Quote:
MERDEKA.COM. Frekuensi publik selalu menjadi 'kambing hitam' saat ada salah satu stasiun televisi yang menyiarkan acara yang dianggap tidak berguna untuk kepentingan umum. Frekuensi publik juga diungkit-ungkin manakala salah satu stasiun televisi terlalu menayangkan acara yang dianggap sebagai corong si pemilik media televisi.
Terakhir, siaran langsung TransTV yang menayangkan pernikahan artis Raffi Ahmad dan Nagita Slavina dipermasalahkan lantaran menayangkan dua hari berturut-turut. TransTV dituding memakai frekuensi publik demi kepentingan komersil. Pro kontra pun bermunculan.
Apakah benar publik dirugikan dengan tayangan TransTV? "Biasanya isu ini ramai kembali dibicarakan ketika publik menemukan acara televisi yang wajar untuk dikritik, misalnya sinetron yang tidak bermutu dan acara talkshow yang tidak mendidik atau menghina orang banyak. Isu terbaru? Tentu saja soal televisi yang seharian menayangkan acara perkimpoian seorang selebriti Indonesia," demikian tulis kandidat doktor dari University of Chicago Law School, Pramudya A Oktavianda dalam blognya, seperti yang dikutip merdeka.com, Minggu (19/10)
Quote:
Pendapat ane : itu tergantung latar belakang pendidikan sesorang dan kualtias kedewasaan individu, kalau cara pandang negtaiv dan selalu negativ maka akan memandang acara tercebut hedonis dan tidak mendidik. kalau pemikiran kita dewasa n matang maka cara pandang kita akan positif dan mendapatkan ilmu n pengetahuan bagaimana pernikahan meewah itu lalu proses pernikahan adat dan hiburan juga yang ujungnya dapat ilmu. so itu lebih pada kebiasaan kita memandang suatu objek, positif or negativ, lagian banyak chanel tinggal cari chanel lain aja. kalau ane bagusan acara kaya gini daripada politik yg lebih terbukti memecah bangsa indonesia.