- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Hal-Hal yang Perlu Agan Tahu Sebelum Belanja Buku


TS
User telah dihapus
Hal-Hal yang Perlu Agan Tahu Sebelum Belanja Buku



Quote:



Spoiler for Bukti HT:

Alhamdulillah, HT #5Kamis, 23 Oktober 2014 (Pagi). Thanks KASKUS, Mimin, Momod, Agan TMS Warriors, dan seluruh kaskuser atas dukungannya




Cek



Spoiler for ss nya:





Quote:
Hal-Hal yang Perlu Agan Tahu Sebelum Belanja Buku


Quote:
Quote:


Spoiler for :

beli buku

Quote:
Apakah agan termasuk penggila buku? Apa sih yang bikin agan keranjingan membeli buku? Ya, kalau agan memang hobi banget membaca buku, tentu saja buku adalah harta yang paling agan ingin di dunia ini. Nah, kali ini Bernard Batubara, seorang penulis muda Indonesia yang juga seorang pecinta buku, ingin berbagi tips pada agan tentang hal-hal yang perlu agan pertimbangkan saat hendak berburu buku. Simak yuk, apa saja sih yang diperhatikan oleh Bara saat membeli buku? Langsung ke TKP yok gan! 


Quote:
Quote:
1. Pilihlah Buku yang Direkomendasikan Oleh Orang yang Agan Percaya
Spoiler for :
Quote:
Saya menduga bahwa agan sering mendengar saran-saran seperti ini:
Dengan atau tanpa penjelasan lebih lengkap tentang mengapa buku tersebut dianggap bagus menurut si pemberi rekomendasi. Saya pun sering mendapat saran seperti itu. Beberapa memberikan penjelasan yang cukup bisa diterima. Sisanya hanya bilang: “Udah, beli aja. Bagus kok!” Untuk alasan karena rekomendasi ini, biasanya saya hanya percaya pada rekomendasi orang-orang yang saya percayai “mutu bacaannya”.
Di antara mereka adalah editor saya sendiri (atau editor lain, saya percaya mereka karena mereka punya pengalaman membaca buku yang panjang, maksudnya bacaannya banyak) dan pengarang kesukaan saya. Untuk rekomendasi dari selain dua orang itu, saya menuruti feeling saja. Kalau feeling mengatakan tak ada salahnya mencoba rekomendasi mereka, saya akan beli. Kalau feeling saya mengatakan tidak, ya tidak.
Quote:
“Eh, coba deh baca buku ini, bagus lho!”
Dengan atau tanpa penjelasan lebih lengkap tentang mengapa buku tersebut dianggap bagus menurut si pemberi rekomendasi. Saya pun sering mendapat saran seperti itu. Beberapa memberikan penjelasan yang cukup bisa diterima. Sisanya hanya bilang: “Udah, beli aja. Bagus kok!” Untuk alasan karena rekomendasi ini, biasanya saya hanya percaya pada rekomendasi orang-orang yang saya percayai “mutu bacaannya”.
Di antara mereka adalah editor saya sendiri (atau editor lain, saya percaya mereka karena mereka punya pengalaman membaca buku yang panjang, maksudnya bacaannya banyak) dan pengarang kesukaan saya. Untuk rekomendasi dari selain dua orang itu, saya menuruti feeling saja. Kalau feeling mengatakan tak ada salahnya mencoba rekomendasi mereka, saya akan beli. Kalau feeling saya mengatakan tidak, ya tidak.

Quote:
Quote:
2. Tidak Ada Salahnya Menjatuhkan Pilihan Pada Buku yang Judulnya Sering Disebut
Spoiler for :
Quote:
Ini agak terkait dengan alasan yang pertama. Saya sering berkunjung ke blog para pengarang kesukaan saya (terima kasih teknologi dan terima kasih kepada pengarang-pengarang favorit saya yang memiliki blog dan aktif di sana) untuk “mencuri” sumber pengetahuan mereka, alias mencari tahu apa saja buku-buku yang mereka baca. Beberapa pengarang dengan senang hati menyebutnya, sengaja atau tidak.
Ketika mereka membahas sebuah topik di blognya (biasanya pada tulisan-tulisan berbentuk jurnal) para pengarang tersebut menyebutkan beberapa judul buku. Saya mencatat judul-judul buku itu untuk kemudian saya cari di toko-toko buku yang bisa saya raih.
Kadang, ketika ada kesempatan bertemu langsung dengan mereka, saya bertanya langsung, apa saja buku-buku favorit mereka. Dan tentunya, saya catat.
Dari bermain-main ke blog pengarang kesukaan atau percakapan-percakapan offline dan diskusi-diskusi tentang buku, saya merekam beberapa buku yang sering disebut. Biasanya buku-buku yang sering disebut itu adalah buku-buku pemenang penghargaan (tentunya harapan saya bahwa buku tersebut memang bagus akan jadi semakin besar, karena mereka menang penghargaan). Beberapa tidak menang penghargaan, namun banyak didiskusikan. Buku-buku itulah yang saya masukkan ke dalam catatan saya, dan ketika saya menemukan mereka di sebuah toko buku atau bazar, biasanya akan langsung saya beli tanpa pikir-pikir lagi.
Ketika mereka membahas sebuah topik di blognya (biasanya pada tulisan-tulisan berbentuk jurnal) para pengarang tersebut menyebutkan beberapa judul buku. Saya mencatat judul-judul buku itu untuk kemudian saya cari di toko-toko buku yang bisa saya raih.
Kadang, ketika ada kesempatan bertemu langsung dengan mereka, saya bertanya langsung, apa saja buku-buku favorit mereka. Dan tentunya, saya catat.
Dari bermain-main ke blog pengarang kesukaan atau percakapan-percakapan offline dan diskusi-diskusi tentang buku, saya merekam beberapa buku yang sering disebut. Biasanya buku-buku yang sering disebut itu adalah buku-buku pemenang penghargaan (tentunya harapan saya bahwa buku tersebut memang bagus akan jadi semakin besar, karena mereka menang penghargaan). Beberapa tidak menang penghargaan, namun banyak didiskusikan. Buku-buku itulah yang saya masukkan ke dalam catatan saya, dan ketika saya menemukan mereka di sebuah toko buku atau bazar, biasanya akan langsung saya beli tanpa pikir-pikir lagi.

Quote:
Quote:
3. Pastikan Agan Memilih Buku yang Pengarangnya Agan Sukai
Spoiler for :
Quote:
Saya menyukai J. K. Rowling setelah membaca serial fantasi Harry Potter. Setelah itu, saya membeli semua buku yang ditulis oleh J. K. Rowling, tak peduli apakah bukunya itu bagus atau tidak. Saya sudah terlanjur menyukainya sejak pandangan pertama.

Quote:
Quote:
4. Kualitas Penerbit yang Baik Juga Perlu Agan Perhatikan
Spoiler for :
Quote:
Untuk beberapa penerbit yang (setidaknya di mata saya) memiliki reputasi bagus karena mereka kerap menerbitkan buku-buku bagus, saya akan memberikan kepercayaan saya kepada buku-buku berikutnya yang mereka keluarkan. Meskipun saya tidak mengenal nama pengarangnya, sampulnya jelek, judulnya tidak menarik, atau blurb atau sinopsisnya tidak membuat penasaran, saya tetap akan memberikan kesempatan kepadanya.
Karena penerbit tersebut jarang mengecewakan saya. Sebaliknya, untuk penerbit yang belum saya kenal buku-buku terbitannya atau reputasinya tidak begitu bagus di mata orang-orang lain yang sering membaca, saya akan cenderung ragu untuk membeli buku-buku mereka. Siapa yang mau membeli kucing dalam karung, bukan?
Karena penerbit tersebut jarang mengecewakan saya. Sebaliknya, untuk penerbit yang belum saya kenal buku-buku terbitannya atau reputasinya tidak begitu bagus di mata orang-orang lain yang sering membaca, saya akan cenderung ragu untuk membeli buku-buku mereka. Siapa yang mau membeli kucing dalam karung, bukan?

Quote:
Quote:
5. Beri Juga Perhatian Pada Penampilan Sampulnya
Spoiler for :
Quote:
Kata orang-orang, jangan menilai buku dari sampulnya. Lalu saya bilang, tentu saja saya menilai sebuah buku dari sampulnya, terlebih lagi kalau bukunya masih tersegel. Maksudnya, ya tentu saja saya menilai sebuah buku dari sampulnya. Saya adalah makhluk yang visual. Saya tahu bahwa beberapa kali (sering malah) penampilan bisa menipu, tapi saya tidak peduli. Saya adalah seorang penimbun buku. Saya tidak hanya membaca buku saja, tapi saya juga mengoleksinya. Ketika saya melihat rak buku saya, saya ingin melihat buku-buku bagus dengan sampul-sampul menarik berjajar di sana. Saya suka buku dengan sampul yang bagus!

Quote:
Quote:
6. Kalau Harganya Murah, Kenapa Tidak?
Spoiler for :
Quote:
Sebagai penulis, saya ingin buku saya dihargai mahal dan dibeli orang dengan harga yang mahal itu, agar saya mendapat banyak uang dari buku saya (hei, saya hidup dari menulis!). Namun sebagai pembaca, saya ingin mendapatkan buku-buku dengan harga murah. Semakin murah semakin baik. Kalau perlu gratis.
Beberapa hari lalu di Periplus saya melihat Lowland, buku terbaru Jhumpa Lahiri. Saya hendak membelinya sebelum saya melihat label harga di punggung buku tersebut. “Oke, sepertinya nanti saja deh.” Harganya mahal (yah, kecuali buku-buku bekas, buku impor mana yang tidak mahal ya?). Meskipun pada akhirnya, seminggu kemudian ketika kembali berada di Periplus, saya membeli juga buku itu (karena alasan nomor 2). Tetapi artinya saya telah menunda hasrat membeli buku ketika melihat buku itu dibandrol dengan harga yang mahal.
Meskipun buku itu buku bagus (menurut orang-orang yang sudah membaca), pengarangnya adalah peraih penghargaan internasional, bukunya telah beberapa kali diangkat ke film, telah diterjemahkan ke banyak bahasa, termasuk buku langka, namun kalau harganya selangit tentu saja saya akan pikir beberapa kali sebelum membelinya. Bahkan mungkin takkan pernah membelinya, sampai saya mendapatkan kesempatan untuk memperolehnya dengan dengan harga yang lebih murah.
Sebetulnya ada beberapa lagi alasan mengapa saya membeli sebuah buku. Tetapi juga kadang saya tidak memiliki alasan sama sekali saat membeli sebuah buku tertentu. Saya membelinya saja, mencabutnya dari rak dan membawanya ke kasir. Saya tidak kenal pengarangnya dan tak pernah dengar namanya, judul bukunya tak pernah disebut, tidak pernah ada yang merekomendasikannya kepada saya, sampulnya jelek minta ampun, atau dikeluarkan oleh penerbit dari dunia antah-berantah. Tetapi saya membelinya. Saya memperoleh feeling untuk membelinya. Untuk aksi membeli buku yang seperti ini, saya hanya bisa memberimu sebuah excuse.
Beberapa hari lalu di Periplus saya melihat Lowland, buku terbaru Jhumpa Lahiri. Saya hendak membelinya sebelum saya melihat label harga di punggung buku tersebut. “Oke, sepertinya nanti saja deh.” Harganya mahal (yah, kecuali buku-buku bekas, buku impor mana yang tidak mahal ya?). Meskipun pada akhirnya, seminggu kemudian ketika kembali berada di Periplus, saya membeli juga buku itu (karena alasan nomor 2). Tetapi artinya saya telah menunda hasrat membeli buku ketika melihat buku itu dibandrol dengan harga yang mahal.
Meskipun buku itu buku bagus (menurut orang-orang yang sudah membaca), pengarangnya adalah peraih penghargaan internasional, bukunya telah beberapa kali diangkat ke film, telah diterjemahkan ke banyak bahasa, termasuk buku langka, namun kalau harganya selangit tentu saja saya akan pikir beberapa kali sebelum membelinya. Bahkan mungkin takkan pernah membelinya, sampai saya mendapatkan kesempatan untuk memperolehnya dengan dengan harga yang lebih murah.
Sebetulnya ada beberapa lagi alasan mengapa saya membeli sebuah buku. Tetapi juga kadang saya tidak memiliki alasan sama sekali saat membeli sebuah buku tertentu. Saya membelinya saja, mencabutnya dari rak dan membawanya ke kasir. Saya tidak kenal pengarangnya dan tak pernah dengar namanya, judul bukunya tak pernah disebut, tidak pernah ada yang merekomendasikannya kepada saya, sampulnya jelek minta ampun, atau dikeluarkan oleh penerbit dari dunia antah-berantah. Tetapi saya membelinya. Saya memperoleh feeling untuk membelinya. Untuk aksi membeli buku yang seperti ini, saya hanya bisa memberimu sebuah excuse.

Quote:
Quote:
Penutup
Quote:
Nah, bagaimana, bermanfaat gak gan tips dari agan Bernard Batubara? Ternyata agan gak perlu pertimbangan rumit kok untuk membeli sebuah buku, apalagi sampai galau! Kalau agan memang suka, dan agan punya uang untuk membelinya, tunggu apa lagi coba? Kata Bara, membeli buku nggak cuma buat dibaca doang, tapi juga dikoleksi! So, ayo beli buku!
Lebih lanjut soal ulasan buku dan berbagai tulisan Bara lainnya bisa agan temukan di blog pribadinya www.bisikanbusuk.blogspot.com. Agan juga bisa menyapanya secara langsung via akun twitter-nya @benzbara_

Lebih lanjut soal ulasan buku dan berbagai tulisan Bara lainnya bisa agan temukan di blog pribadinya www.bisikanbusuk.blogspot.com. Agan juga bisa menyapanya secara langsung via akun twitter-nya @benzbara_


Diubah oleh User telah dihapus 16-11-2014 07:14
0
45.3K
Kutip
505
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan