- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Parasit yang terkandung dalam daging babi


TS
harbob
Parasit yang terkandung dalam daging babi


Spoiler for Sebelumnya:
maaf kalau repost, just share 


Quote:
Babi adalah hewan yang sangat kotor karena biasanya mereka memakan segala sesuatu yang diberikan kepadanya dari mulai bangkai, kotorannya sendiri sampai kotoran manusia. Secara psikis babi memiliki tabiat yang malas, tidak menyukai matahari, sangat suka makan dan tidur, memiliki sifat tamak, dan tidak memiliki kehendak dan daya juang, bahkan untuk membela diri sekalipun.
Secara fisik babi banyak menyimpan bibit penyakit. Babi dianggap hewan yang sama sekali tidak layak untuk dikonsumsi. Oleh karena itu ALLAH SWT melarang umat Islam untuk mengkonsumsi Babi. Umat Islam diharamkan untuk makan daging babi.
Secara fisik babi banyak menyimpan bibit penyakit. Babi dianggap hewan yang sama sekali tidak layak untuk dikonsumsi. Oleh karena itu ALLAH SWT melarang umat Islam untuk mengkonsumsi Babi. Umat Islam diharamkan untuk makan daging babi.
Di antara parasit-parasit itu adalah sebagai berikut:
Quote:
Spoiler for Cacing Taenia Solium:

Quote:
Spoiler for Cacing Trichinella Spiralis:

Quote:
Spoiler for Cacing Schistosoma Japonicus:

Quote:
Spoiler for Fasciolopsis Buski:

Quote:
Spoiler for Cacing Ascaris:

Quote:
Spoiler for Cacing Ankylostoma:

Quote:
Spoiler for Cacing Clonorchis Sinensis:

Quote:
Spoiler for Cacing Paragonimus:

Quote:
Spoiler for Swine Erysipelas:

Quote:
Sedang kuman-kuman yang ada pada babi dapat menyebabkan berbagai penyakit, diantaranya adalah TBC, Cacar (Small pox), gatal-gatal (scabies), dan Kuman Rusiformas N. Dalam berbagai argumentasi, sebagian orang berpendapat jika peralatan modern sudah jauh lebih maju dan bisa menanggulangi cacing-cacing ini sehingga tidak berbahaya lagi, karena panas tinggi yang dihasilkan oleh alat tersebut. Namun pengetahuan ini masih memerlukan kajian yang lebih mendalam. Sampai sekarang belum ada seorang ahli pun yang bisa memastikan dengan benar berapa derajat panas yang digunakan sebagai ukuran baku untuk membunuh cacing-cacing ini.
Padahal menurut teori, memasak daging yang benar adalah tidak terlalu cepat namun juga tidak terlalu lama. Karena jika terlalu cepat dikhawatirkan parasit-parasit yang terdapat dalam daging tidak sempat mati sementara kalau terlalu lama semua kandungan gizi daging akan hilang dan hanya menyisakan toxic (racun).
Padahal menurut teori, memasak daging yang benar adalah tidak terlalu cepat namun juga tidak terlalu lama. Karena jika terlalu cepat dikhawatirkan parasit-parasit yang terdapat dalam daging tidak sempat mati sementara kalau terlalu lama semua kandungan gizi daging akan hilang dan hanya menyisakan toxic (racun).
Kalau sudah demikian siapa yang berani menjamin kalau daging babi cukup aman untuk dikonsumsi?


Spoiler for tambahan dari agan2:
Quote:
Original Posted By harimau.putih► Hari raya kurban sudah lewat beberapa waktu yang lalu. Saat ini sepertinya masih bersinggungan tak jauh seputar daging sapi yang melonjak naik tak terkendali. Mencoba mencari benang merah idul qurban dengan daging sapi, bukan harganya yang setengah mati, namun cacing hati. Cacing hati yang kadang heboh saat hari raya kurban, sebenarnya tak jauh dengan hari-hari ini, toh yang disembelih juga sapi.
Berbicara cacing hati, yang terlintas adalah ketakutan tanpa mengerti kenapa takut. Paranoid akibat pemberitaan yang kadang ngawur dan bukan porsinya berbicara acapkali menimbulkan kegemparan tanpa tahu seluk dan beluknya bagaimana. Cacing hati bukanlah seseram dalam pemberitaan dan juga bukan perkara yang harus disepelekan, namun jika memahami tentu kita akan bijak bagaimana harus berbuat dan menyatakan pendapat.
Cacing hati, di bangku SD dan SMP pasti sudah dikenalkan yakni dengan nama Fasciola hepatica. Dari awalnya saja sudah salah, sebab cacing hati yang persebarannya di Asia dan Afrika adalah Fasciola gigantica, sedangkan yang F. hepatica ada di Eropa. Kemungkinan penyebutan Fasciola hepatica, kita masih mengacu informasi dari barat. Tidak menutup kemungkinan juga Fasciola hepatica juga hadir di Indonesia, karena ada sapi-sapi impor yang siap menyuplai sapi cacingan.
Permasalahan kedua adalah tak dicermatinya siklus cacing hati, yakni bagamana dari telur hingga cacing dewasa. Secara sederhana dapat digambarkan, telur cacing keluar dari kotoran sapi. Telur-telur tersebut kemudian menetas dalam air menjadi mirasidium. Mirasidium tersebut masuk dalam tubuh siput air lalu keluar menjadi serkaria yakni mirip larva. Serkaria ini kemudian masuk dalam perairan dan menempel pada tanaman air baru masuk ke tubuh sapi saat sapi memakan tanaman tersebut. Dalam tubuh sapi metaserkaria ini menjadi cacing dan tinggal di pembuluh empedu di hati.
Jika melihat siklus tersebut, dimana kemungkinan manusia tertular cacing hati?. Mungkin mereka yang suka lalapan dari tanaman air atau makan siput mentah-mentah. Tidak mungkin juga manusia makan kotoran sapi. Andaikata manusia makan lalapan dari tanaman air yang ada metaserkaria, atau makan siput yang ada seradium atau kotoran sapi tentu saja calon jabang bayi dari cacing ini akan hancur oleh enzim pecernaan manusia yang asamnya bukan main, sebut saja asam lambung atau HCL. Manusia dibekali enzim-enzim pencernaan yang ampuh untuk menangkal makhluk-makhluk asing didalam tubuh kita. Ini hanyalah bayang-bayang yang asal menerawang dari setiap kemungkinan yang ada.
Yang paling memungkinkan adalah manusia makan hati sapi yang fascioloasis alias sapi cacingan cacing hati. Pertanyaan sekarang, apa ya ada manusia makan mentah-mentah daging sapi, kan tidak ada. Apakah hati sapi yang terdapat cacing hati jika dimasak cacingnya tidak mati. Apalagi masak hati sapi tak hanya direbus, digoreng, bahkan dikasih bumbu-bumbu terlebih cabai yang cacing tidak tahan pedes. Ini hanyalah asumsi belaka, sebab hingga saat ini jarang ada laporan manusia terinfeksi cacing hati.
Tidak menutup kemungkinan semua model perpindahan cacing hati ke pada manusia itu terjadi. Dengan pemahaman yang benar setidaknya mengurangi efek panik dan ngeri saat mendengar kasus ada sapi cacingan cacing hati. Hati-hati makan tanaman air, tidak mungkin kan makan Eceng Gondok, Genjer, dan Kangkung mentah-mentah, jikapun terpaksa cuci yang bersih dan pastikan aman. Berhati-hati bukan berarti takut, namun bijak menghadapi ancaman untuk mencari solusi dengan ilmu pengetahuan dan pengalaman.

