- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Sepakbola Gokil, Federasi Gokil!!! Yang Satu WO, Yang Satunya Lomba Gol Bunuh Diri.


TS
ultrasormas
Sepakbola Gokil, Federasi Gokil!!! Yang Satu WO, Yang Satunya Lomba Gol Bunuh Diri.
Quote:
Divisi Utama Liga Indonesia semakin Gokil saja, jadi kemarin setelah ada insiden penyerangan terhadap tim Persis Solo ketika akan melakukan latihan perdana dan mencoba lapangan hingga mengakibatkan tim tersebut menolak untuk bertanding, hari ini kejadian lucu berulang. PSS vs PSIS yang sejatinya akan menentukan juara grup yang nantinya akan menghadapi tim runner up di grup lainnya (Pusamania Borneo FC) malah seakan tidak ada yang mau memenangkan laga, gol bunuh diri dan sepakbola gajah pun terjadi dimulai setelah menit 80. PSS Sleman 3 vs 2 PSIS Semarang. Kelima gol tersebut adalah hasil gol bunuh diri. Gila!!!
Quote:
Pusamania Borneo FC Vs Persis Solo: Belum Main, Laskar Sambernyawa Diserang

Gambar: Kaca bus pemain Persis Solo yang hancur karena lemparan di Samarinda.
Solopos.com, SAMARINDA –Babak 8 besar Divisi Utama Liga Indonesia mempertemukan Pusamania Borneo FC vs Persis Solo. Teror luar biasa diberikan para pendukung Pusamania Borneo FC kepada Persis Solo. Teror tersebut bahkan dilakukan para pendukung tim berjuluk Pesut Etam itu kepada para penggawa Persis, sebelum laga digelar di Stadion Segiri, Samarinda, Minggu (26/10/2014).
Teror itu diwujudkan oleh para pendukung Borneo FC dengan menyerang bus yang ditumpangi skuat Laskar Sambernyawa, julukan Persis, saat hendak melakukan uji coba lapangan di Stadion Segiri, Sabtu (25/10/2014) sore WITA. Akibat serangan itu, kaca bus pecah dan asisten pelatih fisik Persis, Pipit F. Yulianto, mengalami luka-lika karena terkena serpihan kaca.
“Kejadiannya sangat cepat. Tepatnya di depan stadion. Kami di sana tanpa pengawalan dari pihak keamanan maupun LO [Liasion Officer]. Saat hendak turun dari bus, kami langsung mendapat serangan batu dari ratusan suporter,” tutur direktur teknis Persis, Hong Widodo, saat dihubungi Solopos.com, Sabtu.
Hong menceritakan, skuatnya meninggalkan JB Hotel Samarinda sekitar pukul 16.15 WITA untuk melakukan uji lapangan. Namun, saat bus hendak masuk ke dalam Stadion Segiri, ratusan suporter sudah berada di sekitar area stadion.
“Semula saya tidak terkejut. Saya pikir itu pendukung Persis yang ada di Samarinda. Tapi, tiba-tiba menghampiri kami dan langsung
menggedor-gedor bus, serta menghujani kami dengan batu,” beber Hong.
Hong menambahkan, massa bahkan sempat berusaha merebut kunci kontak bus, namun bisa dicegah sang sopir. Bus pemain yang dalam kondisi terkepung massa pun, akhirnya bisa meninggalkan lokasi dan mencari perlindungan ke kantor polisi terdekat.
“Proses lolos itu pun tidak mudah. Kami sempat dikejar dan beberapa kali berhenti. Untungnya, setelah sampai di kantor polisi terdekat, kami langsung mendapat pengawalan untuk kembali ke hotel,” imbuh Hong.
sumber
Spoiler for officialtwit1:

Spoiler for officialtwit2:

Quote:
Karena adanya kejadian tersebut, Tim Persis Solo pun memutuskan untuk tidak bermain dalam laga tersebut. Ini jelas udah di luar koridor sepakbola, pemain juga punya keluarga yang harus dinafkahi. Lalu apa tindakan PSSI untuk kekerasan tersebut? Nothing.
Quote:
Lima Gol Bunuh Diri Warnai Laga PSS vs PSIS
TRIBUNJATENG.COM, SLEMAN - Lima gol bunuh diri mewarnai laga pamungkas grup N babak delapan besar Divisi Utama musim 2014 antara PSS Sleman menjamu PSIS Semarang, Minggu (26/10/2014).
Pada laga yang digelar di Stadion Sasana Krida, Sleman PSS menang 3-2 atas melawan PSIS yang lima golnya semuanya dicetak melalui gol bunuh diri.
Sejak awal laga, kedua tim yang sudah memastikan lolos ke babak semifinal ini memang cenderung tidak berniat mencetak gol.
Keduanya saling menunggu untuk diserang lawan. PSS yang kerap memengang bola bahkan hanya memainkan si kulit bundar didaerahnya bahkan di kotak penaltinya sendiri. Sementara PSIS yang menunggu serangan dari para pemain PSS yang kerap memegang bola bersiap di daerah pertahannya. Namun serangan tidak kunjung datang.
Gol bunuh diri akhirnya diciptakan pemain PSS pada menit ke 78 melalui kaki gelandangnya Agus Setiawan. Pada menit ke 65, pemain PSS mencoba melakukan bunuh diri, namun tendangan pemain Elang Jawa masih bisa diblok pemain PSIS Semarang, Saptono. Bukannya disuruh mencetak gol, Saptono nampaknya diintruksikan untuk menjaga gawan lawan.
Tiga gol bunuh diri dilesakkan oleh Fadli Manan menit ke 89, dan dua gol bunuh diri Komaedy menit ke 90 dan 91. Kemenangan yang diraih PSS ini membuat Elang Jawa berada di posisi puncak klasemen dengan 14 poin dan PSIS berada di posisi kedua dengan 11 poin. (*)
sumber
Quote:
Jadi, sampai menit 80 msh 0-0. Menit 87, PSIS unggul 2-0 karena gol bunuh diri pemain PSS. Sisa menit kemudian, lahir 3 gol lagi gol bunuh diri pemain PSIS. Skor PSS 3 vs 2 PSIS. Semua gol bunuh diri. Salut!!!
Karena belum dapet videonya, mungkin tulisan ini sedikit bisa mengembangkan imajinasi agan-agan betapa absurdnya pertandingan tersebut.
Spoiler for gol:

Update Video!!!( sori telat, lagi sibuk soalnya

Quote:

Tambahan dari Bang Rhoma nih...
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Anyway, kalau Komdis PSSI yakin ga ada drama dan benang merah dalam dua kejadian tersebut, monggo silakan dinvestigasi dulu. PSS dan PSIS tentunya sudah sangat tau kenapa mereka sampai berbuat hal yang sangat buruk dan kelam bagi sepakbola Nasional, kenapa mereka melakukan hal tersebut demi menghindari Borneo FC di semifinal? Jelas ada instruksi dari orang dibalik tirai sana, mengintip sambil memegang gadgetnya. Hari yang sangat super bagi sepakbola Indonesia, tugas mahaberat bagi menpora baru buat ngurus PSSI yang udah menjadi rimba bagi mereka para penguasa. Selamat datang Pak Iman Nahrowi!
Quote:
FYI Pusamania Borneo FC ini adalah dulunya Perseba Bangkalan, kemudian karena peran serta oleh orang yang dulunya juga membuat Persebaya siluman (awalnya Persikubar) maka terjadilah tim tersebut (Pusamania Borneo FC) yang kemudian oleh banyak pihak tim ini diproyeksikan melaju naik kasta ke ISL tahun ini. Ga mungkin dong pemilik mau beli tim antah berantah tanpa adanya iming-iming imbalan tertentu gitu aja? Iming-iming lolos ISL itu tuh yang mungkin...
Emang Liga Indonesia selevel ama EPL?? Masih inget kasus panas final DU 2010 Persibo vs Mafia. Ada orang yang sangat berpengaruh di situ di kubu Deltras Sidoarjo dan kejadian aneh pun terjadi yang membuat pelatih Persibo saat itu (Sartono Anwar) benar-benar marah besar. Ada kok benang merahnya orang tersebut sama tim baru ini. (sila googling
) Terakhir, apakah ada jawaban kenapa Borneo FC sangat dihindari PSS Sleman atau PSIS Semarang di Semifinal Divisi Utama hingga mengakibatkan 'sepakbola gajah' terjadi?


sedikit tentang PBFC dari orang Samarinda...

Quote:

nih ada ceritanya Persibo melawan mafia, jauh lebih elegan daripada sepakbola gajah
Quote:
Persibo, Kisah Perlawanan terhadap Kemustahilan
Oleh Mohammad Eri Irawan, Boromania, tinggal di Sukorejo, Bojonegoro
—Money doesn’t play football (Hristo Stoichkov)
Persibo Bojonegoro berhasil menggenggam gelar juara Liga Joss Indonesia. Sebuah kisah yang menyelamatkan sepak bola dari bahaya menjadi kebusukan abadi.
* * *
Sepak bola Indonesia telah dikafani. Saya, dan mungkin sebagian dari Anda, cemas mendengar berita buruk itu. Kabar kematian sepak bola ini memang sudah jadi rahasia umum karena serakan kecurangan yang panjang dan lebar. Musim ini, rangkaian kecurangan seolah menemukan puncak urakannya, semakin telanjang dan terus-terang. Kita menghadapi musuh yang mustahil dikalahkan: mafia PSSI.
Tipu muslihat berjejer: pertandingan yang diskenario, penalti rekayasa, peluit wasit yang tak lagi berguna. Jauh sebelum kompetisi rampung, tim-tim papan atas sudah ditentukan. Sang juara sudah dilantik sebelum peluit wasit disemprit.
Tapi Persibo menyelamatkan kita semua, menyelamatkan sepak bola dari rangkaian mala.
Persibo memberi cermin besar kepada kita tentang bopeng sepak bola yang menghalalkan segala cara. Tapi, Persibo juga meriwayatkan seperca asa tentang sebuah etos: keringat harus bercucuran sebelum mendekap kemenangan, aksi satu-dua di pertahanan lawan, dan kejelian seorang bertopi pet di luar lapangan.
Saya tak hendak berlebihan, tapi bayangkanlah tugas Persibo seperti tugas mahaberat untuk lepas dan terbebas dari skenario-skenario. Sebuah misi yang majenun: menghadirkan keadilan di lapangan bola.
Sebuah misi yang aneh, tentu saja. Seperti Don Quixote di kisah Cervantes yang masyhur itu. Seorang bau tanah dan petani kelewat lugu yang dengan gagah berani bermain dengan imajinasi: memimpikan keadilan, memimpikan perubahan. Don Quixote dan Sancho berkelana. Nama pertama menjadi kesatria, nama kedua menjadi pendamping setia. Mereka berperang melawan raksasa yang sejatinya hanya sebuah kincir angin. Gila. Konyol.
Tapi, kita kemudian tahu, kisah itu menyadarkan manusia bahwa selalu ada yang masih konsisten merawat kebajikan di tengah rimbun penyelewengan.
Begitulah Persibo mungkin bisa diilustrasikan. Tim ini tidak dibekingi orang berpengalaman macam Vigit Waluyo yang ada di kubu Deltras Sidoarjo. Kemenangan tim ini juga tak pernah disambut sujud syukur seorang petinggi PSSI. Sebaliknya, Persibo justru berkali-kali dicurangi.
Saya hampir putus asa saat menyaksikan perjuangan Persibo di babak delapan besar yang digelar di Sidoarjo. Persibo dihajar habis-habisan oleh wasit, dihukum tiga penalti yang aneh dan mengada-ada.
Melawan Persidafon Dafonsoro, selama 90 menit Persibo dilimbur ketidakadilan. Gol Perry Sahkolie dianulir wasit. Kiper Persibo Heri Prasetyo ditampar pemain Persidafon, tapi wasit diam saja. Puncaknya, pada menit ke-76, Persidafon mendapat hadiah penalti. Padahal, ribuan orang sore itu melihat dengan jelas bahwa Patrick Wanggai, yang berduel dengan Slamet Sampurno, terjatuh di luar kotak penalti. Pelanggaran juga masih bisa didebatkan karena dua pemain itu sama-sama terjengkang saat berduel di udara.
Kala bersua dengan Deltras, Persibo sempat unggul 1-0 saat pertandingan baru saja dimulai. Namun, setelah itu wasit kian menggila. Ini jelas-jelas sebuah rekayasa yang terus-terang. Kongkalikong yang terang benderang. Persibo akhirnya takluk lewat dua penalti aneh yang dieksekusi oleh Fahmi Amiruddin.
Dari pinggir lapangan pelatih Persibo Sartono Anwar marah besar. “Sama bangsa sendiri saja seperti ini,” protesnya ke pengawas pertandingan. Sang sasaran protes hanya tersenyum simpul sambil menepuk bahu Sartono.
“Wasit kurang ajar. Deltras diperkuat 14 orang, bagaimana bisa menang coba?” kata Manajer Persibo Taufiq Risnendar.
Siapa saja yang mengikuti perkembangan sepak bola Indonesia, pasti dibuat terheran-heran dengan kemenangan Deltras. Berbagai kemenangan Deltras diiringi penalti-penalti aneh. Total ada 15 penalti yang mengiringi perjalanan Deltras, tiga di antaranya didapat saat babak penentuan delapan besar. Kompas menulis, “Percayalah, ’tangan ajaib’ selalu menyertai Deltras.”
Dengan nada masygul, Kompas juga menulis, “…dia (Fery Aman Saragih, kapten Deltras) lebih sering tertangkap ’terjatuh’ di kotak penalti, bahkan ketika sedang tidak bertabrakan dengan lawan.”
Saya mengronik sejumlah berita pertandingan Deltras, dan yang ada isinya cuma protes pihak musuh tentang hukuman penalti. Saya kutipkan satu saja di sini komentar dari Manajer PSIS Setyo Agung Nugroho, “Persiapan untuk menghadapi pertandingan ini, terasa sia-sia. Kami bukannya kalah dari segi teknik, tapi justru oleh faktor nonteknis. Dua penalti mengalahkan kami.” PSIS ditaklukkan Deltras lewat dua gol penalti Wahyu Gunawan menit ke-21 dan Satyo Husodo menit ke-64.
Karena itu, saat lolos ke babak final dan berjumpa lagi dengan Deltras di Solo, rasa gemas saya kian meluap-luap. Bagi sebagian Boromania, penggemar Persibo, babak final bukan urusan menggenggam medali, tapi keinginan membikin malu Deltras.
Tak mengherankan, begitu pemain Deltras memasuki Stadion Manahan, Solo, ribuan Boromania kompak menyanyikan lagu, “Selamat datang, raja penalti. Selamat datang, raja penalti.” Koor itu baru berhenti beberapa menit kemudian saat barisan pemain Persibo menjejakkan kaki di lapangan.
* * *
Dalam konteks ini, Persibo menghadapi ketidakpastian sekaligus kepastian. Ketidakpastian sebagai hakikat sepak bola yang mengandaikan 90 menit penuh debar dan gemetar. Kepastian sebagai akibat dari skenario mafia yang sudah tersusun rapi seperti ilmu pasti.
Rangkaian keculasan itulah yang membuat misi Persibo nyaris tak masuk akal. Persibo adalah tim di luar “skenario”. “Apa boleh buat, sejarah sepak bola Indonesia masih dalam tahap itu. Saya siap kecewa,” ujar Sartono dalam sebuah wawancara dengan Sohirin dari Koran Tempo. Sartono tahu, sepak bola Indonesia sudah lama mati sebagai olah raga.
Namun, misi gila itu berada di pundak yang tepat. Jejeran pemain penuh disiplin dengan permainan terskema yang dipimpin Victor da Silva dan M. Irfan. Barisan penyerang yang rajin macam Busari dan Perry Sahkolie. Penguasa sayap, Abel Cielo, yang tak kenal lelah menyisir lapangan. Tembok tangguh yang dikawal Slamet Sampurno dan dijaga Heri Prasetyo. Dan, tentu saja seorang bertopi pet di luar lapangan: Sartono Anwar.
Pada akhirnya, hidup selalu memberi ruang baru bagi imajinasi cemerlang. Nasib manusia memang tak sempurna, tapi keteguhan memberi akhir cerita yang berbeda. Sejarah menunjukkan bahwa tak selamanya yang culas bisa mendekap tampuk kuasa. Uang tetap tak bisa bermain sepak bola.
Skenario itu patah: Persibo Bojonegoro jadi juara.


sumber
Semoga Lekas Sehat Sepakbola Indonesia!!!
Diubah oleh ultrasormas 28-10-2014 08:55
0
28.7K
Kutip
321
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan