- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Relawan Palsu Berjuang Karena Nafsu


TS
bedhodhia
Relawan Palsu Berjuang Karena Nafsu
Quote:
JANAGAN LUPA 
BIAR NAIK TERUS[/CENTER]





Quote:
Quote:

MERDEKA.COM. Pengusaha itu langsung mengontak salah satu dedengkot demo suruhan. Isinya menanyakan imbalan didapat dengan pengerahan massa bayaran. Awalnya dia menjawab datar. Namun ketika dipancing dengan pertanyaan sedikit menjurus soal jatah, dia meninggi. "Kita lihat nanti," katanya dalam pesan singkat diterima sang pengusaha,

Senin itu memang hari bahagia bagi Presiden Joko Widodo dan wakilnya, Muhammad Jusuf Kalla. Beberapa jam sebelumya, Jokowi-JK sapaan akrab bagi keduanya, baru saja diarak menggunakan kereta kuda dari Jalan Muhammad Husni Thamrin, Jakarta Pusat, menuju Istana Negara, usai pelantikan di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat, Senayan.
Namun dibalik itu, terselubung orang-orang bekerja dengan pamrih. Mereka berharap mendapat imbalan berupa posisi dalam kabinet atau menjadi komisaris di perusahaan milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN). "Ada banyak posisi komisaris kosong,"katanya.
Pesta rakyat itu disebut-sebut juga digawangi oleh struktur Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Namun pendukung itu tak mau menyebut siapa orang di balik gerakan meminta jabatan kepada Jokowi. Selain partai, sumber itu mengatakan ada lingkaran aktivis menjadi penggerak dalam acara itu. "Ada dari struktur partai," ujarnya.
Seorang pengusaha lain bercerita soal demo bayaran mendukung Joko Widodo. Sumber merdeka.com namanya dirahasiakan ini mengungkapkan soal gerakan demonstrasi suruhan dari dedengkot pendukung Jokowi. Pertama, saat unjuk rasa menolak undang-undang pemilihan kepala daerah. Sang dedengkot asyik merancang aksi dari balik kedai kopi elite Starbucks.
"Iya, pengerahan ini kan transaksional untuk mendapat jabatan," kata sang pengusaha saat ditemui Senin pekan lalu. Ada fulus dalam menggerakan demo ini, namun dia tak tahu berapa jumlah anggaran untuk massa bayaran. "Dikirimi pesan singkat butuh biaya buat gerakin mahasiswa," ujarnya.
Juru bicara PDIP Eva Kusuma Sundari membantah tudingan itu. Dia mengatakan pesta rakyat berupa kirab budaya saat pelantikan Jokowi-JK merupakan inisiatif para relawan. "Semua itu ide relawan, tidak ada dari struktur partai," kata Eva saat dihubungi melalui telepon selulernya kemarin.
Eva mengatakan tidak ada hubungan timbal balik berupa imbalan jabatan. itu bisa dilihat dengan tidak adanya relawan dalam struktur kabinet. Namun kenyataannya, kata Eva, relawan justru mengkritik nama-nama pengisi kabinet beredar diyakini bakal dijadikan menteri oleh Jokowi. "Justru relawan mengawasi pemilihan strukrur di kabinet. Artinya [CENTER]mereka mengawal dalam penentuan kabinet," ujarnya.
Dihubungi terpisah, Boni Hargens, salah seorang relawan, mengatakan mereka memuji langkah Jokowi menggandeng Komisi Pemberantasan Korupsi dan Pusat Pelaporan Analisis dan Transaksi Keuangan (PPATK) untuk melihat jejak calon menteri. "Tidak bisa dihindari ada nama-nama tidak bersih diusulkan oleh kepentingan tertentu untuk masuk dalam pemerintahan," tuturnya.
Dia menambahkan Jokowi tidak kuat sendirian melawan kepentingan-kepentingan itu. "Maka publik harus terlibat. KPK dan PPATK adalah representasi dari kehendak publik dalam konteks ini," katanya.
Quote:

Senin itu memang hari bahagia bagi Presiden Joko Widodo dan wakilnya, Muhammad Jusuf Kalla. Beberapa jam sebelumya, Jokowi-JK sapaan akrab bagi keduanya, baru saja diarak menggunakan kereta kuda dari Jalan Muhammad Husni Thamrin, Jakarta Pusat, menuju Istana Negara, usai pelantikan di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat, Senayan.
Namun dibalik itu, terselubung orang-orang bekerja dengan pamrih. Mereka berharap mendapat imbalan berupa posisi dalam kabinet atau menjadi komisaris di perusahaan milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN). "Ada banyak posisi komisaris kosong,"katanya.
Pesta rakyat itu disebut-sebut juga digawangi oleh struktur Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Namun pendukung itu tak mau menyebut siapa orang di balik gerakan meminta jabatan kepada Jokowi. Selain partai, sumber itu mengatakan ada lingkaran aktivis menjadi penggerak dalam acara itu. "Ada dari struktur partai," ujarnya.
Seorang pengusaha lain bercerita soal demo bayaran mendukung Joko Widodo. Sumber merdeka.com namanya dirahasiakan ini mengungkapkan soal gerakan demonstrasi suruhan dari dedengkot pendukung Jokowi. Pertama, saat unjuk rasa menolak undang-undang pemilihan kepala daerah. Sang dedengkot asyik merancang aksi dari balik kedai kopi elite Starbucks.
"Iya, pengerahan ini kan transaksional untuk mendapat jabatan," kata sang pengusaha saat ditemui Senin pekan lalu. Ada fulus dalam menggerakan demo ini, namun dia tak tahu berapa jumlah anggaran untuk massa bayaran. "Dikirimi pesan singkat butuh biaya buat gerakin mahasiswa," ujarnya.
Juru bicara PDIP Eva Kusuma Sundari membantah tudingan itu. Dia mengatakan pesta rakyat berupa kirab budaya saat pelantikan Jokowi-JK merupakan inisiatif para relawan. "Semua itu ide relawan, tidak ada dari struktur partai," kata Eva saat dihubungi melalui telepon selulernya kemarin.
Eva mengatakan tidak ada hubungan timbal balik berupa imbalan jabatan. itu bisa dilihat dengan tidak adanya relawan dalam struktur kabinet. Namun kenyataannya, kata Eva, relawan justru mengkritik nama-nama pengisi kabinet beredar diyakini bakal dijadikan menteri oleh Jokowi. "Justru relawan mengawasi pemilihan strukrur di kabinet. Artinya [CENTER]mereka mengawal dalam penentuan kabinet," ujarnya.
Dihubungi terpisah, Boni Hargens, salah seorang relawan, mengatakan mereka memuji langkah Jokowi menggandeng Komisi Pemberantasan Korupsi dan Pusat Pelaporan Analisis dan Transaksi Keuangan (PPATK) untuk melihat jejak calon menteri. "Tidak bisa dihindari ada nama-nama tidak bersih diusulkan oleh kepentingan tertentu untuk masuk dalam pemerintahan," tuturnya.
Dia menambahkan Jokowi tidak kuat sendirian melawan kepentingan-kepentingan itu. "Maka publik harus terlibat. KPK dan PPATK adalah representasi dari kehendak publik dalam konteks ini," katanya.
Quote:
Quote:
Pesta Massa Bayaran

Merdeka.com - Lima lelaki itu asyik bersenda gurau di area bebas asap rokok dalam sebuah kafe di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat. Dandanan mereka necis dan seragam, yakni berkemeja putih. Wajah mereka tidak asing, salah satunya adalah politikus dari koalisi partai pendukung presiden terpilih Joko Widodo.
Sejak pukul empat sore, Senin pekan lalu, mereka berkumpul di pusat perbelanjaan mewah itu. Satu-satu mereka datang menuju sebuah meja bagian pojok. Pemandangannya langsung ke arah air mancur Bundaran Hotel Indonesia. Arak-arakan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla baru saja lewat setelah dilantik di gedung MPR/DPR.
Entah apa yang mereka perbincangkan, namun sore itu terlihat juga di dalam Plaza Indonesia berkeliaran pendukung Joko Widodo. Ada yang berkaus berkerah bertulisan nama dan foto Jokowi-JK. Hampir semuanya menggunakan baju berkerah atau kemeja putih. "Kamu harus berpolitik," kata salah satu lelaki saat berpindah dari bangku kafe menuju sofa.
Sumber merdeka.com, seorang pengusaha, mengatakan pesta rakyat menyambut pelantikan Joko Widodo-Jusuf Kalla adalah kegiatan terselubung. Bentuk dukungan, seperti spanduk untuk Presiden Joko Widodo bertebaran, itu merupakan aksi dari massa bayaran. Mereka berbaur dengan orang-orang benar-benar ingin bertemu pemimpin baru negeri ini.
"Coba lihat aja spanduk-spanduk itu, dari mana duit mereka. Dari situ juga ketahuan siapa di belakangnya," ujarnya. Bagi dia, bukan hal mengagetkan pengerahan orang-orang bayaran itu memang sudah terstruktur. Dalam aksi sebelumnya, dedengkot orang suruhan itu nangkring sambil meminum kopi di kedai Starbucks. "Mereka ada cukongnya,"
Salah satu pendukung Joko Widodo membenarkan pengakuan pengusaha itu. Lelaki berbadan tambun dan mengenakan batik ini mengaku baru saja menemui rekannya di pelataran Monumen Nasional. Temannya itu merupakan salah satu dari sekian banyak relawan menyukseskan acara pesta rakyat.
Malam itu, sesuai susunan acara, bakal ada syukuran potong tumpeng. "Habis dari Monas lihat temen," ujarnya membuka perbincangan awal berkenalan. Dia mengatakan memang ada gerakan terstruktur dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan para relawan. "Ada juga dari relawan. Kan relawan banyak,"ujarnya.
Namun juru bicara PDIP Eva Kusuma Sundari membantah tudingan itu. Dia mengatakan pesta rakyat menyambut pelantikan Jokowi-JK murni dilakukan tanpa pamrih oleh para relawan. Eva juga menampik ada dari struktur partai turun menggawangi pesta tersebut. "Kamu lihat saja, ada tidak dari relawan di struktur kabinet," kata Eva melalui telepon seluler kemarin.
Eva menjelaskan bahkan untuk dana merupakan urunan dari para relawan. "Semua dana itu bantingan (urunan). Bahkan semua artis-artis kemarin tidak ada yang dibayar," tuturnya.
Sejak pukul empat sore, Senin pekan lalu, mereka berkumpul di pusat perbelanjaan mewah itu. Satu-satu mereka datang menuju sebuah meja bagian pojok. Pemandangannya langsung ke arah air mancur Bundaran Hotel Indonesia. Arak-arakan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla baru saja lewat setelah dilantik di gedung MPR/DPR.
Entah apa yang mereka perbincangkan, namun sore itu terlihat juga di dalam Plaza Indonesia berkeliaran pendukung Joko Widodo. Ada yang berkaus berkerah bertulisan nama dan foto Jokowi-JK. Hampir semuanya menggunakan baju berkerah atau kemeja putih. "Kamu harus berpolitik," kata salah satu lelaki saat berpindah dari bangku kafe menuju sofa.
Sumber merdeka.com, seorang pengusaha, mengatakan pesta rakyat menyambut pelantikan Joko Widodo-Jusuf Kalla adalah kegiatan terselubung. Bentuk dukungan, seperti spanduk untuk Presiden Joko Widodo bertebaran, itu merupakan aksi dari massa bayaran. Mereka berbaur dengan orang-orang benar-benar ingin bertemu pemimpin baru negeri ini.
"Coba lihat aja spanduk-spanduk itu, dari mana duit mereka. Dari situ juga ketahuan siapa di belakangnya," ujarnya. Bagi dia, bukan hal mengagetkan pengerahan orang-orang bayaran itu memang sudah terstruktur. Dalam aksi sebelumnya, dedengkot orang suruhan itu nangkring sambil meminum kopi di kedai Starbucks. "Mereka ada cukongnya,"
Salah satu pendukung Joko Widodo membenarkan pengakuan pengusaha itu. Lelaki berbadan tambun dan mengenakan batik ini mengaku baru saja menemui rekannya di pelataran Monumen Nasional. Temannya itu merupakan salah satu dari sekian banyak relawan menyukseskan acara pesta rakyat.
Malam itu, sesuai susunan acara, bakal ada syukuran potong tumpeng. "Habis dari Monas lihat temen," ujarnya membuka perbincangan awal berkenalan. Dia mengatakan memang ada gerakan terstruktur dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan para relawan. "Ada juga dari relawan. Kan relawan banyak,"ujarnya.
Namun juru bicara PDIP Eva Kusuma Sundari membantah tudingan itu. Dia mengatakan pesta rakyat menyambut pelantikan Jokowi-JK murni dilakukan tanpa pamrih oleh para relawan. Eva juga menampik ada dari struktur partai turun menggawangi pesta tersebut. "Kamu lihat saja, ada tidak dari relawan di struktur kabinet," kata Eva melalui telepon seluler kemarin.
Eva menjelaskan bahkan untuk dana merupakan urunan dari para relawan. "Semua dana itu bantingan (urunan). Bahkan semua artis-artis kemarin tidak ada yang dibayar," tuturnya.

Diubah oleh bedhodhia 28-10-2014 02:13
0
3K
Kutip
34
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan