Banyak orang yang bilang kalau Solo Travelling itu enggak enak. Bakal ngebosenin karena elo jalan-jalan sendirian. Tapi setelah gue coba, ternyata solo travelling enggak seburuk yang mereka pikirkan kok. Malah 'Me Time' itu ternyata dibutuhin banget.
Solo travelling ini sebenarnya terjadi secara enggak sengaja, karena awalnya gue ke Bali untuk birthday surprise seseorang yang sedang bekerja disana.
Namun berakhir dengan solo travelling sekaligus getaway dari kerjaan.
Berikut pengalaman solo travelling gue di bulan Oktober 2013 selama 5 hari 4 malam. Dan gue putuskan untuk di share cerita ini di Kaskus.
Post akan gue bagi beberapa bagian, biar enggak bingung untuk dibaca.
Mohon maaf jika tulisannya berantakan.
Foto yang di share juga enggak terlalu banyak, karena beberapa file photonya hilang. Jadi gue akan ambil beberapa photo dari akun Instagram pribadi & beberapa dari Google, dan tentunya sumber photo akan gue tulis dibawahnya.
"2 bulan lagi, dia ulang tahun.. hmm.. Apa yang bisa gue kasih ke dia yah?" Gumam gue dalam hati. Seseorang yang saat itu sedang dekat dengan gue,sebut saja Mawar, 2 bulan lagi akan berulang tahun. Btw, kok kayak nama samaran korban kriminal yah? Ahh..Biarkanlah.
Dia bukan teman biasa, tapi bukan juga pacar gue. Gue yang saat itu lagi dalam tahap PDKT, mau buat surprise yang special di hari ulang tahun dia. Mawar lagi ngejalanin Praktek Kerja Lapangan, disalah satu Hotel di Bali, sebagai salah satu bagian dari tugas tempat dia kuliah.
"Gimana kalau gue ke Bali waktu ulang tahun dia dan tiba-tiba muncul di kost tempat dia tinggal, sambil bawa kue Red Velvet kesukaan dia?". Dari situ gue mulai searching tiket pesawat & hotel yang lumayan murah. Gue memutuskan untuk coba menggunakan maskapai berlambang singa merah. Sementara untuk hotel tempat gue tidur nanti, gue coba searching di situs-situs voucher diskon. Dari pengalaman sebelumnya, gue menginap di daerah Kuta. Tapi kali ini gue pengen menginap ditempat yang berbeda. Jadi gue milih hotel di daerah Bukit Jimbaran. Letaknya juga nggak terlalu jauh dari Kawasan GWK, hanya sekitar 300 meter. Mobil yang akan gunakan selama disana juga udah dipesan dari jauh-jauh hari. Daftar tempat yang akan gue kunjungi juga telah gue pegang. Rencananya gue akan datang ke tempat-tempat itu bersama Mawar.
Dari jauh-jauh hari gue udah izin sama nyokap, dan beliau sempet kaget gue akan pergi sendirian. Tapi karena dulu waktu masih muda nyokap sering banget travelling, maka izin pun akhirnya turun. “Selama masih muda, banyakkin jalan-jalanlah. Nanti kalau udah tua, bakal jarang jalan.” Begitu katanya.
Awal Oktober 2013, tiba-tiba Mawar mengabarkan bahwa di hari ulang tahunnya, dia bakal ada di Jakarta. Jedeerrr!! Semua hal yang udah gue rencanain akhirnya berantakan. Saat itu juga gue jujur tentang semua rencana gue. Tapi mau gimana lagi, semuanya udah dibayar lunas. Semua rencana gue berubah total. Di satu sisi gue berpikir buat batalin semua perjalanan, tapi di sisi yang lain semua kebutuhan selama disana udah gue lunasi. Akhirnya gue memutuskan untuk tetap berangkat ke Bali.
“Gue butuh refreshing!” pikir gue saat itu. Gue bekerja di dunia entertainment khususnya di bagian production, hari & jam kerja gue enggak menentu. Sering banget disaat weekend, yang dimana orang lain bisa istirahat & jalan-jalan, gue malah kerja. Dan disaat orang kerja, gue malah off. Biasanya gue libur di hari Senin-Selasa. Hal inilah yang akhirnya jadi alasan gue untuk tetap berangkat ke Bali.
Beberapa teman-teman gue ajak, tapi mereka enggak bisa ikut. Secara gue ambil cuti ditengah bulan yang enggak ada hari libur apa-apa. Huhu. Teman-teman gue bilang “Gila..Ngapain lu ke Bali sendirian? Miris banget..” “Jomblo yah makanya kesana sendirian.”. Bahkan salah satu teman gue cerita ke bokapnya dan bokapnya bilang : “Pantang loh kalau ke Bali sendirian, nanti bakal berat jodoh loh. Bakal susah dapat pacar.” Hahaha.. Yah walaupun di zaman yang udah modern kayak gini, masih banyak mitos-mitos yang ada. Apalagi negara kita Indonesia, Budaya timurnya masih dijunjung tinggi. Walaupun gue enggak sepenuhnya percaya mitos, tapi kalau di daerah orang, wajib hukumnya buat gue selalu menghargai adat istiadat yang ada. Karena gue percaya, dengan menghargai adat istiadat mereka, maka gue juga telah menghargai penduduk sekitar itu sendiri.
Sebenarnya yang buat gue bisa travelling sendirian tanpa masalah adalah, gue adalah seorang introvert. Banyak orang yang salah kaprah mengartikan Introvert. Introvert bukannya orang yang tertutup dan enggak bisa bergaul, tapi introvert adalah orang-orang yang lebih milih untuk menghindari keramaian. Seorang introvert akan lebih senang menghabiskan waktunya baca buku sambil minum teh daripada jalan-jalan di mall. Ketika gue harus sendirian, gue enggak akan merasa kesepian.
Untuk urusan travelling, gue jauh lebih memilih tempat yang masih bersifat alami daripada tempat yang sudah berbentuk kota maju macam Singapura. Menurut gue sayang rasanya kalau liburan jauh-jauh tapi lagi-lagi ketemunya gedung-gedung pencakar langit & hiruk pikuk kota.
Akhirnya hari itu tiba, semua udah siap. Total bawaan gue 1 tas ransel isi barang-barang berharga, 1 tas snorkle & 1 koper baju. Pesawat gue berangkat jam 13.00. Udah jadi kebiasaan gue buat datang ke bandara 2 jam sebelum keberangkatan. Padahal rumah gue enggak jauh-jauh banget dari bandara. Gue lebih milih kepagian daripada harus mepet sama jam keberangkatan.
Sekitar pukul 11.15 gue tiba di terminal 3. Karena enggak mau ribet, gue langsung check-in. Gue memilih untuk bawa alat snorkle gue kedalam kabin, karena takut ilang ataupun rusak. Berita-berita tentang barang-barang yang bermasalah di bagasi, sukses bikin gue khawatir. Setelah check-in, gue mutusin untuk ke starbucks dan memesan segelas Hot Vanilla Latte, salah satu minuman favorit gue. Gue juga nyempetin check-in di Path & Instagram, maksudnya biar kayak trend zaman sekarang. Tapi apadaya, status gue malah berakhir dengan ledekkan teman-teman gue yang emang kampret-kampret. Haha.
Kebetulan dari travelling sendirian itu, banyak hal yang gue dapat. Salah satunya gue bisa perhatiin orang-orang yang lewat depan gue. Ada yang datang untuk liburan, untuk belajar diluar negeri bahkan ada yang datang untuk urusan pekerjaan. Gue ngebayangin orang-orang yang harus pergi jauh dari keluarga untuk cari nafkah, dan cuman bisa pulang disaat-saat tertentu. Ini jadi buat gue bersyukur. Gue masih bisa kerja dan pulang ke rumah ketemu keluarga gue, Enggak harus kerja jauh dan ninggalin keluarganya.
Photo from my Instagram.
Jam 12.00 gue memilih untuk masuk ke ruang tunggu, sambil menikmati wi-fi gratis yang ada. Hehe.. Maklum gue termasuk golongan fakir wi-fi. Tiba-tiba mata gue tertuju ke seorang anak keturunan timur tengah, yang gue perkirain berumur 12 tahun. Dia terlihat mendekati vending machine. Dengan sedikit berjinjit, anak itu memasukkan uang kertas dan menekan tombol minuman yang diinginkan. Alat didalam vending machine mulai bergerak kearah minuman yang dia tekan, dan minuman terdorong kearah alat tersebut. Seharusnya alat tersebut mengangkut minuman yang terdorong itu, tapi entah kenapa, minuman yang didorong malah menyangkut diantara kaca. Anak tersebut terkejut karena terlihat dari ekspresi wajahnya. Ah miris sekali nak.. Sebenarnya Gue agak iba dengan anak itu. Tapi karena gue grogian kalau harus ngomong bahasa inggris, gue jadi ga bantu dia.
Maafkan daku nak.
Pesawat yang gue tumpangi ternyata delay selama 30 menit tanpa pemberitahuan. Enggak terlalu terkejut sebenarnya, karena maskapai yang gue tumpangi ini udah terkenal akan delaynya. Setelah ada panggilan akhirnya gue dan penumpang yang lain mulai berjalan kearah pesawat. Awalnya gue mendapatkan bangku di bagian penumpang biasa, namun tiba-tiba seorang pramugari minta izin untuk menukar tempat duduk gue dengan seorang anak kecil ke emergency exit door. Karena sesuai peraturan penerbangan, anak kecil, wanita atau orang tua tidak diizinkan untuk duduk ditempat tersebut. Hal tersebut tentu menguntungkan gue, karena bangku emergency lebih panjang & gue bisa meluruskan kaki gue. Ihiiyy..
Awalnya gue ingin terus terjaga selama penerbangan, karena ini solo travelling gue yang pertama kali. Tapi apa daya, rencana gue gagal. Gue yang termasuk pelor alias nempel molor, langsung ngantuk sesaat setelah pesawat lepas landas. 15 menit setelah terbangun, ternyata pesawat sudah mendekati Bandara Ngurah Rai. Perjalanan yang berjam-jam akhirnya enggak kerasa sama sekali, ternyata ada untungnya juga gue jadi golongan pelor. Hihi..
Buat yang punya pengalaman solo travelling atau getaway dari rutinitas, ayo boleh dishare disini juga.