- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
[Menteri Ajaib] 5 Kesaksian Tentang Ajaibnya Bu Susi Pudjiastuti.


TS
Hendrakert
[Menteri Ajaib] 5 Kesaksian Tentang Ajaibnya Bu Susi Pudjiastuti.
5 Kesaksian Tentang Ajaibnya Bu Susi Pudjiastuti.
![[Menteri Ajaib] 5 Kesaksian Tentang Ajaibnya Bu Susi Pudjiastuti.](https://dl.kaskus.id/www.fiskal.co.id/img/news/1414480618bu_susi.jpg)
“Jangan pernah membayangkan bahwa kebahagiaan saya karena saya memiliki puluhan pesawat. Bukan. Kebahagiaan saya adalah ketika saya bisa memberikan kebahagiaan bagi orang lain,” ujar Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan kita yang baru pada kabinet Indonesia Kerja.
Sebagaimana kisah orang sukses lainnya, ada rasa gatal untuk memindahkan kesuksesan dirinya pada orang lain, sifat filantropis itu umum pada sebagian orang yang hidupnya terangkat juga bersama sama dengan keringat orang lain.
Susi sampai saat ini memiliki ribuan pegawai, yang barangkali tepatnya disebut rekanan, karena tidak jarang dirinya pun bagai seorang kawanan di tengah kawanan lain, dan bukan seorang yang menonjol dan tampak bosy seperti yang lain.
Ada beberapa testimonial tentang diri Susi, yang boleh jadi suatu keajaiban dunia tersendiri, hal yang unik, dan hanya Susi yang bisa.
1. Memandikan Orang Gila di Jalanan, Memberinya Pakaian
Tidak ada alasan khusus, murni solidaritas. Inilah kegiatan Susi pada saat ia remaja, gampang terenyuh, melankolis, sehingga orang gila pun dia beri pakaian, dimandikan, dan dilepas lagi. "Padahal sama istrinya sendiri nggak mau diobatin. Ha ha ha.. makanya saya ini selalu dianggap orang gila,” Tukasnya.
2. Mengajak Terbang Nenek-nenek dan Ibu ibu kampungnya
Berbagi apa yang sebelumnya tidak mungkin. Terbang adalah previlese suatu kelas sosial yang mampu membeli tiketnya, dekat dengan Susi Anda tidak perlu kelas kelas macam itu. Dia terbangkan ibu ibu di kampungnya. "Melihat matanya berbinar-binar, itu sebuah keajaiban yang tak bisa diungkapkan dalam kata-kata,” jelas Susi.
3. Menjadi Karyawan dari Usahanya Sendiri
Sebagaimana pengakuan Dahlan Iskan, "Semula saya pikir dia karyawan biasa. Dia bertindak seperti petugas ground dan ketika ikut terbang di psesawat itu dia yang melayani penumpang." Susi memang melakukan segalanya sendiri, bersih bersih pesawat, belajar mekanik, bahkan belajar caranya terbang dengan helikopter.
4. 40 Tukang Ojek untuk jadi Runway Lampu Bandara
Sebagaimana yang dikisahkan Gunawan Wicaksono, Susi apabila kemalaman pulang, bukankah kesulitan mendarat di Pangandaran yang tidak ada lampunya. Apa jawaban Susi "Hehehe.. ini saya lagi nelpon koordinator tukang ojek, biar dia yang ngumpulin 40 tukang ojek biar nyorotin lampu motornya di pinggir runway, biar garisnya kelihatan."
5. Habis habisan di Aceh
Susi pun menjadi sosok yang habis habisan saat bencana Tsunami Aceh melanda 2004. Setiap bertemu dengan para pengungsi dan orang orang terlantar di jalan, ia selalu memberi mereka uang, tanpa melihat lagi besarannya.
Catatan catatan tersebut memang akan bertambah panjang, mengingat sisi nyentrik seseorang menjadikan hidupnya memiliki ribuan makna yang bisa diceritakan pada orang lain. Inilah menteri Kelautan dan Perikanan Anda. Seandainya dia gagal dalam tugas, bukan berarti dia gagal sebagai sosok.***Fy (sumber RustikaHerlambang.com, DahlanIskan.Wordpress)
Gentong....
Susi: Ini Bencana, Saya Tak Bisa Buka Harga...
![[Menteri Ajaib] 5 Kesaksian Tentang Ajaibnya Bu Susi Pudjiastuti.](https://dl.kaskus.id/assets.kompas.com/data/photo/2013/12/26/1111067tsunami-aceh780x390.jpg)
BANDUNG, KOMPAS.com — Minggu pagi, 26 Desember 2004, Indonesia dikejutkan bencana tsunami yang melanda beberapa negara, di antaranya Aceh. Masyarakat yang memiliki saudara atau kerabat di Aceh menangis. Mereka panik dan mencoba menghubungi sanak saudara di Aceh.
Namun, hasilnya? Tak tersambung. Saat itu, saluran telepon sulit diakses. Mereka makin panik dan memutuskan untuk terbang ke Aceh saat itu juga. Ribuan orang memesan tiket secara bersamaan. Bandara menjadi supersibuk. Suara tangisan dan kekhawatiran mengisi Bandara Soekarno-Hatta saat itu. Hanya ribuan doa yang bisa diucapkan untuk keselamatan sanak saudara saat itu.
Penerbangan dari Jakarta ke Medan terbilang lancar di hari itu. Namun, begitu sampai di Medan, tumpukan penumpang terjadi. Jadwal penerbangan ke Aceh yang sedikit membuat penumpang tak tertampung. Jutaan uang di tangan pun tak bisa ditukar dengan tiket pesawat saking antrenya penumpang.
Di antara orang yang mengantre untuk mendapatkan tiket adalah jurnalis. Mereka mencoba berkali-kali untuk mendapatkan tiket, tetapi nihil. Hingga akhirnya, salah satu jurnalis media nasional, Rieska Wulandari, bertemu sesama jurnalis asal Bandung. Lewat jurnalis senior itu, Rieska dipertemukan dengan Susi Pudjiastuti yang telah berhasil membawa pesawatnya ke lokasi yang tak dapat dijangkau.
Di dalam kantornya, Susi Pudjiastuti mempersilakan para jurnalis menggunakan pesawatnya hanya dengan memperlihatkan kartu pers. Rieska sempat bertanya, berapa biaya untuk carter pesawatnya. Susi hanya tertawa sambil berkata, “Ini sedang bencana, saya tidak bisa buka harga," ujar Susi.
Sesampainya di bandara, Susi hanya melambaikan tangan tanpa meminta sedikit pun uang atau memberitakan tentang kiprahnya. “Ia pribadi luar biasa. Hatinya tulus,” ungkap Rieska.
Rupanya bukan hanya jurnalis yang mendapat tumpangan gratis saat itu. Susi membuka lebar-lebar tangannya bagi siapa pun yang sangat membutuhkan tumpangan ke Aceh. Salah satunya, keluarga Riffan.
Riffan mengatakan, saat itu dia sedang bekerja di Aceh. Ketika tsunami menerjang, keluarga sulit menghubunginya. “Ayah akhirnya memutuskan untuk pergi ke Aceh. Awalnya ibu pengin ikut, tapi karena di berita pesawat susah dan harga tiket luar biasa mahal, akhirnya ayah pergi sendiri. Kami bukan keluarga berada, uang yang dimiliki ayah saat itu hanya cukup untuk beli satu tiket,” ucap Riffan.
Begitu sampai di Medan, ayah kebingungan. Ia sempat menelepon ibu untuk terus berdoa agar bisa sampai di Aceh dan membawa anak tunggalnya ini pulang. Setelah hampir seharian menunggu, ia juga dipertemukan dengan Susi.
“Alhamdulillah, ayah dipertemukan dengan Bu Susi hingga akhirnya bisa ke Aceh tanpa keluar uang sedikit pun. Malah Bu Susi memberi sedikit makanan kepada ayah,” kata dia. Gentong....
Tanpa bermaksud lebay memuji dan terlepas dari kontroversialnya pribadi beliau, sangat mengesankan perjuangan hidup dan kedermawanan Ibu Menteri satu ini......
![[Menteri Ajaib] 5 Kesaksian Tentang Ajaibnya Bu Susi Pudjiastuti.](https://dl.kaskus.id/www.fiskal.co.id/img/news/1414480618bu_susi.jpg)
Quote:
“Jangan pernah membayangkan bahwa kebahagiaan saya karena saya memiliki puluhan pesawat. Bukan. Kebahagiaan saya adalah ketika saya bisa memberikan kebahagiaan bagi orang lain,” ujar Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan kita yang baru pada kabinet Indonesia Kerja.
Sebagaimana kisah orang sukses lainnya, ada rasa gatal untuk memindahkan kesuksesan dirinya pada orang lain, sifat filantropis itu umum pada sebagian orang yang hidupnya terangkat juga bersama sama dengan keringat orang lain.
Susi sampai saat ini memiliki ribuan pegawai, yang barangkali tepatnya disebut rekanan, karena tidak jarang dirinya pun bagai seorang kawanan di tengah kawanan lain, dan bukan seorang yang menonjol dan tampak bosy seperti yang lain.
Ada beberapa testimonial tentang diri Susi, yang boleh jadi suatu keajaiban dunia tersendiri, hal yang unik, dan hanya Susi yang bisa.
1. Memandikan Orang Gila di Jalanan, Memberinya Pakaian
Tidak ada alasan khusus, murni solidaritas. Inilah kegiatan Susi pada saat ia remaja, gampang terenyuh, melankolis, sehingga orang gila pun dia beri pakaian, dimandikan, dan dilepas lagi. "Padahal sama istrinya sendiri nggak mau diobatin. Ha ha ha.. makanya saya ini selalu dianggap orang gila,” Tukasnya.
2. Mengajak Terbang Nenek-nenek dan Ibu ibu kampungnya
Berbagi apa yang sebelumnya tidak mungkin. Terbang adalah previlese suatu kelas sosial yang mampu membeli tiketnya, dekat dengan Susi Anda tidak perlu kelas kelas macam itu. Dia terbangkan ibu ibu di kampungnya. "Melihat matanya berbinar-binar, itu sebuah keajaiban yang tak bisa diungkapkan dalam kata-kata,” jelas Susi.
3. Menjadi Karyawan dari Usahanya Sendiri
Sebagaimana pengakuan Dahlan Iskan, "Semula saya pikir dia karyawan biasa. Dia bertindak seperti petugas ground dan ketika ikut terbang di psesawat itu dia yang melayani penumpang." Susi memang melakukan segalanya sendiri, bersih bersih pesawat, belajar mekanik, bahkan belajar caranya terbang dengan helikopter.
4. 40 Tukang Ojek untuk jadi Runway Lampu Bandara
Sebagaimana yang dikisahkan Gunawan Wicaksono, Susi apabila kemalaman pulang, bukankah kesulitan mendarat di Pangandaran yang tidak ada lampunya. Apa jawaban Susi "Hehehe.. ini saya lagi nelpon koordinator tukang ojek, biar dia yang ngumpulin 40 tukang ojek biar nyorotin lampu motornya di pinggir runway, biar garisnya kelihatan."
5. Habis habisan di Aceh
Susi pun menjadi sosok yang habis habisan saat bencana Tsunami Aceh melanda 2004. Setiap bertemu dengan para pengungsi dan orang orang terlantar di jalan, ia selalu memberi mereka uang, tanpa melihat lagi besarannya.
Catatan catatan tersebut memang akan bertambah panjang, mengingat sisi nyentrik seseorang menjadikan hidupnya memiliki ribuan makna yang bisa diceritakan pada orang lain. Inilah menteri Kelautan dan Perikanan Anda. Seandainya dia gagal dalam tugas, bukan berarti dia gagal sebagai sosok.***Fy (sumber RustikaHerlambang.com, DahlanIskan.Wordpress)
Gentong....
Quote:
Susi: Ini Bencana, Saya Tak Bisa Buka Harga...
![[Menteri Ajaib] 5 Kesaksian Tentang Ajaibnya Bu Susi Pudjiastuti.](https://dl.kaskus.id/assets.kompas.com/data/photo/2013/12/26/1111067tsunami-aceh780x390.jpg)
BANDUNG, KOMPAS.com — Minggu pagi, 26 Desember 2004, Indonesia dikejutkan bencana tsunami yang melanda beberapa negara, di antaranya Aceh. Masyarakat yang memiliki saudara atau kerabat di Aceh menangis. Mereka panik dan mencoba menghubungi sanak saudara di Aceh.
Namun, hasilnya? Tak tersambung. Saat itu, saluran telepon sulit diakses. Mereka makin panik dan memutuskan untuk terbang ke Aceh saat itu juga. Ribuan orang memesan tiket secara bersamaan. Bandara menjadi supersibuk. Suara tangisan dan kekhawatiran mengisi Bandara Soekarno-Hatta saat itu. Hanya ribuan doa yang bisa diucapkan untuk keselamatan sanak saudara saat itu.
Penerbangan dari Jakarta ke Medan terbilang lancar di hari itu. Namun, begitu sampai di Medan, tumpukan penumpang terjadi. Jadwal penerbangan ke Aceh yang sedikit membuat penumpang tak tertampung. Jutaan uang di tangan pun tak bisa ditukar dengan tiket pesawat saking antrenya penumpang.
Di antara orang yang mengantre untuk mendapatkan tiket adalah jurnalis. Mereka mencoba berkali-kali untuk mendapatkan tiket, tetapi nihil. Hingga akhirnya, salah satu jurnalis media nasional, Rieska Wulandari, bertemu sesama jurnalis asal Bandung. Lewat jurnalis senior itu, Rieska dipertemukan dengan Susi Pudjiastuti yang telah berhasil membawa pesawatnya ke lokasi yang tak dapat dijangkau.
Di dalam kantornya, Susi Pudjiastuti mempersilakan para jurnalis menggunakan pesawatnya hanya dengan memperlihatkan kartu pers. Rieska sempat bertanya, berapa biaya untuk carter pesawatnya. Susi hanya tertawa sambil berkata, “Ini sedang bencana, saya tidak bisa buka harga," ujar Susi.
Sesampainya di bandara, Susi hanya melambaikan tangan tanpa meminta sedikit pun uang atau memberitakan tentang kiprahnya. “Ia pribadi luar biasa. Hatinya tulus,” ungkap Rieska.
Rupanya bukan hanya jurnalis yang mendapat tumpangan gratis saat itu. Susi membuka lebar-lebar tangannya bagi siapa pun yang sangat membutuhkan tumpangan ke Aceh. Salah satunya, keluarga Riffan.
Riffan mengatakan, saat itu dia sedang bekerja di Aceh. Ketika tsunami menerjang, keluarga sulit menghubunginya. “Ayah akhirnya memutuskan untuk pergi ke Aceh. Awalnya ibu pengin ikut, tapi karena di berita pesawat susah dan harga tiket luar biasa mahal, akhirnya ayah pergi sendiri. Kami bukan keluarga berada, uang yang dimiliki ayah saat itu hanya cukup untuk beli satu tiket,” ucap Riffan.
Begitu sampai di Medan, ayah kebingungan. Ia sempat menelepon ibu untuk terus berdoa agar bisa sampai di Aceh dan membawa anak tunggalnya ini pulang. Setelah hampir seharian menunggu, ia juga dipertemukan dengan Susi.
“Alhamdulillah, ayah dipertemukan dengan Bu Susi hingga akhirnya bisa ke Aceh tanpa keluar uang sedikit pun. Malah Bu Susi memberi sedikit makanan kepada ayah,” kata dia. Gentong....
Tanpa bermaksud lebay memuji dan terlepas dari kontroversialnya pribadi beliau, sangat mengesankan perjuangan hidup dan kedermawanan Ibu Menteri satu ini......

Diubah oleh Hendrakert 30-10-2014 16:49
0
12.1K
Kutip
74
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan