ini peringatan buat pemda di manapun khusus nya pemda DKI agar jangan dikit2 gusur rakyat.peringatan buat semua juga yg berkuasa.jangan mudah gusur rakyat.baik rumah,dagangan dll.membuat tekanan mental bahkan bnuh diri
pengen kayak singapur bersih...tapi manusiawikan juga manusia.apalagi indonesia ini,tingkat pendidikan rendah hingga melimpah pedagang kaki lima,sulit cari kerja.jika gusur..lakukan dgn cara bijaksana karena mereka anak bangsa kita juga khan?
Quote:
Daily Mail
Satu keluarga yang berasal dari sebuah provinsi di wilayah timur China, melakukan percobaan
bunuh diri bersama dengan menenggak pestisida di depan kantor pusat harian China Youth
Daily. Aksi ini adalah bentuk protes akibat penggusuran yang mereka alami lima tahun lalu.
Jumat, 18 Juli 2014 | 20:18 WIB
BEIJING, KOMPAS.com — Satu keluarga di China melakukan percobaan bunuh diri massal
dengan meminum pestisida di luar kantor harian China Youth Daily di ibu kota Beijing.
Keluarga yang terdiri dari lima orang perempuan dan dua pria itu berasal dari provinsi Jiangsu
di wilayah timur China, tergeletak dengan mulut berbusa di luar kantor pusat harian tersebut.
Mereka mencoba bunuh diri sebagai bentuk protes melawan pejabat lokal yang mengusir
mereka dari tanah mereka dan menghancurkan kediaman mereka.
Seorang saksi mata mengatakan, ketujuh orang itu menenggak pestisida yang mereka simpan
di dalam botol-botol plastik dan kemudian mereka roboh ke tanah sambil memegangi leher
mereka dengan penuh rasa sakit.
Tim medis yang dipanggil ke lokasi kejadian segera melakukan pertolongan. Menurut para
dokter, empat orang dari mereka sudah lolos dari maut, sementara tiga lainnya dalam kondisi
kritis dengan kemungkinan besar akan meninggal dunia.
Ketujuh orang ini menjadi tunawisma setelah rumah keluarga mereka dihancurkan pemerintah
setempat lima tahun lalu dan keluarga ini tidak pernah mendapatkan kompensasi apa pun dari
pemerintah.
Mereka sudah mencoba membagikan poster dan selebaran untuk menggalang dukungan warga,
tetapi sayang upaya itu tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Lalu ketujuh orang itu
sepakat pergi ke ibu kota tempat mereka kemudian melakukan unjuk rasa ekstrem di luar
harian milik Liga Pemuda Komunis China itu.
Menurut keterangan polisi, keluarga ini mengatakan, mereka tak mau meneruskan hidup tanpa
pengakuan pemerintah telah berbuat salah kepada mereka dan satu-satunya kehormatan yang
bisa mereka peroleh adalah kematian.
Setelah aksi ekstrem itu, Pemerintah Beijing dikabarkan melakukan investigasi terkait kasus
yang menimpa keluarga ini dan membicarakan dengan pemerintah lokal soal peristiwa yang
dituding sebagai penggusuran ilegal itu.
Rumah.Digusur.Negara.Satu.Keluarga.Bunuh.Diri.Bersama
Apa Penyebab Stres Nomor Tiga di Jakarta?
Quote:
TEMPO.CO , Jakarta - Psikolog Aully Grashinta mengatakan korban penggusuran atau mereka
yang terancam digusur sering merasakan dampak psikologi berupa stres bahkan depresi. Secara
psikologis, penggusuran, kata pengajar di Universitas Pancasila ini, menjadi penyebab stres
nomor tiga setelah kehilangan pasangan dan kehilangan anggota keluarga.
"Korban penggusuran sering mengalami respons emosi berupa mimpi buruk, sulit tidur,
kecemasan berlebihan, agresif, bahkan keinginan untuk bunuh diri," kata Aully yang jadi
pembicara dalam
diskusi bertema 'Membangun Jakarta Kota Manusiawi', di Jakarta Media
Center, Kebon Sirih, pada Senin, 16 Desember 2013. Diskusi dihelat Forum Warga Kota Jakarta
(FAKTA), sebuah LSM yang bergerak di bidang advokasi bagi warga miskin Jakarta.
Rentannya gangguan psikologis pada korban penggusuran inilah yang membuat Aully
menyarankan agar pemerintah mensosialisasikan Peraturan Daerah tentang Rencana Detil Tata
Ruang Wilayah . "Sehingga orang tahu apa yang akan dibangun di wilayah tersebut," kata dia.
Lebih dari itu, dia meminta pemerintah menggunakan cara-cara manusiawi tanpa menggunakan
kekerasan jika terpaksa melakukan penggusuran.
Sebelumnya, pengamat tata kota, Nirwono Joga, mengungkapkan bahwa Perda tentang Rencana
Detil Tata Ruang Jakarta tak mengatur tentang kampung kumuh di Jakarta. Dia menyimpulkan,
itu artinya warga kampung kumuh mesti siap-siap digusur.
Menanggapi itu, Sartik, 45 tahun, mengaku sering merasa gelisah jika melihat ada petugas
melakukan pengukuran di sekitar kediamannya. Warga yang tinggal di bantaran kali RT 015/02,
Kelurahan Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur, ini khawatir digusur. "Sering stres kalau ada
orang ngukur-ngukur tanah, tapi kalau ditanya, katanya enggak ada apa-apa," kata dia.
Apa Penyebab Stres Nomor Tiga di Jakarta?
membangun boleh...tapi tetap memanusiawikan manusia.