Berbicara cacing hati, yang terlintas adalah ketakutan tanpa mengerti kenapa takut. Paranoid akibat pemberitaan yang kadang ngawur dan bukan porsinya berbicara acapkali menimbulkan kegemparan tanpa tahu seluk dan beluknya bagaimana. Cacing hati bukanlah seseram dalam pemberitaan dan juga bukan perkara yang harus disepelekan, namun jika memahami tentu kita akan bijak bagaimana harus berbuat dan menyatakan pendapat.
Cacing hati, di bangku SD dan SMP pasti sudah dikenalkan yakni dengan nama Fasciola hepatica. Dari awalnya saja sudah salah, sebab cacing hati yang persebarannya di Asia dan Afrika adalah Fasciola gigantica, sedangkan yang F. hepatica ada di Eropa. Kemungkinan penyebutan Fasciola hepatica, kita masih mengacu informasi dari barat. Tidak menutup kemungkinan juga Fasciola hepatica juga hadir di Indonesia, karena ada sapi-sapi impor yang siap menyuplai sapi cacingan.
Permasalahan kedua adalah tak dicermatinya siklus cacing hati, yakni bagamana dari telur hingga cacing dewasa. Secara sederhana dapat digambarkan, telur cacing keluar dari kotoran sapi. Telur-telur tersebut kemudian menetas dalam air menjadi mirasidium. Mirasidium tersebut masuk dalam tubuh siput air lalu keluar menjadi serkaria yakni mirip larva. Serkaria ini kemudian masuk dalam perairan dan menempel pada tanaman air baru masuk ke tubuh sapi saat sapi memakan tanaman tersebut. Dalam tubuh sapi metaserkaria ini menjadi cacing dan tinggal di pembuluh empedu di hati.
Jika melihat siklus tersebut, dimana kemungkinan manusia tertular cacing hati?. Mungkin mereka yang suka lalapan dari tanaman air atau makan siput mentah-mentah. Tidak mungkin juga manusia makan kotoran sapi. Andaikata manusia makan lalapan dari tanaman air yang ada metaserkaria, atau makan siput yang ada seradium atau kotoran sapi tentu saja calon jabang bayi dari cacing ini akan hancur oleh enzim pecernaan manusia yang asamnya bukan main, sebut saja asam lambung atau HCL. Manusia dibekali enzim-enzim pencernaan yang ampuh untuk menangkal makhluk-makhluk asing didalam tubuh kita. Ini hanyalah bayang-bayang yang asal menerawang dari setiap kemungkinan yang ada.
Yang paling memungkinkan adalah manusia makan hati sapi yang fascioloasis alias sapi cacingan cacing hati. Pertanyaan sekarang, apa ya ada manusia makan mentah-mentah daging sapi, kan tidak ada. Apakah hati sapi yang terdapat cacing hati jika dimasak cacingnya tidak mati. Apalagi masak hati sapi tak hanya direbus, digoreng, bahkan dikasih bumbu-bumbu terlebih cabai yang cacing tidak tahan pedes. Ini hanyalah asumsi belaka, sebab hingga saat ini jarang ada laporan manusia terinfeksi cacing hati.
Tidak menutup kemungkinan semua model perpindahan cacing hati ke pada manusia itu terjadi. Dengan pemahaman yang benar setidaknya mengurangi efek panik dan ngeri saat mendengar kasus ada sapi cacingan cacing hati. Hati-hati makan tanaman air, tidak mungkin kan makan Eceng Gondok, Genjer, dan Kangkung mentah-mentah, jikapun terpaksa cuci yang bersih dan pastikan aman. Berhati-hati bukan berarti takut, namun bijak menghadapi ancaman untuk mencari solusi dengan ilmu pengetahuan dan pengalaman.

TS berharap



SUMBER
Diubah oleh harbob 07-10-2014 04:08
0
9.5K
Kutip
32
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan