Kaskus

News

yinluckAvatar border
TS
yinluck
PDIP Gelar Musik 'Revolusi Mental'. Betulkah 'Revolusi Mental' itu Gagasan Komunis?
PDIP Gelar Musik 'Revolusi Mental'
Saturday, 28 June 2014, 15:48 WIB

PDIP Gelar Musik 'Revolusi Mental'. Betulkah 'Revolusi Mental' itu Gagasan Komunis?
Joko Widodo (kiri) bersama Megawati Soekarno Putri (kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- PDI Perjuangan Kota Depok, Jawa Barat, menggelar panggung musik 'Revolusi Mental' untuk mendukung Joko Widodo-Jusuf Kalla sebagai presiden dan wakil presiden periode 2014-2019. "Panggung ini bebas diisi oleh kaum muda siapa saja untuk bermusik. Kegiatan ini juga untuk mendukung Jokowi-JK," kata Sekretaris DPC PDI Perjuangan, Fadilah, di Depok, Sabtu.

Dia mengatakan kaum muda harus mendapatkan perhatian untuk diarahkan melakukan hal-hal yang positif. "Mereka sangat antusias dengan acara panggung musik ini dan juga menyambut program 'Revolusi Mental' yang diusung Jokowi-JK untuk Indonesia hebat," katanya.

Acara tersebut juga dihadiri oleh mitra koalisi PDI Perjuangan yang mendukung Jokowi-JK. Panggung musik ini akan terus berlangsung hingga berakhirnya masa kampanye.
http://www.republika.co.id/berita/na...evolusi-mental


Pengamat: Revolusi Mental Itu Gagasan Komunis
Jum'at, 27 Juni 2014 - 14:31 wib

JAKARTA- Jargon politik Joko Widodo Revolusi Mental ternyata memiliki akar sejarah dalam pemikiran sosialis-komunis. Menurut peneliti Pusat Kajian Politik Islam dan Pancasila, Habib Alatas, istilah ini sudah lama didengungkan gerakan sosialis-komunis di kawasan Eropa untuk mendobrak kungkungan ajaran agama.

"Dogmatisme agama dianggap menghambat kemajuan peradaban. Maka lahirlah revolusi mental untuk membebaskan masyarakat. Karl Marx sendiri menganggap agama sebagai candu," kata Peneliti Pusat Kajian Politik Islam dan Pancasila itu ketika dihubungi di Jakarta, Jumat (27/6/2014).

Habib Alatas mengungkapkan, istilah revolusi mental juga digunakan oleh pendiri Partai Komunis China yang bernama Chen Duxiu bersama rekannya Li Dazhao. Istilah itu ditujukan untuk mencuci otak kaum buruh dan petani dalam rangka menentang kekaisaran China. "Di Indonesia sendiri, istilah ini mulai dipakai oleh Ahmad Aidit, anak dari Abdullah Aidit, yang mengganti namanya menjadi Dipa Nusantara Aidit (DN Aidit)," ujarnya.

Habib menjelaskan, ketika Aidit ditanya oleh ayahnya terkait perubahan nama itu, ia menjawab karena alasan revolusi mental. Bagi Aidit, revolusi mental harus dimulai dengan mengganti hal-hal yang dianggap menghambat pergerakan, termasuk nama "Ahmad" yang berbau Islam. “Jadi, saya kira Fadli enggak salah. Penelusuran akar istilah secara historis benar,” terangnya.

Jadi apakah, Revolusi Mental Jokowi itu terinspirasi atau mau menjiplak pemikiran Sosialis-Komunis ? "Entahlah, harus tanya Jokowi," kata Habib. "Secara konsep, revolusi mental ala Jokowi enggak ada apa-apanya dibanding revolusi mental komunisme yang sangat ideologis,” jelas Habib.

Baginya, revolusi mental Jokowi dangkal dan tidak jelas. Ini karena gagasan itu tidak didasarkan pada kerangka berpikir yang sistematik dan rigid. “Landasan ontologisnya ngambang, hanya jargon saja,” tutupnya.
http://pemilu.okezone.com/read/2014/...agasan-komunis

Istilah 'Revolusi Mental' Jokowi Sudah Lama Dipakai Komunis untuk Mendobrak Ajaran Agama
Jum'at, 27 Juni 2014 , 16:57:00 WIB

RMOL. Istilah 'revolusi mental', yang sekarang digembar-gemborkan Jokowi, memang sudah lama didengungkan gerakan sosialis-komunis di kawasan Eropa untuk mendobrak kungkungan ajaran agama. Karena dogmatisme agama dianggap menghambat kemajuan peradaban.

"Maka lahirlah 'revolusi mental' untuk membebaskan masyarakat. Karl Marx sendiri menganggap agama sebagai candu,” jelas peneliti Pusat Kajian Politik Islam dan Pancasila, Habib Alatas, Jum’at (27/6).

Istilah 'revolusi mental' juga digunakan pendiri Partai Komunis China yang bernama Chen Duxiu bersama rekannya Li Dazhao. Istilah itu ditujukan untuk mencuci otak kaum buruh dan petani dalam rangka menentang kekaisaran China.

Sedangkan di Indonesia, istilah ini mulai dipakai tokoh PKI Ahmad Aidit, anak dari Abdullah Aidit, yang mengganti namanya menjadi Dipa Nusantara Aidit  alias DN Aidit.

Lebih Habib menjelaskan, ketika Aidit ditanya oleh ayahnya terkait perubahan nama itu, ia menjawab karena alasan revolusi mental. Bagi Aidit, revolusi mental harus dimulai dengan mengganti hal-hal yang dianggap menghambat pergerakan, termasuk nama “Ahmad” yang berbau Islam.

Namun, soal apakah Jokowi terinspirasi atau mau menjiplak pemikiran Sosialis-Komunis soal 'revolusi mental' itu, dia mengaku tak tahu.  "Entahlah, harus tanya Jokowi," kata Habib.

Namun yang jelas, menurutnya, Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Fadli Zon  yang pertama kali menyebutkan revolusi mental identik dengan komunisme, tidak salah. "Penelusuran akar istilah secara historis benar,” terangnya.

Karena itu, ia menyayangkan jika ada sebagian pihak yang terlalu reaktif dengan pernyataan Fadli Zon di akun twitter pribadinya itu. Reaksi itu menunjukkan yang bersangkutan tak paham sejarah pemikiran dan pergerakan komunisme. “Secara konsep, 'revolusi mental' ala Jokowi nggak ada apa-apanya dibanding 'revolusi mental' komunisme yang sangat ideologis,” jelas Habib.

Baginya, 'revolusi mental' Jokowi dangkal dan tidak jelas. Ini karena gagasan itu tidak didasarkan pada kerangka berpikir yang sistematik dan rigid. “Landasan ontologisnya ngambang, hanya jargon aja,” tandasanya.

Fadli Zon sebelumnya mengatakan, istilah 'revolusi mental' kental bernuansa ideologi komunisme. Dia mengatakan itu saat menanggapi tudingan bahwa Prabowo Subianto adalah seorang fasis. "Indonesia tak ada hubungannya dengan NAZI, yang ada dengan komunis. Nah, 'revolusi mental' punya akar kuat tradisi paham komunis," ujar Fadli Zon dalam akun Twitternya.

Dia menjelaskan, Karl Marx menggunakan istilah 'revolusi mental' dalam satu bukunya "Eighteenth Brumaire of Louis Bonaparte" yang terbit tahun 1869. Revolusi mental juga menjadi tujuan dari "May Four Enlightenment Movement" (Gerakan 4 Mei, yang menjadi perlawanan rakyat pertama untuk menentang kekuasaan kekaisaran) di China 1919. Gerakan itu, diprakarsai Chen Duxui, pendiri Partai Komunis Cina (PKC).

"Aidit PKI, menghilangkan nama Achmad dari nama depannya, dan menggantinya dengan Dipa Nusantara (DN) dengan alasan revolusi mental, yaitu menghapus (nama) berbau agama," tandasnya.
http://www.rmol.co/read/2014/06/27/1...k-Ajaran-Agama

Statue-cide as a cultural and mental revolution
Started by Daria Prusakova , Feb 24 2014 02:57 PM
Posted 24 February 2014 - 02:57 PM

When the ideals and morals undergo a serious challenge, art suffers along with the nation. The first wave of statue-cides in Ukraine included destroying the statues of the tsars, and replacing them with Soviet leaders. At the dawn of Ukrainian independence in 1991, after the USSR collapse most of the major Lenin statues came down, including a giant monument to Great October (meaning, the 1917 Revolution) where now Maidan is situated.

PDIP Gelar Musik 'Revolusi Mental'. Betulkah 'Revolusi Mental' itu Gagasan Komunis?

But the distraction of the memory for Lenin, completely finished in the west of the country, was carried out mainly in central regions, and in the east hardly ever touched. The two biggest remaining prizes are in the eastern cities of Kharkiv and Donetsk, which turned down the revolutionary initiatives - but their attitude towards the Soviet era is warmer than elsewhere, and crowds have turned out to defend the great proletarian leader instead of joining the Revolution.
 
The main question, related to the topic nowadays is: what will replace the toppled Lenins? In Lviv, the biggest city in western Ukraine, two new idols have been raised - Ukraine's national poet, Taras Shevchenko, and the partisan leader who declared Ukrainian independence in World War Two, Stepan Bandera.
 
Bandera - elevated to the status of Hero of Ukraine by ex-president Viktor Yushchenko - is a hugely divisive figure. In the east, as in Russia, he is remembered chiefly for a temporary alliance with the Nazis, though he fought both Nazis and Soviets and was held in a Nazi concentration camp. Jews and Poles also accuse Bandera of giving orders for and taking part in massacres.
 
Shevchenko would be the compromise candidate. In fact, a stone's throw from the endangered Lenin statue in Kharkiv there already stands a Shevchenko statue.

PDIP Gelar Musik 'Revolusi Mental'. Betulkah 'Revolusi Mental' itu Gagasan Komunis?

A poet, artist and folklorist hailed as the father of Ukrainian literature (and the literary Ukrainian language), Shevchenko was exiled by Tsar Nicholas I for his mildly progressive political ideas. He was admired by Soviet communists, but lionized by nationalists. Those who formerly had wedding pictures taken by the Lenin statue in Lviv reportedly find Shevchenko a good substitute. It could be the same elsewhere in Ukraine.
 
There are still plenty of Ukrainian Lenins left though. Small jelly-mould statues, sometimes painted gold, adorn village squares in their hundreds. It may take a while for the new revolutionary spirit to filter through from town to country.
 
PDIP Gelar Musik 'Revolusi Mental'. Betulkah 'Revolusi Mental' itu Gagasan Komunis?

What do you think about cultural and mental revolution through the distraction of statues and other pieces of art? Do you find it essential to get rid of everything that reminds of the old regime? Are people right when destroying the memory of the previous generations?
source: http://globaldiscussion.net/topic/54...al-revolution/

-------------------------

Kok yaa ada saja yang masih bermimpimau membangun negara dengan jargon dan idea komunis. Kayaknya ideolog yang masih hidup di Indonesia sudah pasti ketinggalan zaman, hingga 5 dekade, sehingga tak paham kalau China Komunis pun (RRT) dan bekas Uni-Sovyet yaitu Rusia saat ini sudah menjadi salah satu pelaku pasar bebas daripada sistem ekonomi Liberal aliran baru (neo-libs) di dunia

emoticon-Ngakak
Diubah oleh yinluck 28-06-2014 18:34
0
3.2K
14
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan