- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Dukungan dan Penolakan terhadap Program Reklamasi Teluk Benoa Bali

TS
panjiedroid
Dukungan dan Penolakan terhadap Program Reklamasi Teluk Benoa Bali
Welcome To My Thread
Bismillah
Melalui thread ini ane hanya ingin share berita saja, bukan untuk menghasut atau memprovokasi pihak yang merasa diuntungkan dan dirugikan
Latar Belakang
Quote:
Teluk Benoa Bali di masa tahun 1970 saja berpredikat Hutan Raya (Tahura), artinya hutan itu masih bisa dimanfaatkan manusia seperti nelayan dan petani mangrove. Dulu sebelum tahun 1970 hutan Tahura berpredikat cagar alam. Selanjutnya kebijakan pemerintah sebagai hutan lindung berubah menjadi hutan raya, boleh dikunjungi manusia. Sekarang keluar Perpres No.51/2014 dirubah dalam rencana revitalisasi, menjadi zona peruntukkan yang menopang perkembangan destinasi wisata.
Benoa menjadi desinasi wisata diving

Rencana dan Tujuan Reklamasi
Quote:
Reklamasi Teluk Benoa menjadi bahan pembicaraan hangat di Bali. Ada pihak yang menolak dan banyak pula yang mendukung. Yang menolak menilai reklamasi akan merusak lingkungan, namun yang pro justeru menilai reklamasi justeru memperluas kawasan terbuka hijau dan menyelamatkan hutan mangrove.
Realitas pembangunan yang terus meningkat di kawasanTeluk Benoa, terutama sejak terbangunnya jalan tol, meronakan degradasi lingkungan hidup perairan Teluk Benoa. Hal ini menuntut adanya revitalisasi guna pemulihan dan peningkatan nilai ekologi, sosial budaya dan ekonomi kawasan.
Berikut inilah lima alasan urgensi revitalisasi Teluk Benoa menurut Prof. Dr. Ir. Dietrich Geoffrey Bengen DEA , yang menjabat sebagai Ketua Tim Ahli KKP (Kementrian Kelautan dan Perikanan) sekaligus Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB serta Ahli Pengelolaan Pesisir
① SEHATNYA HUTAN MANGROVE
Mempertahankan kesehatan dan kualitas hidup hutan mangrove sebagai ikon ruang terbuka hijau Teluk Benoa. Pendangkalan yang berlanjut dapat memusnahkan hutan mangrove akibat terhambatnya limpasan air laut yang sangat dibutuhkan oleh mangrove, dan terakumulasinya bahan pencemar dari daratan melalui aliran-aliran sungai yang tidak dapat digelontorkan keluar teluk.
② TERCEGAHNYA BANJIR
Pendalaman dan penambahan alur lintasan air (kedalaman sekurangnya – 2,0 meter) sangat diperlukan untuk mencegah banjir, terutama pada musim penghujan dan saat air laut pasang, serta mengencerkan dan menggelontorkan bahan pencemar yang masuk ke teluk sehingga dapat mempertahankan dan memperbaiki kualitas lingkungan hidup perairan teluk sebagai estuaria yang unik dengan keanekaragaman hayati yang tinggi.
③ BERTAMBAHNYA RUANG TERBUKA HIJAU
Sekitar 800 hektar dari seluas 1.400 hektar perairan Teluk Benoa yang optimal direvitalisasi, sekitar 40 persen (320 hektar) diperuntukkan bagi ruang terbuka hijau sehingga meningkatkan kealamiahan kualitas lingkungan hidup Teluk Benoa, dan selebihnya sekitar 480 hektar dirancang terbangun harmoni dengan mozaik alam dan sosial-budaya masyarakat Bali.
④ MENINGKATNYA AKTIVITAS SOSIAL BUDAYA DAN EKONOMI MASYARAKAT
Revitalisasi akan mempertahankan dan melindungi kehidupan sosial-budaya dan ekonomi masyarakat. Akses nelayan ke lokasi penangkapan akan dapat dilakukan setiap saat, membuka peluang berusaha bagi masyarakat dalam aktivitas wisata bahari yang cenderung semakin menyusut akibat degradasi lingkungan, melindungi masyarakat dari kemungkinan bencana alam.
⑤ TERPULIHKANNYA KAWASAN KONSERVASI PULAU PUDUT
Tidak dapat dipungkiri rona kawasan konservasi PulauPudut seluas sekitar 8 hektar pada awalnya dan kini hanya tersisa sekitar 1 hektar, berada dalam ancaman abrasi dan degradasi lingkungan yang sangat mengkhawatirkan, padahal kawasan ini memiliki nilai historis ekologi dan sosial-budaya yang tinggi. Revitalisasi berbasis konservasi urgen dilakukan agar dapat memulihkan dan meningkatkan nilai guna PulauPudut dan kawasan perairan sekitarnya seperti sediakala.
Dukungan Program Reklamasi Benoa
Quote:
Menurut Staf Pengajar Universitas Udayana Dr. Ir. IKT Sukada MSi

Beliau menilai revitalisasi kawasan Teluk Benoa lebih baik dan relevan dibandingkan konservasi, karena melakukan konservasi berarti mengembalikan Teluk Benoa ke masa lalu artinya semua fasilitas yang terbangun sekarang harus dimusnahkan.
“Itu suatu hal yang tidak mungkin. Untuk apa melakukan (pemusnahan) itu,” kata pakar yang juga tokoh masyarakat Tanjung Benoa itu.
Menurut Sukada, konservasi itu perlu tetapi pada zona hutan yang jauh dari pemukiman penduduk, tidak boleh dibangun fasilitas apapun, dan dilakukan pada wilayah cagar alam yang tidak disentuh manusia. Sedangkan Teluk Benoa tidak seperti itu.
Ia mengatakan Teluk Benoa di masa tahun 1970 saja berpredikat Hutan Raya (Tahura), artinya hutan itu masih bisa dimanfaatkan manusia seperti nelayan dan petani mangrove. Dulu sebelum tahun 1970 hutan Tahura berpredikat cagar alam. Selanjutnya kebijakan pemerintah sebagai hutan lindung berubah menjadi hutan raya, boleh dikunjungi manusia. Sekarang keluar Perpres No.51/2014 dirubah dalam rencana revitalisasi, menjadi zona peruntukkan yang menopang perkembangan destinasi wisata.
“Saya setuju karena hutan mangrove akan dipertahankan tetap lestari dan memberi keindahan yang berestetika bagi yang memandang serta memberikan peluang kesejahtraan bagi masyarakatnya,” kata Sukada lagi.
Ia kembali menegaskan pendapatnya bahwa Teluk Benoa sekarang ini lebih relevan direvitalisasi dibandingkan di konservasi.
“Pandangan ini jangan diartikan suatu pandangan gila duit yang pragmatis dan tidak sayang lingkungan,” tegasnya.
Berbeda pandang, introspeksi diri, kendali diri menghargai pendapat orang lain adalah dasar untuk kita mencari solusi demi kesejahtraan, keamanan dan kedamaian umat manusia.
“Sangat disayangkan jika seseorang yang pemahamannya kurang tentang arti konservasi, revitalisasi, reklamasi secara mendalam, keburu-buru menyimpulkan bahwa reklamasi itu akan menghancurkan negeri,” kata Sukada.
Keputusan Presiden mengeluarkan Perpres No.51 / 2014 yang cenderung menitik beratkan dilakukan revitalisasi di Teluk Benoa sudah melalui kajian yang sangat matang melalui empat perguruan tinggi negeri, yaitu IPB, UGM, UI dan Undana baik studi kelayakan maupun amdalnya.
Kajian ini, katanya, sudah tentu melaui kajian sudah komprehensif, holistik, integrated, ekologis, sustainable dan dilakukan secara kredibel. Selaku masyarakat yang tidak berkenan dengan keputusan ini hanya bisa memberi masukan secara opini bukanya memaksa secara awam tanpa melakukan studi kelayakan dan Amdal tandingan dengan menghadirkan para pakar lain yang memiliki visi yang berbeda dengan Perpres ini.
Sukada yakin jika ada seorang ahli yang menemukan keunggulan cara lain yang lebih baik dari Perpres ini dipaparkan secara ilmiah dan sosialisasikan ke masyarakat sudah pasti Presiden akan memilih cara itu jika dipandang lebih baik.
“Jika diakukan penolakan Perpres tanpa membuktikan secara ilmiah dan masuk akal yang didukung para ilmuwan melalui penelitian dan seminar, maka sudah tentu pemerintah akan meragukan kebenarannya,” lanjutnya.
Sebagai contoh disebutkan jika dilakukan reklamasi di Teluk Benoa akan terjadi rob atau desa-desa sekitar akan tenggelam. Alasan ini perlu pembuktian secara ilmiah pula tidak cukup hanya wacana. Contoh lain misalnya reklamasi di pulau Serangan adalah bukti bahwa pantai-pantai di Bali mengalami abrasi pada hal pantai itu sudah abrasi sebelum ada reklamasi di pulau Serangan.
“Hal ini juga harus ada pembuktian yang ilmiah. Jangan cuma wacana,” demikian Sukada.
Quote:
Menurut Guru Besar Kelautan dan Pesisir Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr. Dietrich G. Bengen, DEA
Beliau mengakui lingkungan alam di Teluk Benoa sangat unik, sumber daya alamnya bagus, dan yang menonjol adalah ekosistem mangrove dan laut yang jadi sumber kehidupan biota laut term asuk ikan.
Namun, sejak dibangunnya Jalan Tol Bali Mandara, terjadi perubahan yang signifikan di sekitar teluk tersebut.
“Salah satu yang paling jelas kita amati, saat air laut surut terjadi pedangkalan. Dengan adanya pendangkalan setiap saat, ekosistem mangrove dangkal dan mengalami gangguan. Nah, untuk itu perlu upaya perbaikan melalui revitalisasi yang berbasis reklamasi, agar alur yang dangkal diperdalam,” kata Prof Dietrich dalam keterangannya kepada wartawan.
Dari hasil kajian yang ia lakukan sejak tahun 2011, ada kondisi yang sangat tidak bagus di Teluk Benoa, sehingga revitalisasi mendesak dilakukan guna memperbaiki kondisi tersebut, baik masalah sampah dan abrasi pantai.
“Di darat, di sekitar kawasan itu banyak terjadi pencemaran, kualitas air menurun, sampah yang menumpuk dimana-mana. Melalui perbaikan dan pemulihan di Teluk Benoa, akan ada nilai lebih bagi masyarakat sekitar, yakni ada tambahan ruang terbuka hijau, ada nilai ekonomis, ada juga nilai sosial, budaya dan religius,” katanya.
Dalam kajian, ia menekankan perlunya revitalisasi berbasis reklamasi, karena revitalisasi ada reklamasi didalamnya yakni membangun pulau-pulau baru.
“Jadi penekanannya, revitalisasi berbasis reklamasi. Jadi tidak semata-mata reklamasi saja seperti yang dipikirkan orang dan sudah tertutup. Dengan revitalisasi, Pulau Pudut yang selama ini mengalami abrasi yang keras akan dikembalikan seperti semula,” ungkap Prof Dietrich.
Abrasi dan pedanggkalan di Pulau Pudut sangat memprihatinkan. “Pendangkalan ini menyebabkan nelayan tidak setiap saat bisa menangkap ikan. Aktivitas watersport pun tidak setiap saat,” katanya sembari menjelaskan, sedimen yang masuk dari sungai merupakan salah satu penyebab pendangkalan, kemudian faktor sampah juga salah satunya. Salinitas turun mengakibatkan kualitas bakau menurun.
“Secara sosial dan teknis perlu diperbaiki, maka harus dilakukan revitalisasi,”ujarnya
Pendapat senada juga diungkapkan pakar pesisir, Made Mangku yang sejak tahun 1990-an telah mempelajari karakteristik alam di Teluk Benoa. Menurutnya proses sedimentasi dan pedangkalan terus menjadi-jadi tiap saat. Setiap pasang surut 15 hari sedemennya pasti tinggi.
“Saat musim hujan Tanjung Benoa menjadi muara sampah, melalui daerah aliran sungai Tukad Mati Bualu dan estuaridam. Dengan kondisi itu, maka dengan sendirinya area itu tidak lagi menjadi kawasan konservasi,” kata Made Mangku Ketua Sekretariat Kerja Pelestari dan Penyelamatan Lingkungan Hidup (SKPPLH).
Menurut Made Mangku, bila konservasi dipertahankan, Bali jadi stag di lingkungan, dan akan terjadi abrasi besar-besaran di seluruh Bali. Tapi bila dikelola dengan baik, melalui perbaikan dan pemulihan (revitalisasi) tanpa mengabaikan lingkungan akan membawa dampak bagi lingkungan, ekonomi, sosial dan budaya bagi masyarakat di sekitar yang menjadi penyangga kawasan itu.
“Intinya dengan berjalannya proyek ini, para nelayan, pengusaha water sport yang ada di Tanjung Benoa, akan diakomodasi dalam satu kesatuan proyek itu. Jadi tidak seperti yang dicemaskan selama ini, nelayan terpinggirkan, pengusaha watersport tergusur. Saya pastikan hal itu tidak akan terjadi,” tandas Made Mangku.
Dalam suatu kesempatan beberapa waktu lalu, Ketua Pusat Studi Pembangunan Berkelanjutan LPPM Unud, Dr. KG. Dharma Putra, M.Sc mengatakan Teluk Benoa harus ditata, salah satunya dengan kegiatan reklamasi. Bila dilihat dari sisi pengelolaan lingkungan, sebagai orang lingkungan ia menilai kegiatan semacam reklamasi sangat diperlukan Bali.
“Kami sering melakukan reklamasi atau kegiatan proyek pengembangan pantai, diantaranya di Pantai Sanur, Pantai Kuta dan Pantai Nusa Dua. Termasuk juga Tanjung Benoa, kami lakukan reklamasi pantai dengan menambahkan pasir,” kata Dharma Putra sambil menambahkan kegiatan reklamasi adalah bagian dari pengelolaan lingkungan yang disebut sebagai pencegahan bencana alam akibat adanya abrasi,” jelasnya.
Menurutnya, untuk di Teluk Benoa, mau tidak mau pengelolaan lingkungan harus dilakukan ditempat tersebut.
“Saya tiap tahun melakukan penelitian di sana, tingkat pencemaran kawasan perairan Teluk Benoa itu makin jelek. Jadi beberapa titik di Teluk Benoa merupakan kawasan perairan yang paling tercemar di Bali. Oleh karena itu, di tempat itu memang harus dilakukan kegiatan pengelolaan lingkungan. Selain untuk mengantisipasi limbah, juga harus dilakukan penataan sedimentasi. Karena alur-alur air yang ada di Teluk Benoa semakin dangkal,” ungkapnya.
Penolakan Program Reklamasi Benoa
Quote:
Penolakan Masyarakat
Ribuan orang dari dari berbagai kelompok di Bali turun jalan. Mereka menolak rencana reklamasi Tanjung Benoa. Aksi ini sudah dilakukan beberapa kali, tapi tidak direspons baik oleh pemerintah setempat.
Massa membawa beragam poster dan spanduk serta memulai aksinya di parkir timur Jl Renon, Denpasar, Selasa (17/6/2014) sekitar pukul 09.30 WIT. Kemudian, mereka bergerak memutar ratusan meter ke kantor gubernur. Tak satu pun pejabat keluar menemui mereka.
Salah satu pentolan aksi, Wayan Suardana, mengatakan reklamasi bukan kebijakan tepat dan karena itu harus ditolak. Terutama Perpres No.51/2014 yang dikeluarkan pertengahan Juni 2014 dan mengatur rencana tata ruang kawasan perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan.
Salah satu poin dari Perpres tersebut adalah mengubah Teluk Benoa dari kawasan konservasi perairan menjadi zona budidaya. Disebutkan, kawasan ini dapat direklamasi seluas 700 hektare.
"Kenapa harus Benoa yang sebelumnya sudah ditetapkan sebagai kawasan konservasi?" kata Wayan yang juga aktivis Walhi ini.
Selain aktivis lingkungan, aksi juga diikuti mahasiswa. Sepanjang jalan mereka dikawal ketat polisi. Aksi berlangsung lancar dan berakhir pada pukul 12.00 WIT.
Quote:
Penolakan Seniman

Bali Tolak Reklamasi! Begitu sering digaungkan, setidaknya dua tahun terakhir. Teluk Benoa yang menjadi sasaran reklamasi adalah objek yang menjadi pusat 'demonstrasi'.
Konser bertajuk 'Konser Svara Bumi' itu yang dihelat ForBALI (Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi) di Rolling Stone Cafe, Ampera, Jakarta Selatan, Selasa (30/9/2014) malam. Musisi-musisi yang tampil antara lain bans nostress, Navicula, rapper Kill the DJ, Cinta Ramlan feat Djena Maesa Ayu, Melanie Subono, Seringai, Iwan Fals, Olga Lidya sampai Superman Is Dead.
"Sampai adanya konser ini intinya bahwa perlawanan terhadap kerakusan dan ketidakjujuran. Bahwa perlawanan tidak harus dengan kekerasan. Kita bisa melawan itu dengan hal yang lebih masuk akal, dengan seni dan musik," ujar drummer Superman Is Dead sekaligus salah satu punggawa ForBALI, Jeinx sebelum konser.
Dibuka oleh nostress, lagu-lagu perjuangan tentang pelestarian alam sudah digaungkan. Meskipun tanpa distorsi, nostress mampu membuat ratusan penonton yang hadir menyadari pentingnya lingkungan.
Berikutnya rapper Yogyakarta yang juga aktif membela lingkungan Kill the DJ unjuk gigi. Lagu 'Untuk Indonesia' dinyanyikan. Hanya satu lagu, 'Konser Svara Bumi' dilanjutkan lewat penampilan Navicula.
Grup grunge asal Bali itu berhasil menggertak penguasa yang merampas keindahan alam Bali dengan lagu-lagu 'Mafia Hukum', 'Orang Hutan', 'Karena Kita Bukan Mesin' dan 'Metropolutan'.
Akhirnya panggung disegarkan dengan kehadiran sosok penyanyi perempuan. Cinta Ramlan tampil apik bersama penulis Djenar Maesa Ayu dengan lagu 'Ratu'. Setelahnya Melanie Subono menambah hangatnya perjuangan dengan lagu 'Rumah Kita', 'Dia Sahabat' dan 'Gebyar-Gebyar'. Habis bermanis-manisan, naik panggung punggawa metal asal Jakarta, Seringai. Teriakan vokalis Seringai, Arian13, seakan menegaskan bahwa ForBALI dan banyak musisi lainnya tak setuju akan reklamasi Teluk Benoa.
Tiba-tiba saja setelah Seringai tampil, 'Konser Svara Bumi' mendapat kejutan. Solois kawakan Iwan Fals mendadak naik panggung tanpa pengumuman sebelumnya. Sontak ratusan penonton bersorak-sorai.
"Keinginan yang melawan Tuhan, manusia dan alam akan membawa penderitaan. Teman-teman di sini memberikan daya hidupnya bagi Bali dan kemanusiaan," sapa Iwan Fals dari atas panggung.
'Seperti Matahari', 'Menangis Embun Pagi', 'Bongkar' dan 'Hio' berkumandang tanpa henti. Api semangat kembali berkobar di tengah hari yang semakin malam.
Hingga tiba diujung acara, Superman Is Dead tampil. Jerinx, Bobby dan Eka menyampaikan nada-nada kritis yang membangun kesadaran anak muda akan pentingnya lingkungan dan khususnya hal reklamasi.
"Bali itu tempat main kita, rumah kita. Bayangkan saja kalau tempat main kamu, rumahmu, rumah nenekmu dihancurkan, marah nggak?" Tanya Jerinx sebelum bermain.
"Dan, Teluk Benoa itu tempat berkumpulnya aliran lima sungai di Bali. Bayangkan kalau direklamasi, air sungainya ke mana? Ke rumahmu!" pekiknya.
Setelahnya, 'Bulan Ksatria', 'Kuta Rock City', Saint of My Life' , 'Jadilah Legenda' hingga 'Sunset di Tanah Anarki' dibawakan Superman Is Dead. Dan, 'Konser Svara Bumi' berakhir lewat koor keras mars 'Bali Tolak Reklamasi'.
"Lawan!" teriak seluruh pengisi acara dan penonton sebelum benar-benar meninggalkan lokasi konser.
sumber : www.detik.com
Diubah oleh panjiedroid 30-10-2014 01:21
0
3.7K
Kutip
25
Balasan
Berikan Komentar
Urutan
Terbaru
Terlama
Berikan Komentar
Komunitas Pilihan