Mualaf
Bahkan Fares merasa terinspirasi oleh seorang seorang wanita muslim dari Palestina untuk menjadi seorang muslim yang lebih baik. Kakek dan nenek Fares merasa bersyukur dan senang mendengar cucunya telah kembali ke Islam.
Tahun 2010, Fares bertemu dengan bulan Ramadaan keduanya. Sayangnya, dia tidak bisa ikut puasa karena menderita diabetes.
Tapi Fares menggantinya dengan menyumbangkan makanan, uang, dan waktu untuk orang yang membutuhkan selama tiga puluh hari.
Bagi Fares, Ramadan menjadi pengingat bagaimana menjadi seorang muslim yang baik. Ia berupaya agar setiap hari dalam kehidupannya seperti Ramadan.
"Aku memilih Islam karena itu adalah bagian dari siapa diriku. Aku sudah dikembalikan ke apa yang leluhurku telah yakini. Alquran telah membuatku menemukan jati diriku yang sebenarnya," ujarnya.
"Alquran hanyalah sebuah alat dan panduan yang harus kita gunakan untuk menjalani jalur yang benar. Alquran mendorong perdamaian, cinta, dan kepercayaan yang kuat kepada Allah."
Di Fallujah dan daerah lain di provinsi Al-Anbar, Fares sering bertemu dengan penduduk setempat. Fares sering menyaksikan kegiatan orang-orang Arab lainnya pada bulan Ramadan selama bertahun-tahun. "Aku telah menyaksikan bagaimana taatnya mereka kepada agama mereka."
Sayangnya Fares tertembak di Irak dan kehilangan ginjalnya. Saat kembali ke AS, Fares merasa tertekan. Dia merasa seperti tidak punya tujuan hidup yang bisa diikuti.
Namun kakek dan neneknya menganjurkan Fares belajar agama Islam, termasuk bibinya. Begitu juga dengan gadis yang ditemuinya di Kuwait menyarankan Fares untuk mempelajari Islam.
Selama Agustus 2008, Fares membaca Alquran. Dan ternyata semuanya menjadi masuk akal. Alquran memberinya jawaban secara langsung soal rutinitas.
Akhirnya Fares memutuskan kembali ke Islam. Kini dia punya alasan untuk hidup dan Islam membuat hidupnya jauh lebih baik.
Timah Panas dari Irak Bikin Tentara AS Ini Jadi Mualaf
Bahkan Fares merasa terinspirasi oleh seorang seorang wanita muslim dari Palestina untuk menjadi seorang muslim yang lebih baik. Kakek dan nenek Fares merasa bersyukur dan senang mendengar cucunya telah kembali ke Islam.
Tahun 2010, Fares bertemu dengan bulan Ramadaan keduanya. Sayangnya, dia tidak bisa ikut puasa karena menderita diabetes.
Tapi Fares menggantinya dengan menyumbangkan makanan, uang, dan waktu untuk orang yang membutuhkan selama tiga puluh hari.
Bagi Fares, Ramadan menjadi pengingat bagaimana menjadi seorang muslim yang baik. Ia berupaya agar setiap hari dalam kehidupannya seperti Ramadan.
"Aku memilih Islam karena itu adalah bagian dari siapa diriku. Aku sudah dikembalikan ke apa yang leluhurku telah yakini. Alquran telah membuatku menemukan jati diriku yang sebenarnya," ujarnya.
"Alquran hanyalah sebuah alat dan panduan yang harus kita gunakan untuk menjalani jalur yang benar. Alquran mendorong perdamaian, cinta, dan kepercayaan yang kuat kepada Allah."
Quote:
Spoiler for Pemuda AS Ini Temukan Kebenaran Islam Saat Sambangi Masjid:

Kebetulan kantor Jason satu deret dengan sebuah masjid. Dia pun berpikir inilah saatnya mempelajari Islam untuk program hubungan antarkeyakinannya.
Dream - Jason Cruz memeluk Islam sejak 2006 lalu. Perkenalannya dengan Islam diawali saat dia pindah ke Arizona. Sejak usia 15 tahun, Jason sudah mengenal kehidupan malam di New York.
Setelah lulus sekolah menengah atas, Jason kemudian kuliah meski akhirnya drop out. Kehidupannya semakin kacau setelah keluarganya memutuskan pindah ke Arizona.
Jason merasa jatuh dalam lingkungan yang lebih buruk saat keluarganya masih di New York. Gaya hidupnya yang buruk terus berlanjut hingga akhirnya dia merasa trauma. Teman-temannya banyak yang meninggal karena narkoba dan dia sendiri menjadi korban penusukan.
Jason terkenang tentang saat itu bahwa di mana dan bagaimana pun manusia, jika Allah sudah berkehendak maka hidayah-Nya akan datang. Beberapa tahun kemudian, Jason akhirnya bebas dari narkoba. Jason merasa proses pembebasan ia dari narkoba adalah proses membangun hubungan dengan 'kekuatan yang lebih besar'.
Pencariannya terhadap kekuatan Tuhan mulai berjalan. Namun untuk beberapa waktu proses tersebut tidak membuahkan hasil. Meski begitu, dia merasa bersyukur bisa menjauh dari narkoba selama proses pencariannya itu dan dia menganggap itu sebagai ‘cubitan’ dari Allah.
Jason akhirnya mendapat tawaran belajar di sekolah untuk program hubungan antarkeyakinan. Tugas pertamanya adalah mengunjungi area Phoenix Metro dan mempelajari perbedaan keyakinan di sana.
Kebetulan kantor Jason satu deret dengan sebuah masjid. Dia pun berpikir inilah saatnya mempelajari Islam untuk program hubungan antarkeyakinannya. Dia kemudian pergi ke Masjid Tempe, Arizona, dan bertemu dengan beberapa imam.
Jason juga sudah mulai belajar Islam secara mandiri untuk program antarkeyakinannya. Tak disangka, ia merasa tersentuh dengan apa yang dipelajarinya. Sekali lagi pergi ke masjid, ia bertemu dengan imam bernama Ahmad Al Akoum.
Direktur Muslim American Society itu kebetulan sedang membuka kelas pengenalan Islam bagi siapa pun yang ingin mempelajarinya. Selama menghadiri kelas tersebut, Jason mulai melihat kebenaran Islam.
Tak lama kemudian, dengan hidayah Allah, Jason akhirnya menyatakan syahadat di Masjid Tempe dengan didampingi dua orang saksi. Sejak menjadi mualaf, kehidupan Jason berubah drastis. Ia sering ambil bagian dalam berbagai kegiatan sosial dan pengajian.
Hasilnya, Jason bisa menjadi manajer sebuah program pencegahan penyalahgunaan alkohol dan narkoba serta HIV. Jason juga berharap, dengan dukungan Allah, dia bisa pergi ke Tanah Suci untuk mendalami Islam dengan belajar Fiqh agar bisa berguna bagi umat.
Dream - Jason Cruz memeluk Islam sejak 2006 lalu. Perkenalannya dengan Islam diawali saat dia pindah ke Arizona. Sejak usia 15 tahun, Jason sudah mengenal kehidupan malam di New York.
Setelah lulus sekolah menengah atas, Jason kemudian kuliah meski akhirnya drop out. Kehidupannya semakin kacau setelah keluarganya memutuskan pindah ke Arizona.
Jason merasa jatuh dalam lingkungan yang lebih buruk saat keluarganya masih di New York. Gaya hidupnya yang buruk terus berlanjut hingga akhirnya dia merasa trauma. Teman-temannya banyak yang meninggal karena narkoba dan dia sendiri menjadi korban penusukan.
Jason terkenang tentang saat itu bahwa di mana dan bagaimana pun manusia, jika Allah sudah berkehendak maka hidayah-Nya akan datang. Beberapa tahun kemudian, Jason akhirnya bebas dari narkoba. Jason merasa proses pembebasan ia dari narkoba adalah proses membangun hubungan dengan 'kekuatan yang lebih besar'.
Pencariannya terhadap kekuatan Tuhan mulai berjalan. Namun untuk beberapa waktu proses tersebut tidak membuahkan hasil. Meski begitu, dia merasa bersyukur bisa menjauh dari narkoba selama proses pencariannya itu dan dia menganggap itu sebagai ‘cubitan’ dari Allah.
Jason akhirnya mendapat tawaran belajar di sekolah untuk program hubungan antarkeyakinan. Tugas pertamanya adalah mengunjungi area Phoenix Metro dan mempelajari perbedaan keyakinan di sana.
Kebetulan kantor Jason satu deret dengan sebuah masjid. Dia pun berpikir inilah saatnya mempelajari Islam untuk program hubungan antarkeyakinannya. Dia kemudian pergi ke Masjid Tempe, Arizona, dan bertemu dengan beberapa imam.
Jason juga sudah mulai belajar Islam secara mandiri untuk program antarkeyakinannya. Tak disangka, ia merasa tersentuh dengan apa yang dipelajarinya. Sekali lagi pergi ke masjid, ia bertemu dengan imam bernama Ahmad Al Akoum.
Direktur Muslim American Society itu kebetulan sedang membuka kelas pengenalan Islam bagi siapa pun yang ingin mempelajarinya. Selama menghadiri kelas tersebut, Jason mulai melihat kebenaran Islam.
Tak lama kemudian, dengan hidayah Allah, Jason akhirnya menyatakan syahadat di Masjid Tempe dengan didampingi dua orang saksi. Sejak menjadi mualaf, kehidupan Jason berubah drastis. Ia sering ambil bagian dalam berbagai kegiatan sosial dan pengajian.
Hasilnya, Jason bisa menjadi manajer sebuah program pencegahan penyalahgunaan alkohol dan narkoba serta HIV. Jason juga berharap, dengan dukungan Allah, dia bisa pergi ke Tanah Suci untuk mendalami Islam dengan belajar Fiqh agar bisa berguna bagi umat.
Quote:
Semoga memberikan inspiratif bagi kita semua
Quote:
Thanks kaskus 


sumur
Diubah oleh kecoalabil 05-11-2014 10:08
0
2.7K
Kutip
14
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan